PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 21 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 15

PS : All images credit and content copyright : SBS

Woo Tak seperti tak percaya temanya melakukan hal yang melanggar hukum.  Hak-young mengancam Jika keputusan hakim, menyatakannya bersalah, maka akan mengungkap rahasiamu kepada polisi. Woo Tak hanya diam seperti merasa dirinya terancam oleh temanya sendiri.
“Kau tak mau, 'kan? Jadi, lakukan semua yang kau bisa, untuk membuatku tak bersalah.” Tegas Hak Young. 

Hong Joo keluar dari rumah terlihat kebingungan, teringat kembali dengan pembicaran di telp kalau Woo Tak sebenarnya mengenal Hak Young tapi  berpura-pura tak mengenalnya. Woo Tak mengaku kalau sungguh tak mengenalnya. Tapi Ia mengingat saat berita Hak Young di TV, Woo Tak tak bisa mengalihkan pandanganya. 

Woo Tak mengambil sebuah amplop lalu mengajak Hak Young agar menyerahkan diri dan ia akan mengundurkan diri. Hak Young tak percaya melihat temanya memberikan surat pengunduran diri. Woo Tak tahu kalau itu yang Hak Young inginkan.
“Hei! Berengsek! Dasar gila! Aku tak bermaksud melakukan itu... Dasar kau Teganya.. Aku hanya frustrasi...Tak bisakah katakan saja, kalau kau mempercayaiku? Dasar... Kau tak berperasaan.” Ucap Hak Young berteriak histeris sambil mengumpat marah.

Hong Joo akhirnya pergi naik taksi masih gelisah, meminta supir taksi agar lebih cepat mengemudikan mobilnya. Di depan rumah Woo Tak, Hak Young sudah dibawa oleh dua polisi untuk menaiki mobil. Beberapa orang mulai melihat Hak Young dan mengumpat kalau Kejam dan tega sekali. Hak Young menatap Woo Tak saat akan naik ke dalam mobil.
Flash Back
Woo Tak mengaku belum bisa mempercayainya, jadi meminta agar mengatakan padanya. Menurutnya jika ia percaya pada Hak Young setelah mendengar semuanya, maka orang-orang juga, akan percaya kepadanya.
Hak Young di dorong masuk ke dalam mobil dan Woo Tak terus melihat dari kejauhan. 

Hong Joo akhirnya datang dengan menuruni taksi, dengan wajah panik menanyakan keadaanya dan apakah ada yang terluka. Woo Tak mengaku baik-baik saja. Hong Joo bisa bernafas lega mendengarnya, lalu mengomel kalau yang dikatakan tadi memang terjadi.
“Sudah kubilang pria itu akan masuk ke rumahmu. Bukankah aku menyuruhmu untuk mengunci pintu? Kenapa kau tak mendengarkanku?” ucap Hong Joo memukulnya. Woo Tak terlihat akan marah tapi ia hanya mengatakan kalau itu sakit
“Woo Tak.. Apa Kau menangis?” ucap Hong Joo melihat Woo Tak seperti berkaca-kaca. Woo Tak seperti sedih melihat kepergiaan temanya dan mengaku pada Hong Joo kalau pukulan Hong Joo sangat keras dan membuatnya sakit sampai menangis.

Hong Joo sudah ada di dalam mobil menelp Doo Hyun untuk melaporkan bahwa Do Hak-young dipindahkan ke Kantor Polisi Hangang. Doo Hyun ingin tahu alasan Hak Young tiba-tiba menyerahkan diri. Hong Joo menatap Woo Tak yang sedang mengemudi dan menjawab kalau Ada yang meyakinkannya. Doo Hyun ingin tahu siapa orangnya, Hong Joo menjawab kalau akan melaporkan itu dan memberitahu nanti lalu menutup telpnya.
“Kau pintar menahan diri padahal dirimu sangat penasaran.” Komentar Woo Tak
“Banyak yang ingin kutanyakan, tapi kutahan. Apa Kau akan menjawab pertanyaanku? Apa Kau bisa diwawancarai?” kata Hong Joo. Woo Tak mengatakan Tidak.
“Berapa banyak yang kau lihat di mimpimu?” tanya Woo Tak
“Do Hak-young masuk ke rumahmu. Dia memintamu memihaknya karena ia pikir itu tak adil.” Cerita Hong Joo
Woo Tak memastikan apakah hanya itu saja,  Hong Joo mengangguk dan ingin tahu apakah Ada yang lebih penting setelah itu. Woo Tak mengaku tak ada dan hanya seperti yang ada dalam mimpi Hong Joo. 


Woo Tak menarik tangan Hong Joo sebelum masuk, membahas tentang hari ini dan memeluknya sambil mengucapkan Terima kasih sudah mencemaskannya.  Hong Joo pun seperti nyaman ada di pelukan Woo Tak.
Jae Chan terbangun dari tidurnya, panik karena Woo Tak memeluknya dan langsung pergi ke kamar adiknya. 

Hong Joo bertanya pada adiknya yang masih tertidur alasan seorang memeluk untuk berterima kasih dan apakah adiknya memeluk semua orang yang membantunya. Adiknya pikir semua orang bisa berpelukan kalau memang mengingikanya, seperti orang Amerika. Jae Chan tak bisa terima begitu saja dengan menyamakan dengan Orang Amerika
“Kau bisa memeluk Hee-min atau Jaksa Moon jika berterima kasih...” kata Seung Won.
“Ini Tak masuk akal! Kau takkan melakukan itu. Takkan mungkin meskipun ada yang menyelamatkanmu atau negara ini. Karena Kenapa? Karena ini Korea.” Ucap Jae Chan marah.
“Anggap saja mereka berpelukan karena saling menyukai.” Kata Seung Woo.
“Hei! Itu tak boleh terjadi.” Ucap Jae Chan makin panik. Adiknya pun langsung bertanya memangnya Jae Chan itu siapa. Jae Chan terlihat kebingungan karena memang tak memiliki status apapun dengan Hong Joo
“Aku seharusnya berhenti mengurus hal yang tak penting.” Kata Jae Chan keluar dari kamar dan melihat kearah jendela, Hong Joo baru turun dari mobil Woo Tak. 

Hong Joo mengajak Woo Tak untuk sarapan bersama. Woo Tak menolaknya karena sudah terlalu sering dan akan merasa bersalah. Hong Joo menganguk mengerti mengucapkan terimakasih karena sudah mengantar dan pamit masuk dulu.
“Hong Joo.... Soal hari ini...” ucap Woo Tak sudah menarik tangan Hong Joo dan saat itu Jae Chan keluar rumah memanggil Woo Tak.
“Apa Kau mau sarapan? Aku juga mau.”ucap Hong Joo mencegah keduanya berpelukan. Woo Tak hanya menatap Jae Chan seperti bisa melihat dari mimpinya. Hong Joo binggung melihat Jae Chan keluar hanya mengunakan satu sandal.
Woo Tak mengingat dalam mimpinya, Jae Chan bertanya dalam interogasi “Apa Kau juga berpikir Do Hak-young pelakunya, saat kau melihat kasus ini?”  Mengingat semua itu akhirnya Woo Tak mengaku datang pagi kemari untuk sarapan. Woo Tak pikir mereka harus segera masuk karena sangat lapar. 



Di depan kantor polisi
Wartawan banyak berkumpul di depanya, sampai sebuah mobil datang membawa Hak Young. Hak Young keluar dari mobil dengan dua polisi, Doo Hyun dalam kerumunan wartawan langsung bertanya Ada yang ingin disampaikan kepada keluarga yang berduka dan Bagaimana perasaanya sekarang.
“Aku tak membunuhnya!” ucap Hak Young menegaskan. Doo Hyun ingin tahu kenapa Woo Tak membunuhnya.
“Aku difitnah!” teriak Hak Young. Doo Hyun ingin tahu alasan Hak Young menyerahkan diri jika tak mengakui tuduhan itu.
“Temanku memintaku, menyerahkan diri karena hukum akan melindungiku. Dia berkata hukum akan melindungiku yang tak bersalah! Aku percaya kepadanya, jadi, aku menyerahkan diri.” Teriak Hak Young 

Nyonya Yoon melihat berita mengeluh Hak Young banyak bicara seolah-olah sudah melakukan hal baik. Hak Young menegaskan kalau hanya masuk dan memperbaiki Internet dan sungguh tak membunuhnya. Nyonya Yoon meminta agar mematikan TV dan fokus untuk sarapan saja.
“Senang kau sarapan bersama kami, Seringlah datang dan Setiap hari lebih baik” ungkap Ibu Hong Joo senang karena ada banyak yang menemaninya sarapan.
“Haruskah kubicarakan soal mimpi? Tapi Kenapa aku sangat ragu? Kenapa ia tak mengatakan apa-apa?” gumam Jae Chan menatap Hong Joo dan Woo Tak
“Jae chan... Ada yang ingin kukatakan.” Kata Woo Tak. Jae Chan kaget berpikir kalau Woo Tak bisa mendengar suara hatinya. Woo Tak pun binggung. Jae Chan tak ingin membahasanya dan bertanya apa yang ingin dikatakan.
“Do Hak-young yang ada di berita tadi adalah temanku.” Akui Woo Tak. Ibu Hong Joo dan Jae Chan kaget mendengarnya.
“Kami satu SMA dan Dulu ia tinggal bersamaku.” Ungkap Woo Tak. Ibu Hong Joo benar-benar tak yakin mendengarnya.
“Jadi, teman yang meyakinkannya untuk menyerahkan diri...” kata Ibu Hong Joo
“Benar. Dia ke rumahku pagi hari, jadi, aku membujuknya, untuk menyerahkan diri. Kasusnya akan diserahkan kepadamu. Aku melihatnya di dalam mimpi. Jadi Itu sebabnya aku meyakinkannya. Kupikir kau bisa membuktikannya tak bersalah.” Jelas Woo Tak
“Bagaimana kau tahu kalau ia tak bersalah? Apa Kau juga melihatnya di dalam mimpi?” tanya Jae Chan.
“Tidak, tapi aku tahu karena sudah lama mengenalnya. Hak-young takkan pernah...” kata Woo Tak sempat terhenti
“Apa Maksudmu Membunuh? Bagaimana kau bisa sangat yakin? Andai aku bisa mengenal teman lamaku sebaik itu Maka, sidang tak perlu di adakan. Andai semudah itu menyelesaikannya antara teman dan keluarga.” Ungkap Jae Chan
“ Lalu Apa Menurutmu ia bersalah?” kata Woo Tak
“Tidak... Tapi aku tak bisa mengatakan ia tak bersalah juga. Aku belum yakin sebelum menyelidikinya. Jadi Kita lihat saja, ia bersalah atau tidak.” Tegas Jae Chan yang tak ingin gegabah. 



Keduanya berdiri menunggu antrian di kedai kopi, Hong Jo kaget mengetahui kalau Woo-tak memeluknya di mimpi Jae Chan dan ingin tahu alasan apa. Jae Chan menceritakan kalau Woo Tak ingin berterima kasih kepadanya. Hong Joo pikir itu tak mungkin.
“Selain itu, aku tak memeluk orang hanya karena ia memelukku.” Kata Hong Joo
“Tidak, kau memeluknya erat, bahkan bukan hanya berpelukan, kau juga menepuk punggungnya. Apa Kau memeluk sembarang orang?”ejek Jae Chan. Hong Joo menegaskan kalau bukan itu
“Woo-tak bukan sembarang orang. Apa hebatnya ia? Aku juga ingin tahu.” Kata Jae Chan dengan nada tinggi. 

“Katakan saja ia tak hebat... Kurasa Kepiting Youngdeok cemburu.” Bisik Cho Hee melihat keduanya sudah ada di depan meja kasir.
“Kau salah. Aku tak cemburu. Jangan salah paham.” Tegas Jae Chan. Cho Hee pun hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Apa hebatnya Han Woo-tak? Dan kau bilang Kepiting Youngdeok ?” kata Jae Chan yang membuat Hong Joo dan Cho Hee tersenyum. 

Jae Chan pikir kalau itu karena seragam. Hong Joo mengaku  sedikit menyukai pria berseragam, seperti polisi, Angkatan Laut, pilot. Jadi Terkadang menyukai Woo-tak, saat memakai seragam. Jae Chan pikir Jaksa juga memakai jubah.
“Kenapa kau biasa saja saat aku memakai jubah jaksa?”keluh Jae Chan. Hong Joo pikir  Jubah itu bukan apa-apa.
“Kau seperti anggota paduan suara. Aku tak suka.” Kata Hong Joo lalu bergegas pergi mencari bangku.
Jae Chan mendengar kata Paduan suara, membayangkan dalam ruangan sidang dengan satu  timnya menyanyi koor, seperti dalam gereja. Terlihat sangat bersemangat. Ia akhirnya kesal sendiri karena membayangkannya. 

Hong Joo duduk lebih dulu mengaku merasa itu agak tak adil dan kenapa harus membuat alasan pada Jae Chan padahal belum terjadi. Jae Chan pikir Itu akan terjadi jika sebelumnya tak keluar pagi tadi lalu menegaskan kembali kalau ini bukan cemburu tapi Hanya penasaran. Hong Joo mengejek Jae Chan mengaku Penasaran
“Woo-tak adalah teman tersangka. Aku menanyakan ini karena ingin tahu kenapa kau terkesan melindungi. Aku bertanya sebagai jaksa.” Kata Jae Chan.
“Aku tak memihak Woo-tak. Aku juga tak melindunginya. Aku sangat yakin Do Hak-young bersalah.” Ucap Hong Joo
“Kau Bilang Sangat yakin? Berdasarkan apa?” tanya Jae Chan heran
“Hanya Do Hak-young yang terekam kamera CCTV. Dia juga mencurigakan karena kabur dari polisi. Selain itu...” ucap Hong Joo teringat dalam mimpinya Hak Young mengancam Woo Tak. “Jika keputusan hakim menyatakanku bersalah, maka akan kuungkap rahasiamu kepada polisi.
“Woo-tak hanya berkata ia percaya kepada pembunuh itu karena teman,... Bukan karena Woo-tak sungguh berpikir ia tak bersalah.” Jelas Hong Joo
“Apa Kau memihak Woo-tak?” keluh Jae Chan mulai kesal
“Benar... Jika harus memilih, aku akan ada di pihakmu, bukan padanya. Kuharap Do Hak-young menebus perbuatannya. Aku juga tak ingin melihatnya bebas seperti Kang Dae-hee. Aku yakin kau bisa membuktikan bersalah.” Kata Hong Joo
Jae Chan tahu kalau  ini bukan dukungan. Hong Joo membenarkan kalau yang dikatakan  ancaman, karena kalau Jae Chan tak bisa, maka ia akan kecewa.


Flash back
Hong Joo melihat Jae Chan sedang berbicara dengan seorang paman kalau yang membunuh ayahnya adalah adik dari teman ayahnya.  Paman mengaku tak menyangka adiknya akan melakukan hal semacam itu lalu keluar dari ruangan.  Hong Joo keluar dari rumah duka. Jae Chan menahannya bertanya mau kemana.
“Lepaskan! Ada yang ingin kukatakan kepadanya dan Bukan urusanmu. “ kata Hong Joo. Jae Chan menatap Hong Joo mengajak untuk pergi bersama saja karena Ada yang ingin dikatakan kepadanya juga.

[BAGIAN 8: KEANGKUHAN DAN PRASANGKA]
Di depan restoran, tulisan umptan "Kau membunuh pahlawan nasional kita." Ibu Hak Young dibantu oleh Woo Tak menghapus tulisan yang ada didepan restoran, Ibu Hak Young tak percaya kalau Orang-orang bisa sangat rajin bahkan menulis isetiap hari padahal kita selalu menghapusnya.
“Ibu, bagaimana jika kau menutup kedai selama beberapa hari atau Sampai persidangan berakhir?” kata Woo Tak merasa khawatir.
“Woo-tak, apa Hak-young psikopat? Dia adalah Psikopat tak punya emosi. Bagaimana mungkin putraku psikopat? Dia menangis kencang saat Putri Duyung menjadi busa laut. Bagaimana mungkin ia psikopat?” kata Ibu Hak Young menghapus tulisan.
“Ya, tak mungkin.” Kata Woo Tak menenangkan ibu Hak Young.
“Aku tahu ia tak sebaik itu.. Dia mencuri uangmu saat kalian masih kecil, dan sangat membuatku cemas. Tapi ia tak mungkin membunuh orang, 'kan?” ucap Ibu Hak Young.
Woo Tak pikir itu benar, dan saat itu dua orang pengantar makanan lewat melempar telur busuk. Ia langsung melindungi Ibu Hak Young agar tak terkena lemparan, lalu mengumpat kesal pada dua orang yang bertingkah kasar. 



Foto Atlet dengan ibunya terlihat di dalam rumah, Seorang wanita mengeluh kalau Do Hak-young sudah lama menyerahkan diri dan ingin tahu kapan akan membuktikannya bersalah dan mengeluh karena Jaksa Jung sangat lamban dengan kasus ini. Seorang pria terlihat sudah sangat tua, duduk didekat Yoo Bum.
“Dia yang paling kurang berpengalaman di departemennya. Dia belum pernah menangani kasus sebesar itu. Jadi, ia menyelidikinya berulang kali. Setiap hari pasti sangat menyakitkan bagi kalian.” Kata Yoo Bum. Ibu Si Atlet pikir Jae Chan tak pengertian.
“Pengacara Lee... Aku terkena kanker pankreas. Dokter bilang, hidupku tinggal beberapa hari. Aku harus melihat Do Hak-young, di penjara sebelum aku mati. Jika hukum, membebaskannya, mungkin aku akan...” ucap Ayah Si atlet dan Yoo Bum memegang tangan klienya.
“Jangan khawatir! Aku akan memastikannya dituntut dalam sepekan.” Kata Yoo Bum menyakinkan. 

Keduanya keluar dari rumah, Sek Yoo Bum melihat Yoo Bum tak melepas jam tangan atau menggulung kertas hari ini. Yoo Bum seperti baru menyadarinya. Sek Yoo Bum bertanya apakah takkan menuntut mereka.
“Tidak. Aku juga penggemar Nona Yoo Su-kyung, jadi Kuanggap itu penghormatan.” Ungkap Yoo Bum.
“Sepertinya suasana hatimu sedang bagus.” Komentar Sek Yoo Bum.
“Tentu saja. Aku selalu melawan hukum, tapi kali ini tidak. Jadi Aku merasa seperti pemain hebat, yang dulunya pemain kecil. Dan Tolong siapkan berkas pengaduan.” Kata Yoo Bum. Sek Yoo Bum mengerti lalu masuk ke dalam mobil.

Jae Chan pergi ke sebuah toko perhiasan,  Pegawai bertanya  Berapa ukuran cincin kekasih. Jae Chan mengaku tidak tahu ukurannya sambil melihat-lihat cincing dengan wajah binggung, setelah itu berlatih untuk memberikan cincin. Saat itu juga Hong Joo terbangun dari mimpinya.
“Apa Aku memimpikan hal seperti itu juga?” ucap Hong Joo terlihat bahagia, lalu merasakan jantungnya yang berdegup dengan kencang karena menurutnya Cincin terasa berlebihan untuk sekarang.

Ibu Hong Joo membuat Menu spesial untuk sarapan adalah masakan Vietnam, Mereka menikmati masakan ibu Hong Joo, Seung Won memuji Pho buatan Ibu Hong Joo enak sekali danbertanya apakah  pernah membuka restoran Vietnam.
“Yah, sekitar tiga tahun lalu, tapi tak berjalan lancar. Ada restoran Vietnam lain di samping restoranku, dan chef-nya dari Vietnam.” Kata Ibu Hong. Jae Chan terlihat binggung melihat Hong Joo seperti menatapnya penuh 
arti.
“Hong Joo.. Apa Kau demam? Wajahmu merah sekali.”kata Ibunya panik. Hong Joo mengaku kalau itu hanya karena makan sup panas.

“Jam berapa aku harus ada di Kantor Jaksa?” tanya Woo Tak. Jae Chan mengatakan jam dua siang. Hong Joo binggung kenapa Woo Tak datang kesana.
“Untuk menghadiri pemeriksaan saksi.” Kata Woo Tak.
“Kau tak boleh memihak temanmu dan juga harus jujur.” Tegas Jae  Chan. Woo Tak pikir itu sudah pasti.
“Tapi, apa jaksa bisa tahu jika seorang saksi berbohong?” tanya Ibu Hong Joo. Jae Chan pikir itu sudah pasti.
“Ini sulit dipercaya, tapi ia dikenal sebagai detektor kebohongan” kata Seung Won.
Ibu Hong Joo menanyakan komentar Woo Tak dengan sarapannya hari ini. Woo Tak mengatakan rasanya enak sekali. Nyonya Yoon pun bertanya pada Jae Chan apakah Woo Tak berkata jujur. Jae Chan menjawab kalau Woo Tak berkata jujur.
“Letnan Han, apa menurutmu dirimu tampan?” tanya Nyonya Yoon. Woo Tak mengaku Tidak sama sekali.
“Dia berbohong.” Kata Seung Won. Hong Joo juga takin kalau Woo Tak merendah. Jae Chan merasa kalau Woo Tak itu benar-benar pembohong. Woo Tak mengejek semuanya sangat hebat.
“Letnan Han, Apa ada seseorang yang kau suka?” tanya Ibu Hong Joo. Woo Tak mengaku kalau memang menyukai seseorang. Jae Chan mengakui kalau itu jawaban jujur.
“Apa itu Hong-joo?” kata Ibu Hong Joo. Semua langsung terdiam. Hong Joo mengeluh ibunya yang menanyakan hal itu.
“Tak apa. Ibu hanya menggodanya. Jadi Apa benar Hong-joo?” kata Ibu Hong Joo. Woo Tak mengaku bukan. Jae Chan dengan gugup mengatakan kalau Woo Tak berkata Jujur padahal ia tahu kalau Woo Tak memeluk Hong Joo sebelumnya.
“Ah... Kau benar... Aku tak sabar untuk pemeriksaan hari ini.” Ungkap Woo Tak penuh semangat.
“Ya. Kuharap kau jujur seperti sekarang.” Kata Jae Chan. Ibu Hong Joo menyuruh anaknya juga memakai lipstik, sebelum berangkat ke kantor. 


Hong Joo sudah duduk didepan meja. Doo Hyun melihat Hong Joo memerintahkan agar jangan keluarkan barang-barangny dan segera pergi karena mendapat masalah. Hong Joo binggung apa maksud ucapan seniornya itu.
“Keluarga Yoo Soo-yung menggugat Do Hak-young atas pembunuhannya.” Kata Doo Hyun
“Tapi ia sudah diselidiki, Apa Mereka bisa menggugatnya lagi?” kata Hong Joo heran.
“Mereka pasti frustrasi karena penuntutan sangat lamban. Jadi Cepat dengarkan pendapat wakil penggugat.” Kata Doo Hyun. Hong Joo ingin tahu Siapa wakilnya.
“Pengacara Lee Yoo-Bum dari Haegang. Apa Kau mau nomor ponselnya?” ucap Doo Hyun. Hong Joo dengan malas mengaku sudah punya.

Woo-tak datang menemui temanya. Hak Young berkata kalau  Sudah melakukan semua permintaannya bahkan mengakui semuanya kepada Jaksa Jung dan juga sudah melakukan deteksi kebohongan. Tapi ia tetap masih ada dalam penjara.
“Itu Karena Jaksa Jung sangat berhati-hati.” Kata Woo Tak
“Kehati-hatiannya akan membunuhku. Mereka hanya akan memberiku pengacara publik saat sidang. Lalu Apa kata jaksa itu? Apa ia mencari pelaku sebenarnya?” tanya Hak Young
“Akan kutanyakan itu kepadanya dan Aku sedang diperiksa sebagai saksi. Saat sekolah di akademi polisi, aku paling unggul di hukum pidana. Jadi Aku akan berusaha yang terbaik dan membelamu saat sidang.” Kata Woo Tak menyakinkan. Temanya pun menganguk mengerti dan mengucapkan terima kasih banyak.
“Aku sungguh, tak punya siapa-siapa lagi selain dirimu. Dan Woo-tak, kau sudah menemui ibuku? Apa ia baik-baik saja?” kata Hak Young khawatir.
“Dia baik-baik saja dan Kau juga harus baik-baik saja.” Kata Woo Tak mencoba agar temanya bisa bersadar dan tabah. 


KANTOR POLISI
Polwan dan atasnya masuk sambil berkomentar Mie soba restoran itu yang terbaik, lalu mengajak Tuan Oh agar bisa bertukar tugas untuk makan siang. Atasanya bertanya kemana Woo Tak sekarang. Tuan Oh memberitahu Woo Tak pergi ke Kantor Jaksa untuk diperiksa, sebagai saksi kasus Do Hak-young.
“Woo-tak sangat berhati lembut. Dia harus kuat menghadapi jaksa, tak seperti dirimu.” Ejek atasanya.
“Woo-tak... Dia berbeda denganku. Dia pintar karena lulus akademi polisi dan juga berani. Dia bukan tipe orang yang takut kepada jaksa.” Kata Tuan Oh lalu berjalan pergi tapi berhenti didepan pintu.
“Itu Bukan berarti aku tak pintar, tapi ia sedikit lebih pintar dariku. Dan Bukan berarti juga aku pengecut, tapi ia sangat berani.” Kata Tuan Oh.
“Hei.. Pergilah! Aku mengerti maksudmu.” Ungkap atasanya. Tuan Oh tetap membanggakan diri kalau Badannya juga besar.Atasanya mendorong Tuan Oh keluar dibanding terus membanggakan dirinya. 


Restoran Daging
Tuan Choi mendengar Han Woo-tak punya latar belakang hebat,  lulus dari akademi polisi dengan nilai tinggi dan juga mendapat penghargaan dari Perdana Menteri saat lulus. Jae Chan hanya diam. Tuan Choi mengaku sempat berbicara dengannya.
“Dia sangat pandai bicara. Dia bisa meyakinkan kita jika tak fokus.” Kata Tuan Choi lalu melihat Jae Chan makan daging yang gosong dan melarangnya karena tak baik untuk kesehatan.
“Penyidik Choi.. Bagaimana jika aku tak bisa menangani kasus ini?” tanya Jae Chan terlihat ragu.
“Kau akan mendapat masalah. Kau akan disalahkan oleh Kepala Park... Maksudku, oleh semua warga. Kenapa? Apa Kau tak yakin?” kata Tuan Choi
“Tidak, bukan begitu... Penyidik Choi, ada yang ingin kutanyakan.” Kata Jae Chan dengan wajah serius. 

Dua sekertaris masuk ruangan, melihat Hyang Mi bertanya apa yang sedang dikerjakan.  Hyang Mi dengan wajah lesu mengaku kalau ia Sedang menua, karena Ada 7.000 halaman kasus Do Hak-young menunjukan tumpukan kertas diatas mejanya.
“Kepala Park akan memeriksa ulang, jadi, jumlahnya 14.000 halaman. Aku menyalinnya, memberi lubang, dan menjepitnya. Itu sebabnya aku hanya menua disini.” Kata Hyang Mi, Temanya menaruh bunga diatas meja.
“Kami membeli bunga ini karena indah. Beberapa hari ini, bunga musim semi sedang mekar.” Ucap teman Hyang Mi
“Ah.. Benarkah? Aku bahkan tak sempat melihat bunga karena Do Hak-young. Aku belum melihat musim semi.” Keluh Hyang Mi.  Temanya pikir  Masih banyak hari tersisa.
“Kapan? Dokumen ini takkan segera pergi. Kapan aku bisa pergi?” keluh Hyang Mi. 

Terdengar suara ketukan pintu, Hyang Mi dengan malas menyuruh masuk. Woo Tak masuk ruangan bertanya apakah Jaksa Jung ada diruangan. Semua langsung melonggo terpana dengan ketampanan Woo Tak. Hyang Mi bertanya siapa yang datang.
“Aku Han Woo-tak. Aku kemari untuk diperiksa sebagai saksi.”ucap Woo Tak
“Ahh.. Benar, Han Woo-tak. Silakan tunggu disana!” kata Hyang Mi akan keluar dari ruangan mengantar Woo Tak.
Ia bertanya pada temanya apakah mereka membawa parfum, keduanya mengeleng. Hyang Mi kebingungan, tapi keluar ruangan dengan gaya lincah dan penuh semangat Dua temanya pikir musim semi Hyang Mi sudah datang.

Hong Joo datang ke kantor Yoo Bum, Yoo Bum mengulurkan tangan untuk berjabat tangan tapi Hong Joo tak mengubrisnya dan langsung duduk. Yoo Bum mengaku kecewa karena reporte yang dihubunginya ternyata punya masa lalu. Hong Joo mengucapkan Terima kasih dan  sangat tersanjung. Yoo Bum melihat Hong Joo itu masih sama.
“Kau mau minum apa?” tanya sek Yoo Bum. Hong Joo tanpa sungkan minta Cola dingin.
“Tak biasanya ada wakil untuk penggugat. Apa yang kau lakukan sebagai penggugat?” kata Hong Joo tak ingin berlama-lama.
“Kau sangat mengenal Jaksa Jung, 'kan? Dia baru. Jadi, sangat lamban dan juga keras kepala. Dia mengikuti keyakinannya dan berhati-hati. Bukti akan tercemar dan bahkan hilang jika Jae-chan, terus mendengarkan ucapan tersangka, dan menoleransi hak tersangka untuk tetap diam....” kata Yoo Bom dan disela oleh Hong Joo.
“Apa bergosip tentang jaksa adalah pekerjaanmu sebagai wakil?” sindir Hong Joo.
“Bagaimana jika pelakunya hilang? Keluarga korban akan menderita. Itu sebabnya aku menggugatnya mewakili keluarga korban.” Kata Yoo Bum.
“Pengacara Lee Yoo Bum. Apa yang ingin kau katakan?” ucap Hong Joo tak ingin berlama-lama. 


“Apa Kau tak mengerti? Jae-chan takkan menang dengan bukti yang ia miliki. Do Hak-young takkan dituntut, dan ia bisa bebas. Artinya jaksa yang menangani kasus akan disalahkan. Aku disini untuk menghentikan itu.” Ucap Yoo Bum
Saat itu Jae Chan baru kembali makan siang dengan Tuan Choi melihat ada  beberapa pengunjuk rasa didepan kantor jaksa seperti ingin pelaku segera di adili.
“Kali ini, aku akan memihak Jae-chan. Jadi, kau juga bisa membantuku, 'kan?” kata Yoo Bum. Hong Joo terdiam dan terlihat sangat tegang. 

Jae Chan memanggil Hee Mi dengan panggil Senior Shin, untuk  melihat pemeriksaan karena tak mau membuat kesalahan. Hee Mi mengaku itu harus melihatnya saat juniornya meminta senyuman pun terlihat bahagia. Jae Chan memanggil Jaksa Lee, Jaksa Son dan juga Jaksa Park agar bisa melihat interogasinya.  Jaksa Park pikir  , ini kasus terpenting di departemen jadi harus melihatnya.

Para Sekertaris melihat Woo Tak dari kejauhan yang sedang berbicara dengan Tuan Choi.  Hyang Mi terpana kalau seragam polisi terlihat sangat bagus, menurutnya Woo Tak itu Pria yang tampan untuk polisi.
“Kenapa jaksa tak terlihat tampan sepertinya?” komentar Hyang Mi
“Jaksa Jung juga tampan. Kau menyukainya, 'kan?”ungkap Sek lain. Hyang Mi menegaskan kalau itu Hanya sesaat.
“Kalian harus membaca emailnya. Dia benar-benar membosankan. Sebenarnya, ia bukan apa-apa tanpa pekerjaannya sebagai jaksa.”kata Hyang Mi
“Apa Wajah tampan dan tinggi?” sindir Jae Chan sudah ada disampaing Hyang Mi lalu berjalan pergi.
Hyang Mi panik bertanya pada temanya apakah Jae Chan mendengar perkataannya dari tadi. Temanya pikir Jae Chan mendengar dari awal sampai akhir. Hyang Mi panik apa yang akan dilakukan nanti. 

Jae Chan masuk ruangan melihat Woo Tak datang lebih awal lalu berbasa basi bertanya apakah sudah makan siang. Woo Tak mengaku sudah makan n dan berpikir kalau Ada beberapa jaksa yang menyaksikan.
 Di ruang kontrol, Jaksa Lee kaget kalau Woo Tak itu bisa melihatnya. Hyang Mi mengeluh pada Jaksa Lee yang berpikiran seperti itu karena Jae Chan saja tak sadar kalau mereka ada diruang kontrol.
“Pria itu membuat Do Hak-young mengaku, 'kan?” kata Jaksa Park

“Ya. Semoga ia tak membuat Jaksa Jung teperdaya.” Kata Hyang Mi.
“Kasus ini terlalu berat untuk junior seperti Jaksa Jung.” Komentar Jaksa Lee.
“Jangan memanggilnya junior disini. Jaksa Jung terlihat lebih dapat diandalkan, daripada orang sepertimu yang tak melakukan autopsi. Jangan sampai kasus ini seperti kasus Kang Dae-hee,. yang dianggap tak bersalah. Siapa yang memperbaiki kesalahanmu? Siapa yang kembali menuntut Kang Dae-hee setelah ia bebas?” ucap Jaksa Park. Keduanya menjawab itu Jaksa Jung
“Apa Kalian masih berpikir ia tak bisa menangani ini?” kata Tuan Park. Keduanya menjawab tidak.
“Kasus ini sangat mirip kasus Kang Dae-hee. Dia jelas pelakunya, tapi hanya ada bukti tak langsung. Aku yakin kepada Jaksa Jung. Dia akan menemukan bukti penting dan langsung dari pemeriksaan ini.” Kata Jaksa Park. Keduanya pun memberikan semangat. 




Ruang interogasi
“Bagaimana kau bisa mengenal Do Hak-young?” tanya Jae Chan mulai penyedilikan.
“Kami satu SMA... Kami tinggal bersama sampai 1,5 tahun lalu.” Kata Woo Tak sama seperti yang ada dalam mimpinya.
Bersambung ke episode 16
FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar