PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 19 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 13

PS : All images credit and content copyright : SBS
Hong Joo menerima telp dari Jae Chan memberitahu kalau sedang di Polsek Sangku mengerjakan artikel tentang kucing liar itu. Woo Tak menatap Hong Joo yang datang ke kantornya.
Flash Back
Jae Chan bertemu dengan Woo Tak di restoran Sandwich meminta bantuanya, Woo Tak mengatakan bisa melakukan apa saja asal permintaannya wajar sambil memakan sandwich untuk sarapannya.  Jae Chan memberikan selembar notenya. "11 April, Pukul 22:12 Di atap Gedung Sujo di Sangku-Dong."
Woo Tak melihat di jam dinding kantor kalau sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam dan mengingat kembali yang dikatkan Jae Chan.
“Aku bermimpi... Di waktu dan tempat itu, Hong-Joo diserang seorang pria bernama Kang Dae-Hee!” ucap Jae Chan. Woo Tak binggung bertanya siapa Kang Dae-Hee
“Dia terdakwa yang sedang diadili karena membunuh, Dia tak mungkin dibebaskan. Jadi, entah kenapa aku bermimpi seperti itu.” Ucap Jae Chan khawatir.
“Jangan khawatir! Akan kupastikan Hong Joo tak disana saat itu!” kata Woo Tak menyakinkan temanya. 


Woo Tak sudah tak berdaya di lantai dengan suara telp dari polise yang ingin tahu keberadaanya, sementara Jae Chan panik karena menelp Hong Joo yang tak bisa dihubungi. Tuan Choi melihat Jae Chan panik menyarankan untuk menelp divisi patroli terdekat dan meminta bantuan.
Jae Chan menyuruh agar menelp saja dan meminta bantuan, anak buah yang lain pun segera menelp Polisi untuk meminta bantuan.  Jae Chan mengingat dalam mimpinya, Hong Joo berkata “Jika kau melihat ini di dalam mimpimu, jangan lupa kemari! Aku di atap Gedung Sujo di Sangku-Dong! Sekarang 11 April! Jam 22:12.” 

Sebuah mobil polisi sudah sampai TKP dan melihat Woo Tak tergeletak segera memanggil ambulance dan berusaha untuk menghentikan darahnya. Jae Chan datang panik melihat Woo Tak tak sadarkan diri lalu memeriksa denyut nadinya, kalau masih bernapas.
“Aku bisa menangani ini! Kau harus menangkap penjahat itu! Dia kabur ke atap!” kata Petugas Oh. Jae Chan pun meminta Petugas Oh menjaganya dan langsung berlari ke tangga.
Tuan Choi yang melihatnya kebingungan karena Jae Chan berlari sendirian, dan memerintahkan anak buah yang lain agar memBlokir semua jalan keluar dan amankan TKP. Jae Chan terus belari menaiki tangga, Tuan Choi tak bisa mengimbanginya, berteriak untuk memperingatkan kala Berbahaya naik kesana sendirian.
Perkelahian terjadi diatap, Jae Chan terkena pukulan dan dicekik oleh Dae Hee. Sebuah sepatu terkena kepala Dae Hee, Hong Joo dengan berani berusaha agar bisa melepaskan tangan dari Jae Chan. Tuan Choi sampai diatas, bisa membantu untuk membengkuk Dae Hee bersama lainya, lalu  mengeluh Jae Chan yang naik lift. Dae Hee merasa bersalah kalau dirinya  akan dibebaskan jadi meminta agar memanggil Pengacara Lee Yoo-Bum.
“Kenapa menaiki tangga bukannya naik lift? Aku makan malam dengan mie. Aku terpaksa lari karenamu! Hei... Jaksa Jung, jangan pergi sendiri seperti itu! Kakimu panjang, sedangkan kami tidak!” keluh Tuan Choi.
Jae Chan berjalan mendekati Hong Joo dan Cho Hee memastikan keadaan keduanya yang terlihat sangat ketakutan. Hong Joo hanya bisa menangis sambil memeluk Jae Chan karena merasa sangat ketakutan. Jae Cha menenangkan kalau Semua sudah berakhir dan akan baik-baik saja sekarang!
“Bagaimana dengan Woo-Tak? Apa dia baik-baik saja?” ucap Hong Joo panik. Jae Chan hanya diam saja karena sebelumnya Woo Tak tak sadarkan diri. 


Woo Tak membuka sedikit matanya, Jae Chan yang pertama kali melihat Woo Tak, Hong Joo dan petugas polisinya ikut melihat Woo Tak sudah sadarkan diri.  Petugas Polisi berteriak memanggil Dokter kalau Pasien baru saja siuman dan juga Petugas Oh.
“Bagaimana dengan Hong-Joo? Apa Dia baik-baik saja?” kata Woo Tak hanya bisa melihat Jae Chan.
“Ya, aku disini! Aku baik-baik saja!” kata Hong Joo memegang tangan Woo Tak. Woo Tak merasa bersyukur Hong Joo yang baik-baik saja. Petugas Oh datang langsung mendorong keduanya.
“Heii.. Kau yang tidak baik... Kau yang nyaris mati, Bodoh! Apa Kau sungguh baik-baik saja? Apa Kau bisa mengenali kami? Coba sebutkan Aku siapa?” ucap Petugas Oh panik. Woo Tak bisa menyebut kalau itu petugas Oh.
“Yah... Aku Oh Kyung-Han, seniormu! Kau sudah bisa mengenali orang!” ata Petugas Oh bisa bernafas lega.
“Apa Kau menangkap pelakunya?” tanya Woo Tak. Jae Chan mengatakan kalau Dae Hee sudah ditahan.


Dae Hee sudah ada dalam tahanan dan terlihat sangat frustasi
Flash Back
“Kang Dae-Hee! Kau memintaku mengisi tong yang tak beralas! Jadi Kau harus memberitahuku dimana lubangnya, agar aku bisa menutupnya dan mengisi tongnya dengan air!” ucap Yoo Bum saat menjadi pengacaranya.
“Aku bisa mengisinya sendiri! Aku melakukannya terakhir kali! Tapi Kenapa kali ini tak bisa?” kata Dae Hee terlihat sangat marah dengan keadaanya.
Ia berdiri lalu berteriak di jendela pintu,  meminta agar memanggilkan Pengacara Lee Yoo-Bum untuknya. Tapi tak ada orang yang mendengarnya. 

Jae Chan duduk didepan Woo Tak menemaninya dirumah sakit. Woo Taek menceritakan ini pertama kalinya ditikam dan yang mereka  lihat di film itu sepenuhnya bohong, karena Aktor tetap berkelahi meskipun sudah ditikam berkali-kali dan Itu mustahil di kehidupan nyata.
“Begitu kau ditikam, maka kau kehilangan seluruh tenagamu! Aku bahkan tak mampu mengangkat jariku!” kata Woo Tak
“Maaf, semua ini terjadi karena perkataanku kepadamu!” ucap Jae Chan merasa bersalah. Woo Tak heran Jae Chan malah berbicara seperti itu.
“Coba Lihat ini! Aku bahkan tak bisa membuka tutupnya!” kata Woo Tak akhirnya Jae Chan membantu untuk membukan tubuh botol air mineral.
“Aku memintamu melindungi Hong-Joo!” kata Jae Chan seperti masih merasa bersalah
“Aku sangat bersyukur kau memberitahuku! Bagaimana nasib Kang Dae-Hee?” kata Woo Tak
“Dia takkan lolos dengan mudah. Kita memiliki bukti bahwa dia meracuni adiknya sampai tewas! Selain itu Adik perempuannya juga memutuskan bersaksi melawannya di persidangan! Dan Terlebih lagi, jaksa yang bertugas sangat bisa diandalkan.” Kata Jae Chan bangga. Woo Tak ingin tahu siapa itu. Jae Chan dengan bangga menunjuk dirinya. 

KANTOR KEJAKSAAN DISTRIK HANGANG SEOUL
Hyang Mi berjalan dengan Tuan Choi melihat Jae Chan baru datang dengan plester diwajahnya. Hyang Mi bertanya Apa Kang Dae-Hee yang memukulnya. Jae Chan membenarkan tapi menurutnya ini hanya luka kecil,yang didapat saat berusaha melawannya jadi hanya sepele.
“Penyidik Choi, kenapa kau biasa saja melihat Jaksa Jung terluka? Bukankah kalian pergi bersama?” keluh Hyang Mi
“Iya, aku ke TKP bersamanya! Dia naik empat tangga sekaligus. Bagaimana aku bisa mengejarnya? Dan Aku hanya bisa dua anak tangga.” Kata Tuan Choi
“Kau bilang Empat anak tangga sekaligus? Wah... Begitu rupanya. Kurasa itu karena kakinya panjang. Jadi, Apa kau melawan pembunuh itu sendirian?” kata Hyang Mi seperti terkesima.
“Itu yang kubilang! Dia menghampirinya dengan berani sebab dia sabuk hitam tingkat empat!” kata Tuan Choi. Hyang Mi makin tak percaya dan ingin tahu apa yang dimiliki Tuan Choi
“Aku juga sabuk hitam! Setiap orang yang masuk militer memegang sabuk hitam tingkat satu. Dengan Tendangan ke depan!... ke samping!” ucap Tuan Choi mengangkat kakinya berpikir kalau Sudutnya sempurna. Jae Chan tak enak hati karena didepanya ada Jaksa Park dan Jaksa Son
“Jaksa Jung, apa hal terpenting dalam menjalankan surat perintah?” kata Tuan Choi. Jae Chan pikir  mereka bisa membahas itu secara pribadi!
“Tidak! Tolong jawab sekarang! Apa itu?” kata Tuan Choi. Jae Cahn pikir Itu... Menangkap tersangka.
“Salah! Jawabannya salah!... Jawabanya adalah Keamananmu! Dan Menangkap tersangka setelah itu!” kaa Tuan Choi.


Jaksa Park menepuk pundak Tuan Choi dari belakang, Tuan Choi sempat marah tapi melihat seniornya langsung membungkuk memberikan hormat. Jaksa Park membenarkan dan meminta agar jangan mengkritik Jae Chan karena membalik urutannya.Jaksa Son setuju dengan hal itu.
“Bagus! Aku tak menyangka kau mengerjakan semuanya sendiri!” puji Jaksa Park. Jae Chan pikir kalau Penyidik Choi juga bekerja keras. Jaksa Park memegang lengan Jae Chan memujinya kalau sangat keras.
“Jaksa Jung, kau cerdas dan fisikmu kuat! Jadi Lanjutkan kerja bagusmu! Kalian berdua pria! Apa kau dari spesies lain?!” Jaksa Son memuji
“Terima kasih telah mengingatkanku akan hal itu! Aku akan mengingat nasihatmu.” Kata Tuan Choi lalu keduanya pun pamit pergi
“Kapan aku mengingatkannya? Apa aku mengingatkannya?” pikir Tuan Choi heran.
“Tidak, itu penghinaan dan Kau menghina diri sendiri. Dengan kata lain, kau menggali kuburanmu sendiri. Jadi Kau pantas ditendang!” kata Hyang Mi. 

Jae Chan pergi akan naik lift dan saat pintu terbuka melihat Yoo Bum ada didalam. Keduanya kembali dalam satu lift bersama,  Jae Chan pikir Menjadi pengacara setelah bekerja sebagai jaksa sulit, karena terpaksa memihak yang salah, meskipun mengetahui perbuatannya.
“Kurasa aku tak bisa melakukannya meski ditawari jutaan dolar.” Komentar Jae Chan menyindir.
“Jangan terlalu yakin. Karena Bisa jadi besok kau akan sepertiku hari ini.” Balas Yoo Bum
“Apa kau takkan menerima kasus Kang Dae-Hee?” tanya Jae Chan.
“Kau bilang punya cukup bukti Bukankah kau menyita obat yang mengandung sianida, dan mendapatkan pernyataan adik perempuannya?” kata Yoo Bum
“Dengan itu, kau bisa meminta uang lebih banyak!” ungkap Jae Chan menyindir.
“Tidak! Meskipun melibatkan setumpuk uang, maka  aku takkan bertaruh pada hal yang tak mungkin kumenangkan! Itu Takkan pernah!” tegas Yoo Bum lalu keluar dari lift. Jae Chan seperti tak percaya dengan prinsip Yoo Bum.


Ruang Interogasi 
“Kang Dae-Hee! Kau diselidiki atas pembunuhan, upaya pembunuhan, penyerangan, pengerusakan properti, dan melanggar UU Perlindungan Hewan! Kau tahu itu, 'kan?” kata Jae Chan.
“Kalian kejam! Tak bisakah setidaknya memberiku kopi?” keluh Dae Hee. Tuan Choi mengingatak Kang Dae-Hee, kalau sekarang sebagai tersangka.
“Kurasa kau tak mengerti terduga tak bersalah! Aku tahu harus disidang setelah penyelidikan kau selesai, Tapi aku dianggap tak bersalah sampai diputuskan bersalah!” ucap Dae Hee.
“Sebaiknya kau menyerah jika bersikap seperti ini karena Pengacara Lee! Dia tak mau mengambil kasusmu.” Kata Jae Chan.
“Pengalaman melewati persidangan, nyaris menjadikanku ahli hukum! Pasal 12 Ayat 4 KUHAP Menyatakan bahwa siapa saja yang ditahan atau ditangkap, Berhak didampingi pengacara. UU tersebut memberiku hak untuk menyewa Pengacara Lee! Maksudku, kalian mengerti hukum luar dan dalam. Jadi Kenapa kalian berusaha menghalangi hubungan kami.” Kata Dae Hee marah
“Pasal 12 Ayat 4 KUHAP! "Bila terdakwa kriminal tak mampu menyewa pengacara,. Maka negara wajib menunjuk pengacara untuk terdakwa sesuai UU berlaku." Kurasa itu berlaku untukmu!” balas Jae Chan.
Dae Hee menegaskan kalau akan mencari pengacara sendiri, Tapi mereka yang  terus mengganggu dan meminta agar menelp Yoo Bum karena pasti datang kalau diminta. Jae Chan memberitahu kalau Pengacara Lee berkata kepada padanya bahwa  tak ingin mengambil kasus Dae Hee,  karena tak mau bertaruh pada hal yang sulit dia menang dan juga meminta agar  menyampaikan pesanya. 



Flash Back
Yoo Bum keluar dari lift meminta Jae Chan agar mengatakan pada Dae Hee jika bertemu dengannya
"Tongmu sudah hancur! Apapun yang kau lakukan..." kata Yoo Bum
Jae Chan memberitahu kalau apapun yang dilakukan Dae Hee,  aka takkan bisa memenuhinya dan Yoo Bum bilang Dae Hee mengerti maksudnya. Dae Hee mengatakan kalau tak mengerti. Tapi Jae Chan pikir kalau Dae Hee itu sudah mengerti jadi akan mulai penyelidikannya.
 Dae Hee mulai berteriak marah agar memanggil Yoo Bum,  dengan yakin akan datang jika menelpnya. Ia terus berteriak histeris akhirnya Tuan Choi dan petugas lainya mencoba menahan dua tangan Dae Hee agar tak melakukan seusatu yang berbahaya. 

Jae Chan duduk di ruang TV menonton berita, Seung Woo bertanya Kapan mereka meliput kasusnya. Jae Chan menjawab kalau sebentar lagi, dan akhirnya berita yang dibawa Hong Joo terlihat di layar TV.
“Seorang pria, yang mencoba membunuh adiknya, demi mendapatkan uang asuransi, kembali ditahan di hari dia dibebaskan. Reporter Nam Hong-Joo akan menjelaskannya.” Seung Woo terlihat senang melihat Hong Joo yang ada dilayar.
“Sebuah pemukiman di Sangku-Dong, Hangang-Gu, Seoul. Sejumlah kucing liar yang mati karena diracun, banyak ditemukan di wilayah ini sejak Januari lalu. Tersangka adalah pria pemilik restoran ayam berusia 37 tahun.” Cho Hee menonton berita kakaknya hanya bisa menangis.
“Sebelumnya, dia disidang karena memalsukan kecelakaan mobil, dan membunuh adik kandungnya demi mendapatkan uang asuransi, namun dia dibebaskan karena kurangnya bukti Namun, jaksa telah mengungkap, bahwa dia memasukkan sianida yang dia pakai untuk membunuh kucing, ke dalam obat herbal sang adik untuk membunuhnya!” Jaksa Park melihat minuman yang sama sedang diminumnya panik takut kalau di isi dengan sianida juga.
“Lalu dia memalsukan kecelakaan mobil serta menerima, uang asuransi senilai 2,7 juta dolar! Jaksa pun kembali menahannya!< Jejak yang ditinggalkan,. oleh kucing liar yang mati Menjadi bukti penting yang memudahkan jaksa, menangkap kembali tersangka setelah dia dibebaskan! Aku Reporter Nam Hong-Joo dari "Berita SBC"!”
Seong Woo menonton berita melihat kalau kakaknya pasti senang, tapi menurutnya kala kakaknya itu pasti berpikir ini tak adil. Jae Chan terdiam karena dalam mimpinya bersadar di pundak Hong Joo kalau ingin tahu apa yang tak adil.
“Ini benar-benar dirusak.” Keluh Jae Chan. Seung Woo binggung. Jae Chan mengatakan kalau Seung Woo yang merusaknya. Jae Chan benar-benar tak mengerti maksud ucapan kakaknya. 


Ruang sidang
“Korban, Kang Byung-Hee, yang juga merupakan adik terdakwa, bekerja sebagai kurir di siang hari dan sopir panggilan di malam hari! Dia membeli kado ulang tahun adiknya dengan hasil keringatnya dan bisa membiayai adik perempuannya dan membuatnya senang.” Ucap Jae Chan sebagai jaksa. Cho Hee ikut duduk dengan menahan tangis.
“Terdakwa, dibutakan oleh uang dan merenggut, kebahagiaan sang adik, yang berhak dia dapatkan! Meski melakukan tindak pidana berat, terdakwa berpura-pura menangis di depan mayat korban, dan memperdaya para penyidik! Dia bahkan tak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya. Maka, bagiku memisahkan dia dari masyarakat selamanya, bukanlah hukuman yang berat! Aku mohon, hukum terdakwa, dengan hukuman seumur hidup, Yang Mulia!” kata Jae  Chan.
Dae Hee hanya bisa tertunduk menerima hukumannya, Hong Joo sebagai reporter menuliskan berita dengan laptopnya. 

[Bagian 11: Rahasia Yang Tak Dapat Diungkapkan]
Tuan Choi memasang bingkai tulisan "Berilah orang lain pujian dan salahkan diri sendiri!" dalam ruangan. Ia berkomentar kalau ini  bisa saja memburuk. Tapi Berkat Jaksa Jung Jae Chan, jadi mereka bisa mencegahnya jadi menurutnya juniornya itu berhak dipuji.
“Aku tahu dia tak disini, tapi beri tepuk tangan untuknya!” kata Tuan Choi. Jaksa Son dan Lee memberikan tepuk tangan tapi hanya Hee Mi yang enggan mengangkat tanganya.

“Dan aku mengaku salah, karena membebaskan Kang Dae-Hee! Meskipun aku tahu betul betapa cerobohnya Pengacara Lee, aku tak memeriksa ulang saat kita melakukan autopsi. Aku selalu tahu, bahwa arogansi Jaksa Shin suatu hari akan menyulitkan kita! Kenapa aku membiarkan dia menangani kasus sebesar itu? Ini semua salahku!” kata Tuan Choi
“Bukan, ini salahku! Seharusnya sebagai jaksa senior, maka aku lebih berhati-hati memeriksa!” kata Jaksa Son mengaku bersalah
“Tidak, sebagai pengawasnya, aku seharusnya lebih memperhatikan! Jadi Ini salahku!” kata Jaksa Lee.
“Ya, aku juga berpikir itu salahmu." kata Hee Mi. Jaksa Park kaget mendengarnya. 

Hyang Mi sedang berjalan dilorong, binggung mendengar suara teriakan Jaksa Lee yang menganggap Hee Mi sama sekali tak bertanggung jawab. Hee Mi pikir kalau Jaksa Lee  melaksanakan autopsi dengan benar, maka Kang Dae-Hee tak perlu dibebaskan. Sekertaris Jaksa Park menarik Hyang Mi untuk menjauh.
“Benar, aku tak mempunyai alasan untuk itu! Tapi kau jaksa yang bertugas. Kenapa tak melihat kantong obat saat menggeledah tempat tinggalnya? Jika kau menemukannya...” Kata Jaksa Lee
“Aku akan menyitanya jika kau menyimpulkan, dari autopsi bahwa penyebab kematiannya adalah racun! Tapi Kau menyimpulkan bahwa penyebabnya kecelakaan lalu lintas. Jadi, aku hanya mencari bukti yang sesuai dengan itu!” tegas Hee Mi
“Aku tak pernah bilang aku yang benar! Aku tahu aku salah, tapi kau juga bertanggung jawab! Seorang polisi ditikam karena kita jadi Bisa saja ada korban lain. Apa kau tak takut?  Tanganku saja masih gemetar karena ketakutan.” Ucap Jaksa Lee dengan nada tinggi.
“Tidak sama sekali! Meski hal seperti itu terjadi, maka itu bukan salahku! Tapi salahmu!” kata Hee Mi lalu bergegas pergi. Jaksa Lee hanya bisa mengumpat marah. 


Hong Joo berjalan sendirian ditaman, teringat sebelumnya Woo Tak meminta untuk tetap diluar darn menghubungi polisi apabila terjadi sesuatu. Saat itu juga Woo Tak langsung terkena tusuk lalu menahan kaki Dae Hee agar ia bisa berlari bersama Cho Hee.
Ponsel Hong Jee berdering nama yang terlihat "Kepiting Youngdeok" Hong Joo bertanya kenapa Jae Chan menelpnya sekarang.  Jae Chan menanyakan keberadaan Hong Joo sekarang karena berjanji akan mengantar ke kantor setiap hari. Hong Joo berbohong kalau sedang ada di kantor polisi.
“Aku harus disini beberapa hari.” Ucap Hong Joo berpura-pura berteriak pada senior akan mengirimkanya.
“Belakangan ini, aku sibuk sampai tak sempat merasa takut. Jadi, kau tak perlu mengantarku ke kantor...” kata Hong Joo dan langsung terdiam karena Jae Chan sudah ada didepanya.
“Apa Ini kantor polisinya? Jadi Kau berkemah di taman ini atau apa? Lalu Dimana kolegamu?” ejek Jae Chan menengok kesana kemari.
“Bagaimana kau tahu aku disini?” kata Hong Joo binggung menutup telpnya.
“Aku bermimpi. Aku melihatmu menyalahkan diri disini, dan tampak jelek karena menangis” kata Jae Chan membawa sekotak tissue.
“Kau bilang Aku menangis dan Jelek???... Wah, imajinasimu luas... Bagaimana kau bisa bermimpi sekonyol itu?” kata Hong Joo mengelak. 


Di bangku taman depan danau
Hong Joo menangis sampai matanya memerah. Jae Chan menyuruh berhenti menangis karena hidungnya pasti akan terus berair, Hong Joo tetap saja menangis. Jae Chan pun bertanya apakah menurut Hong Joo kalau Woo-Tak terluka karenanya.
“Andai aku tak memberi tahunya tentang restoran ayam goreng itu...” kata Hong Joo merasa bersalah.
“Kau pasti menyalahkan dirimu seperti itu! Aku bahkan tak bisa tidur, karena memikirkan itu. Kalau begitu, aku harus meratap dan tak tidur setiap hari. Aku juga berutang budi pada Woo-Tak!” kata Jae Chan. Hong Joo binggung berhutang dalam hal apa.
“Utangku lebih besar daripada utangmu. Aku juga menyalahkan diriku.” Kata Jae Chan.
“Kau terlihat tenang untuk orang yang menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana kau bisa seperti itu?” ucap Hong Joo heran.
“Aku berusaha memposisikan diriku di posisinya. Jika menjadi dia,. Maka aku tak ingin membesar-besarkan cedera itu, dan tak membenci kita. Yang penting, dia mungkin merasa lega karena melihatmu baik-baik saja dan Itu pasti membuatnya lega.” Kata Jae Chan 


“Jadi, jangan menangis terus! Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu! Tapi jangan lupakan apa yang telah terjadi! Dengan begitu, kau bisa membalas kebaikannya.”
Hee Mi menangis sendirian dalam ruangan, saat itu Jaksa Lee masuk melihatnya tapi akhirnya memilih untuk keluar dari ruangan. Hee Mi pun terus menangis di atas meja. Hyang Mi akan masuk ruangan, Jaksa Lee melarangnya kalau tak boleh masuk sekarang.  Didepan ruangan terlihat note yang dituliskan Jaksa Lee "Sedang ada penyelidikan, jangan mengganggu"

“Tak ada gunanya menyesal. Tak ada gunanya menangisi yang sudah terjadi. Kau hanya bisa memenuhi gelas itu lagi perlahan-lahan. Kau pasti tahu, waktu takkan berputar kembali.” Kata Jae Chan seperti terlihat serius.
Ho Rang pikir itu sebuah lirik lagu, Jae Chan terlihat binggung. Ho Rang merasa Tak biasanya Jae Chan berkata seperti itu dan yakin kalaumeniru perkataan orang lain lalu memujinya hebat. Jae Chan terdiam mengingat kejadian dimasa lalunya. 

Flash Back
Jae Chan mengaku kalau memanipulasi buku rapornya. Tuan Jung terlihat sangat marah membuang semua figura rapor anak yang sangat dibangkanya. Dua anak buah Tuan Jung memarahi Jae Chan yang  berbohong tentang nilainya. Akhirnya Jae Chan hanya bisa menangis di depan Motor, salah satu anak buah Tuan Jung memanggilnya dan bertanya siapa namanya.
“Kenapa ingin tahu namaku?” ucap Jae Chan. Si polisi melihat Jae Chan menangis. Jae Chan mengelak kalau tak menangis. Keduanya duduk didepan motor.
“Andai waktu bisa berputar, tapi kau bisa apa? Tak ada gunanya menangisi yang sudah terjadi. Kau punya banyak waktu. Kau bisa mengisi gelas itu lagi perlahan-lahan. Maka akan tiba saatnya, Ayahmu takkan kecewa padamu lagi. Jadi, jangan menangis terus! Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu. Tapi jangan lupakan apa yang telah terjadi! Apa Mengerti?” kata si petugas polisi menasehatinya. 

Jae Chan mengaku kalau Itu yang dikatakan seseorang kepadanya waktu dulu. Hong Joo merasa Sudah menduga dan ingin tahu siapa namanya.  Jae Chan mengaku tak tahu karena bahkan lupa namanya. Hong Joo ingin mengambil tissue tapi sudah habis. Jae Chan pun memberikan dasinya.
“Apa itu membuatmu merasa lebih baik?” kata Jae Chan setelah melihat Hong Joo menghapus air mata dengan dasinya.
“Boleh aku bersandar padamu?”kata Hong Joo. Jae Chan pun memperbolehkannya dengan memberikan pundaknya. Hong Joo pun bersandar di pundak Hong Joo.
“Jangan menangis terus! Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu! Tapi jangan lupakan apa yang telah terjadi! Saat itu, aku bahkan tak bisa membayangkan,. kalau kalimat hangat yang menenangkan itu, suatu hari akan diingat, sebagai kata-kata terakhir seseorang!” gumam Hong Joo bersandar dibahu Jae Chan. 

Seorang wanita memberikan minuman pada pria yang sibuk dengan kabel disamping TV. Si pria memberitahu kalau sudah beres jadi meminta agar memeriksanya. Wanita pun duduk didepan laptop,  dan melihat "Jadwal Lengkap Olimpiade Rio 2016" lalu memberitahu kalau sudah berfungsi.
“Apa aku melakukan sesuatu sampai koneksinya hilang?” tanya Si wanita seperti seorang atlet panah karena banyak foto di dinding.
“Sepertinya tetanggamu salah menyentuh kabel. Dan Nona, penilaian layanan konsumen sangat penting bagi kami. Jadi Tolong beri aku penilaian yang baik saat kau menerima telepon survei!”kata si petugas. Si wanita menganguk setuju.

“Kalau begitu, bisakah kau membawa kardus itu ke tempat daur ulang? Disinis Kardusnya terlalu banyak. Aku akan menyuruhnya memberimu nilai terbaik!” kata si Bibi yang ada di dapur.
“Tak usah, biar aku saja! Jangan khawatirkan itu!” kata Si wanita. Tapi Pria itu itu pikir tak masalah karena akan membantunya dan akan ke luar.
“Nona, tolong beri aku penilaian bagus!” ucap Si pria saat keluar dari pintu. Si wanita pun mengangguk lalu menutup pintu rumahnya.
Si pria terlihat menatap sinis, lalu membuka aplikasi facebook di ponselnya. Dibagian atas terlihat "Apa yang kau pikirkan, Hak-Young?" Namanya adalah "Do Hak-Young"
Woo Tak sedang ada di ruang rawat melihat facebook dan status Hak Young "Haruskah kuberi dia pelajaran?" lalu memberikan tanda suka. Perawat datang memberitahu Woo Tak kalau boleh pulang siang ini dan bisa ke bagian administrasi untuk membayar tagihannya. Woo Tak menganguk dengan senyuman bahagia. 


Kantor Polisi
Doo Hyun dengan ponsel di telinganya bertanya pada Hong Joo bagaimana dengan kamera dasbornya. Hong Joo mengatakan kalau sudah diserahkan ke polisi. Doo Hyun mengeluh kalau akan sulit tanpa itu dan meminta agar Hong Joo mengerjakan dengan baik. Hong Joo mengangguk mengerti.  Hong Joo membaca pesan dari Woo Tak “Hong-Joo, sebentar lagi aku pulang dari rumah sakit. Apa Kau bisa kemari?”
“Senior! Aku harus pulang lebih awal hari ini.” Kata Hong Joo membereskan semua barang. Doo Hyun sedang konsetrasi langsung menyetujuinya.
“Aku akan berusaha, mendapatkan rekaman kamera dasbor itu.” Ucap Hong Joo bergegas keluar. Doo Hyun baru tersadar kalau Hong Joo sudah pergi.
“Hei! Hong-Joo! Kau mau kemana? Dasar Beraninya dia. Apa Dia tak punya otak? Dia pasti sudah gila!” kata Doo Hyun melihat anak buahnya. 

Di ruang rawat
Woo Tak menganti baju rumah sakit dan terlihat bertelanjang dada. Jae Chan melihat tubuh Woo Tak  merasa kalau sudah bugar. Woo Tak pikir Semua petugas kepolisian sangat bugar Tapi koleganya itu pengecualian. Tiba-tiba  Hong Joo  masuk memanggil Woo Tak. Jae Chan panik langsung menutupi tubuh Woo Tak dengan jasnya.
“Apa Kau tak tahu cara mengetuk?” keluh Jae Chan. Hong Joo sadar kalau Jae Chan yang datang juga.
“Kenapa kau menutupinya? Aku juga ingin melihatnya.” Kata Hong Joo mencoba untuk melihat. Jae Chan menyuruh Woo Tak agar cepat mengunakan bajunya dan Hong Joo agar membalikan badan.
“Hei.. Apa Kau baik-baik saja? Apa Kau sudah boleh pulang?” kata Hong Joo. Woo Tak menganguk.
“Hong-Joo, bolehkah aku tinggal di rumahmu selama beberapa hari?” kata Woo Tak. Jae Chan dengan nada kesal bertanya kenapa.
“Maksudku,...Kenapa harus di rumahnya?” kata Jae Chan.
“Doktorku bilang, aku harus tetap di rumah agar pulih, tapi aku tak bisa melakukannya sendirian. Aku juga tak mau ke rumah orang tuaku.” Kata J Woo Tak. Jae Chan pikir Rumah mereka sangat jauh jadi akan mengantarnya saja.
“Bukan begitu. Aku putra semata wayang selama tiga generasi. Saat aku masih kecil, buah kesemek jatuh di kepalaku. Lalu Orang tuaku langsung menebang semua pohon kesemek di daerahku. Sebelum menjadi polisi, aku bahkan harus menulis sumpah bahwa aku, akan mengundurkan diri jika mengalami cedera. Jika mereka tahu, aku harus menulis surat pengunduran diri. Tolong bantu aku!” kata Woo Tak
“Tentu. Terima kasih telah memintaku... Kau bisa tinggal di rumahku.” Kata Hong Joo dengan bangga.
“Aku juga ingin meminta bantuan kepadamu, Jae-Chan.” Ungkap Woo Tak
Seung Woo pulang kerumah binggung melihat rumah berantakan,  lalu memanggil kakaknya. Tapi yang keluar adalah Woo Bin, anjing milik Woo Tak dengan tissue membalut tubuhnya. Seung Won heran karena memanggil kakaknya tapi malah seekor anjing yang datang.
Bersambung ke episode 14
FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar