PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 02 November 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Soo Ji terlihat kesal melihat Sang Goo yang memberikan bunga, dan ingin tahu alasanya. Sang Goo pikir kalau ingin mentraktir makan malam dan binggung melihat sikap Soo J yang berbeda. Soo Ji menegaskan ingin tahu alasan mentraktirnya makan malam.
“Kau bahkan datang ke sini tanpa  memberitahuku dulu.” Kata Soo Ji marah
“Kurasa kau agak dingin  saat menjalin hubungan.” Ucap Sang Goo mengerti.
“Aku memang bilang ingin tidur denganmu. Tapi bukan berarti aku ingin kencan denganmu... CEO Ma, apa kau itu  masih umur 20? Kurasa kau salah paham. Aku hanya main-main denganmu. karena aku ingin tidur dengan seseorang. Kukira kau juga seperti aku. Tapi kau jauh lebih polos dari yang kukira. Ini memalukan.” Ungkap Soo Ji yang tak ingin menjalin hubungan.
“Soo Ji... Kau memang luar biasa jahat rupanya.” Kata Sang Goo melihat Soo Ji berjalan pergi.
“Ya, aku memang jahat... Makanya aku bisa bertahan  seberat ini di bidang sekarang yang aku jalani.  Jadi. berhenti menghalangi jalanku, CEO Ma.” Tegas Soo Ji berjalan pergi.
“Hei, Woo Soo Ji! Apa katamu?!! Kau bulang "Berhenti menghalangi jalanku"? Memangnya aku menyarankan  hal yang lebih dari makan malam bersama? Kita ini sama dan bisa saling mengenal. Hanya itu yang kuinginkan. Kau tidak perlu bersikap agresif soal itu.” Ucap Sang Goo dengan nada penuh amrah.
“Kau harus Dengar.. Kurasa kau itu mengira kerjaanmu sama seperti di organisasi mahasiswa... Ah... Bukan... maksudku Jika hubungan berakhir...maka wanita yang mengalami pahitnya, Yang disalahkan si wanita. Wanita yang akan berkorban.”tegas Soo Ji
“Kenapa kau ini susah dipahami?” ucap Sang Goo seperti tak bisa mengenal Soo Ji
“Kurasa kau tidak kenal  betul dunia itu seperti apa. Apa Pikirmu dunia telah berubah? Semuanya sama saja. Jadi jika kau sungguh ingin tidur denganku, maka berhenti dari pekerjaanmu dan  bicaralah denganku lagi. Maka saat itu, aku mau “berkencan denganmu.” Tegas Soo Ji. Sang Goo hanya terdiam seperti tak percaya kalau Soo Ji bisa berkata seperti itu padanya. 



Se Hee membaca komentar [Pengendara YOLO dilaporkan.] lalu bertanya apakah Bok Nam Juga dilaporkan di aplikasi yang ditemukan Won Seok. Won Seok membenarkan dengan bercerita aklau keduanya saling menukar nomor dan saling kirim pesan. Tapi saat si wanita memblokirnya,  maka Bok Nam mulai menguntitnya.
“Dia pun mencoba menelepon dan kirim  pesan padanya dan membobol akun si wanita.” Kata Won Seok
“Aplikasi kami juga dapat laporan yang sama tentang dia.” Kata Se Hee
“Kasus ini mirip dengan pemerkosaan  yang terjadi di stasiun Namgang, bahkan Polanya juga sama...” ucap Won Seok memperlihatkan ponselnya.
“Tidak.. Dia tidak terlihat seperti penjahat.” Ucap Bo Mi membela Bok Nam
“Hei. Aku juga keihatan mirip model saat duduk seperti sekarang ini.” Keluh Won Seok merasa Bo Mi tak bisa menilai orang dari penampilanya. Bo Mi terlihat malas menatap Won Seok.
“Mereka bertemu lewat game online. Dia terus menguntit si wanita karena kesal kontak dia diblokir. Dia melacak media sosial si wanita dan dia tahu keberadaan wanita itu. Namun si pelaku itu belum ditangkap.” Jelas Won Seok.
“Apa Dia belum ditangkap?” ucap Se Hee. Won Seok membenarkan dan hanya tahu beritanya sampai disitu. Karena Temannya  bekerja di perusahaan game.
“Bukannya Ji Ho bekerja sama dia dan seharusnya kau perlu memberitahunya?” ucap Won Seok juga terlihat khawatir.

Se Hee terdia mengingat ucapan Ji Ho saat di apotik “ Sulit bagiku dapat kerja sambilan di saat seperti ini. Aku saja bisa dapat kerja di  kafe itu karena bantuan Bok Nam. Pekerjaan bukanlah hal yang mudah kucari. Kuharap kau jangan enteng  sekali berkata seperti itu.”
“Meski aku ingin memberitahunya, aku  harus memastikan kebenarannya. Kalau ini tidak benar, maka ini tidak menguntungkan bagi siapapun. Dan ada kemungkinan Ji Ho  bisa dipecat dan Pria ini juga bisa dipecat.” Ucap Se Hee berhati-hati
“Ini 'kan cuma kerja sambilan. Istrimu bisa berhenti kapan saja.” Pikir Won Seok.
“Pekerjaan sambilan itu  penting bagi seseorang. Aku tidak bisa bersikap sombong dan  menghancurkannya. Dan Juga, aku tidak mau  bertanggung jawab atas hal itu. Apa kau bisa. minta tolong temanmu dari perusahaan game itu untuk mencari tahu lebih banyak tentang  kasus Penculikan di Stasiun Namgang? Aku juga ingin tahu informasi tersangkanya.” Kata Se Hee.
“Nanti kuminta bantuan dari dia. Tapi, dahimu kenapa?” tanya Won Seok. Se Hee hanya mengaku ada kecelakaan dan lalai.



 Ji Ho memesan Kopi kafein rendah untuk temanya pada Bok Nam, lalu menghampiri temanya yang sibuk dengan pakaian dalam wanita. Ji Ho pikir Ho Rang sedang libur tapi malah sendirian dan bertanya kemana Won Seok. Ho rang mengatakn kalau Won Seok sibuk hari ini.
“Ini Terlihat Cantik, 'kan? Pakaian dalam ini buat kau. Aku beli ini karena ada diskon.” Ucap Ho Rang memperlihatkan bra berwarna pink. Ji Ho melihatnya seperti merasa geli.
“Kenapa? Apa menurutmu Jelek? Lalu bagaimana Kalau yang ini?” kata Ho Rang memperlihatkan pakaian dalam warna merah.

“Itu 'kan punyamu. Yang cocok buat Ji Ho Noona sepertinya yang ini.” Kata Bok Nam datang dengan menunjuk pakaian dalam warna putih.
“Astaga...Apa maksud omong  kosongmu ini?” keluh Ji Ho melihat Bok Nam yang ikut berkomentar.
“Benar juga.. Pria pasti menganggap Ji Ho sebagai wanita polos.” Goda Ho Rang
“Dia bukan kelihatan polos saja Tapi dia memang polos. Warna putih cocok buat Ji Ho Noona... Apalagi kaos tanpa lengan karena Garis bahu dia cantik” ucap Won Seok memuji
“Hei... Bicara apa kau ini? Cuacanya terlalu dingin, pakai kaos tanpa lengan. Kau bicara seolah sudah  pernah lihat garis bahunya.” Kata Ho Rang.
Ji Ho tiba-tiba terdiam dengan kejadian sebelumnya, Bok Nam memujinya cantik kalau rambutnya diikat. Ji Ho brtanya kapan Bok Nam pernah melihat rambutny diikat, karena belum pernah mengikat rambutnya saat berkerja. Bok Nam meralat ucapanya kalau Ji Ho mungkin terlihat cantik jika rambutnya diikat.
“Aku tak perlu melihatnya langsung, Aku bisa bilang begitu karena dia memang cantik. Kuenya tak usah bayar, Noona.” Kata Bok Nam ramah lalu pergi
“Haruskah aku tinggal bersamanya daripada tinggal sama Won Seok?” pikir Ho Rang yang terkesima dengan ketampanan Bok Nam
“Hei.. Kata-katamu itu tidak serius, 'kan? Kau pasti beli bra ini buat  ditunjukkan pada Won Seok.” Ucap Ji Ho.
“Betul.... Ini semua Buat Won Seok... Malam ini, bra ini akan kupakai. Dan aku tidak akan membiarkan dia  menyentuhku sama sekali.” Ucap Ho Rang memperlihatkan bra merah. Ji Ho melotot bingung. 


Won Seok berjanji akan memberitahu kalau dapat info soal itu. Se Hee pun mengucapkan terima kasih atas semuanya. Won Seok pikir belum memperkenalkan Diri dengan semestinya dan memberikan kartu namanya. Se Hee pun memberikan kartu nama Won Seok pada Bo Mi
“Aku juga seorang CEO  perusahaan startup. Namanya "Get Up". (=Bangun) Aplikasi alarm.” Kata Won Seok. Semua melonggo tak percaya.
“Apa Maksudnya aplikasi alarm  yang saling membangunkan antara teman?” ucap Se Hee. Won Seok membenarkan dan terlihat bangga karena seperti terkejut mendengarnya.
“Oh, kau rupanya pembentuk aplikasi "Get Up". Apa itu yang kita pakai kemarin lusa?” kata pegawai Sang Goo
“Apa Kalian sudah pernah mencoba aplikasiku?” tanya Won Seok bangga.
“Kami semua kagum dengan aplikasi itu setelah menggunakannya. Kami semua juga ingin menanyakan  pada semua perancang aplikasimu jika kami boleh berkesempatan bertemu mereka.” Ucap Se Hee. Won Seok pikir tanya saja sekarang
“Apa alasan kalian membuat aplikasi itu?” tanya Se Hee. Won Seok melonggo bingung.
“Oh, itu karena... Seperti yang kalian tahu..., pengguna sering tidak mendengar alarm dan balik tidur lagi. Jadi suara alarmnya berpindah ke ke ponsel teman si pengguna. Lalu si teman pengguna ini menelepon  si pengguna untuk membangunkannya.” Jelas Won Seok
“Kalau seperti itu, bukankah sudah cukup kalau kita hanya perlu pasang alarm dalam waktu yang berbeda?” pikir Se Hee.
“Bisa juga seperti itu. Tapi... Moto aplikasi kami adalah koneksi antar manusia. Ini bukan sekadar alarm biasa. Tapi Ini alarm media sosial. Pasangan atau pelajar yang belajar bersama bisa saling mengingatkan pagi-pagi dan membuat hubungan mereka menjadi lebih baik.” Jelas Won Seok mengebu-gebu.
“Tapi apa kalian dapat untung dari aplikasi itu? Berapa penghasilan kalian per bulan?” ucap Bo Mi. Won Seok terlihat sedih mengaku mereka tak dapat untung.


“Shim Won Seok.. Kau sebaiknya belajar betapa seriusnya  dosa menolak pernikahan. Kau 'kan suka pakaian dalam tembus pandang. Kita lihat berapa lama kau bisa bertahan.” Ucap Ho Rang sudah siap dengan pakaian dalam yang akan mengoda pacarnya.
Terdengar suara pintu terbuka, Ho Rang buru-buru membaringkan tubuhnya dengan posisi mengoda, tapi Won Seok masuk dengan wajah tertunduk.  Ho Rang binggung dan mendekatinya dengan bertanya ada apa. Won Seok hanya bisa menangis dan memeluk Ho Rang. 

Ho Rang mendengar cerita Won Seok di sofa mengetahui kalau pegawai Sang Goo  bertanya kenapa membuat aplikasi itu, Ia terlhat kesal bertanya Apa maksud mereka tanya seperti itu, padahal Won Seok berhasil menghasilkan uan menurutnya itu hanya Omong kosong.
“Ho Rang... Aku...tak pernah membayangkan aplikasiku dihina seperti itu. Ada banyak aplikasi aneh di dunia ini... Ada aplikasi penghangat tangan Dan ada aplikasi untuk  memamerkan kekayaanmu, bahkan ada aplikasi yang membantu  menggaruk punggung pakai getaran. Apa Aplikasiku itu salah?” ucap Won Seok sedih
“Ya. Tidak ada yang salah dengan "Get Up". Apa mereka meremehkanmu karena  aplikasi mereka peringkat satu dan aplikasimu peringkat 257? Tak kusangka Se Hee seperti itu. Dia saja berguling-guling jatuh agar tidak bayar kaca spion.” Ucap Ho Rang. Won Seok tak percaya mendengarnya,


Ji Ho mencuci cangkir lalu menaruh dibagian rak atas. Bok Ne memberitahu kalau tempat Ji Ho salah menaruh cangkir dengan memarahinya kalau tadi  jaga memecahkannya. Ji Ho membela diri kalau tadi itu karena pelanggan.
“Jika pelanggan hampir menjatuhkan  cangkirnya, pelayan harus menangkapnya... Bukan begitu?” ucap Bok Nam. Ji Ho terlihat binggung dan ketakutan.
“Aku akan merahasiakan kejadian hari ini. Kau berutang padaku. Jadi sebaiknya kau harus balas budi nanti.” Kata Bok Nam. Ji Ho sibuk bekerta tak sadar kalau ponselnya berdering, Bok Nam melihat nama [Pemilik Rumah] dilayar ponsel lalu memberitahu kalau Ji Ho ada telp. Ji Ho bergegas keluar dari cafe untuk mengangkat telp Se Hee. 

Ji Ho pun bertanya ada apa Se Hee menelpnya, Se Hee dengan gugup bertanya hari ini Ji Ho  pulang jam berapa. Ji Ho pikir pulang tepat waktu dan ingin tahu alasan Se Hee menanyakan hal itu. Se Hee dengan gugup mengatakan Arsenal mau tanding hari ini. Ji Ho mengerti.
“Tapi Apa kau telepon karena itu?” ucap Ji Ho. Se Hee mengaku kalau hanya ingin memberitahu saja. Ji Ho pun mengucapkan Terima kasih.
“Dan juga, hari ini... apa kau pulang naik bus?” tanya Se Hee. Ji Ho pikir itu  mungkin dan ingin tahu alasan Se Hee menanyakan hal itu.
“Kenapa kau terus bertanya apa aku pulang naik bus?”tanya Ji Ho heran.
“Begini... Karena kurasa sebaiknya  kau pulang naik bus saja... Maksudku, naik bus lebih efisien..., dan juga lebih aman. Jadi... Halte bus 'kan ada di dekat rumah kita...Aku aneh, kan?” ucap Se Hee merasa dirinya aneh. Ji Ho pun membenarkan dengan dahi mengerti.
Akhirnya Ji Ho menanyakan tentang kitty, apakah Se Hee  sudah menjemputnya. Se Hee mengatakan akan menjemputnya nanti. Ji Ho bertanya apakah nanti Kitty harus pulang naik taksi juga. Se Hee membenarkan karena karena ijam sibuk, maka Kucing akan merasa tidak nyaman kalau ramai orang di dalam bus. Ji Ho mengerti dan merekan akan bertemu saat pertandingan dimulai lalu menutup telp.
“Apa Si Kucing naik taksi tapi dia menyuruhku pulang naik bus? Ada apa dengan orang ini?” keluh Ji Ho kesal. 


Se Hee membaca pesan dari dokter hewan “Kau harus menjemput kucingmu jam 7 malam.” Lalu bergegas meninggalkan mejanya. Tiga karyawan sedang bermain rubik, tapi tak berhasil padahal sudah menonton videonya. Se Hee lewat di depanya.
“Se Hee.. Apa kau bisa main ini? Kau 'kan hebat main rubik, Waktu itu, kau saja buat rekor baru.” Ucap Si pria meminta agar Se Hee memperlihatkanya.
Se Hee sempat terdiam lalu mendekati temanya dan hanya menatap ribuk saja. Semua hanya bisa menghela nafas dan memilih untuk pergi. 

Ji Ho menunggu di halte bus, Bok Nam datang dengan sepeda motor mengeluh Ji Ho selalu pulang duluan dan menyuruhnya untuk segera naik.  Ji Ho menolaknya. Bok Nam pikir kalau Suami Ji Ho yang menyuruh untuk naik bus. Ji Ho kaget Bok Nam bisa mengetahuinya.
“Aku tak sengaja dengar tadi. Apa Kau tak tahu aku bisa mendengar semuanya dari jendela? Dasar Bodoh.” Ejek Bok Nam. Ji Ho menganguk mengerti seperti tak curiga.
“Kau Duluan saja. Aku akan naik bus”kata Ji Ho seperti berharap bertemu Se He.
“Kau penurut sama suamimu, Dia saja tidak datang menjemputmu. Lagipula ini tidak jauh. Cuma jarak satu stasiun dari tempat kerjanya. Tapi kenapa dia tidak pernah  datang menjemputmu?” ucap Bok Nam
“Karena dia sibuk.” Jawab Ji Ho. Bok Nam makin mengejek apakah karean menjemput kucingnya,
“Jadi baginya, kucingnya lebih penting dari istrinya. Jadi Naiklah. Kita minum bir dulu. Kau berutang padaku hari ini, ingatkan?” kata Bok Nam. Ji Ho pun menyanggupinya, saat akan naik motor tasnya sempat terjatuh dan kembali turun untuk mengambilnya. 


Se Hee naik taksi dan meminta agar pergi ke Klinik hewan di depan Stasiun Chungguk pada sopir, tatapan terus mengarah pada rubik. Diteras atap, Won Seok masih tak percaya Se Hee jatuh berguling  karena menghindari kaca spion.
“Itu Sama seperti dikatakan Sang Goo Hyung, yang  dia pedulikan cuma kucing dan angsurannya.” Ucap Won Seok. Ho Rang tak mengerti maksudnya.
“Rekan-rekannya bilang dia hanya  peduli kucingnya. dan biaya angsuran rumahnya. Yang dia pedulikan  cuma angsurannya dan perasaan kecil pada kucingnya. Dia rela tidak pernah naik taksi demi membayar angsuran tapi dia rela naik taksi,  mengeluarkan biaya operas dan membeli makanan kucing  paling mahal buat si kucing itu.” Ucap Won Seok
“Dia memang aneh sekali.” Pikir Ho Rang. Won Seok pikir maka dari itu Orang-orang perusahaannya juga sangat aneh.
“Tapi dialah yang paling aneh... Dia bahkan buat rekor baru.” Jelas Won Seok. Ho Rang ingin tahu rekor apa yang dibuat Se Hee.
“Rubik... Dia pernah ikut lomba rubik  dan mencetak rekor baru.” Kata Won Seok. Ho Rang sempat binggung tapi akhirnya bisa mengingatnya.
“Oh, mainan anak-anak itu? Bukannya itu tinggal  pindah-pindahkan warna saja?” pikir Ho Rang santai. Won Seok terlihat kesal mendenagrnya. 


Bo Mi menelp Se Hee, kalau baru saja bertanya pada pamannya yang polisi, Soal kasus seorang pria mengurung seorang wanita itu. Se Hee mengerti dan meminta Bo Mi mengatakan saja.
“Tersangkanya masih belum diketahui dan hanya ada satu bukti di TKP. Tapi.. Apa, ya, namanya? Yang dipakai buat mengikat baut.Apakah Spinner?” ucap Bo Mi binggung
 “Apa Maksudmu kunci spanner?” kata Se Hee. Bo Mi membenarkan. “Pelakunya meninggalkannya benda itu di TKP dan melarikan diri. Kurasa dia menggunakan itu  sebagai senjata.” Kata Bo Mi. Se Hee terdiam mendengarnya dan kembali memandangi rubik didepanya. 

“Walau kau kira ini mudah, kau  harus menghitung pergerakannya. Ada lebih dari 4 juta kemungkinan pergerakan saat bermain ini. Jadi kesempatannya lebih sedikit daripada. memenangkan undian tiap hari dalam dua minggu.” Ucap Won Seok sudah memegang rubik didepanya.
“Kau dapat ini darimana?” tanya Ho Rang. Won Seok mengatakan menukarnya pakai cumi
“Diamlah. Bukan itu yang penting. Kau tidak bisa main ini kalau cuma memindahkan warna seenaknya. Kau takkan pernah bisa menyelesaikannya  jika tidak memperhatikannya. Kau harus mengingat rumusnya dan putar satu per satu seakan mencoba mencari petunjuk.” Ucap Won Seok penuh semangat mengajarkan Ho Rang.
“Berisik! Hentikan. Kita 'kan tadi membicarakan Se Hee. Tapi kau membicarakan rubik  selama 30 menit. Apa kau Tahu  yang paling kubenci?” ucap Ho Rang kesal
“Bicara soal mainan, rumus dan rumus permainan.” Ucap Won Seok melonggo
“Aku sudah bilang begitu selama tujuh tahun, dan kau tidak mengerti juga. Di kehidupanku selanjutnya, aku takkan pernah mau bertemu mahasiswa teknik lagi.” Kata Ho Rang kesal. 


Se Hee menatap rubik mengingat kembali saat bertemu dengan Bok Nam yang berkata “Kenapa? Apa menurutmu  aku berbahaya?” lalu di cafe berkomentar kalau Tanda tangannya sudah ganti. Di kantor Won Seok mengingat tentang kasus wanita dikurung.
“Menurutku, pola ini mirip  dengan kasus ini.< Dia kesal karena nomornya diblokir,  jadi dia terus menguntitnya. Dia tahu alamat si wanita dari media sosial, lalu menculik si wanita.” Kata Won Seok
Se Hee juga ingat dengan Bo Mi memberitahu  Kunci spanner yang dipakai sebagai senjata. Ia melihat benda itu didalam tas Bok Nam, dengan wajahnya mengoda Bo Mi kalau benda itu bisa memperbaiki hati seorang wanita lalu mengatakan harus mendapatkan keinginanya
Ia langsung berusaha menyelesaikan rubik ditanganya dengan pemikiran saat Se Hee bertemu dengan Bok Nam, hanya dalam beberapa detik sudah menyelesaikan ribuknya dan memanggil supir taksi. 

Ji Ho duduk bersama Bok Nam mengingat Se Hee yang memberitahu  ada pertandingan Arsenal hari ini. Bok Nam meminum bir merasakan nyaman, lalu menanyakan alasan Ji Ho menikah dengan suaminya. Ji Ho terlihat binggung karena alasan menikah membutuhkan tempat tinggal.
“Pasti ada alasan kau menikahinya. Apa yang kau suka tentang dia?” tanya Bok Nam.
“Dia sangat hemat dan juga pandai mengatur hidupnya. Kau juga tadi lihat bagaimana dia  menghindari kaca spion.” Ucap Ji Ho berusaha mencari alasan menyakinkan.
“Apa Itu saja? Karena itu kau menikahinya?” tanya Bok Nam. Ji H mengatakan kalau Se Hee punya perkerjaan tetap dan juga memiliki rumah. “Karena itu kau menyimpan kontak dia "pemilikRumah" di ponselmu? Aku melihatnya waktu dia meneleponmu.” Kata Bok Nam curiga.
“Itu seperti nama panggilan sayang.. Yahh. Begitulah.” Kata Ji Ho berdalih
“Apa Maksudmu dia bukan  pemilik sebenarnya?” tanya Bok Nam.
“Dia memang pemilik rumah itu Tapi aku juga membayarnya. Aku kerja sambilan dan menyortir benda tak dipakai. Aku merawat kucing itu. Dan terkadang aku membuatkan  sarapan buat dia. Walaupun Itu cukup jarang terjadi sebenarnya.” Cerita Ji Ho
“Tapi itu membosankan. Kukira orang menikah karena alasan lain, atau orang menikah karena  cinta atau takdir. Berarti, pernikahan sepertinya tidak ada artinya. Itu Malah seperti kerjaan sambilan. Perdagangan antara tenaga kerja dan  pengusaha.” Pikir Bok Nam. Ji Ho hanya diam saja. 



Won Seok melihat Ho Rang sedang memakain cream diwajah lalu perhalan mendekat karena tahu pacarnya itu pasti marah. Ho Rang tak ingin membahasnya karena  bukan pertama kalinya. Won Sek meminta maaf karena tidak bisa menahannya.
“Jangan berlutut seperti itu, Aku benci melihatnya.” Kata Ho Rang. Won Seok pun duduk seperti biasanya.
“Tapi Bukan ini saja alasan aku kecewa sekarang. Kenapa kau sampai pergi ke  kantor orang lain dan dihina seperti itu? Mereka itu konyol. Kenapa mereka peduli sekali dengan aplikasi buatan orang” kata Ho Rang marah
“Ho Rang... Kenapa kau mau menikah denganku? Pekerjaanku tak kunjung dapat investasi dan aku selama  tiga tahun seperti ini terus. Bahkan Uang, mobil, atau rumah, aku tak punya... Aku tak punya apa apa... Kenapa kau mau menikah denganku?” ucap Won Seok seperti tak percaya diri.
“Apa maksudmu? Aku mau menikah karena kau.” Kata Ho Rang santai. Wo Seok terlihat kaget dan binggung.
“Ya, itu karena kau, Won Seok... Apa harus ada alasan lagi?” kata Ho Rang. 

Se Hee pergi ke halte tempat Ji Ho menunggu bus, tapi tak melhatnya lalu mencoba nelp dan mendengar suara yang terasa dekat. Ternyata ponsel Ji Ho jatuh saat tasnya sempat terjatuh sebelum menaiki motor Bok Nam.
“Karena dia orangnya.. Aku menikahinya karena dia. Bukannya aku mau bilang kalau pekerjaan  dan rumahnya juga bukan alasannya, tapi... Kalau dia orang lain..., aku pasti tidak akan menikahi orang itu, walau dengan kondisi yang sama. Jadi tolong jangan berkata seperti itu Aku tahu pernikahan bukanlah hal hebat. Tapi bukan berarti orang asing bisa  meremehkan pernikahan.”Ucap Ji Ho seperti merasa cocok dengan Se Hee.
 “Berarti menurutmu aku orang asing, ya... Jadi... Kalau ada yang terjadi disini sekarang, apa menurutmu suamimu datang menyelamatkanmu?” ucap Bok Nam, Ji Ho terlihat kaget.
“Maksudku..., walau kau berpikir seperti itu...,dia tetap sibuk mengurus kucingnya  dan menyuruhmu naik bus. Dia tidak peduli denganmu.” Kata Bok Nam menyindir.
“Hei.. Kenapa kau sangat membencinya?” tanya Ji Ho heran.
“Kenapa kau tidak jawab pertanyaanku? Kurasa kau tidak yakin apa suamimu akan datang menyelamatkanmu atau tidak.” Kata Bok Nam. Ji Ho mengaku kalau memang tak yakin agar membuat Bok Nam puas seperti sedang bercanda.
“Makanya. Kenapa kau menikah dengan suami palsu?” ucap Bok Nam.
Ji Ho kaget Bok Nam bisa mengetahuinya. Bok Nam melihat birnya habis dan menawarkan Ji Ho agar minum lagi dan berjalan ke motornya, Ji Ho ingin memastikan apa yang dikatakan Bok Nam sebelumnya. Bok Nam malah mengejak Ji Ho yang terlihat kaget karen ia sudah tahu.
“Aku ini malah sangat tertarik padamu lebih dari yang kau kira. Aku bukan orang asing.” Ucap Bok Nam dengan membawa kunci dari dari motor dan berjalan ingin memukul Ji Ho. Ji Ho terlihat ketakutan.
Tiba-tiba tangan Bok Nam ditahan oleh Se Hee yang datang, dan membuang kunci dari tangan Bok Nam. Ji Ho kaget melihat Se Hee yang datang menyelamatkanya. Se Hee pun mengajak Ji Ho untuk mengajak untuk menonton bola.
“Mau apa kau sekarang?” ucap Bok Nam marah. Se Hee melotot menyuruh agar melepaskan tanganya.
“Kalau tak mau kulepas, bagaimana? Apa Kau mau pukul aku?” ucap Bok Nam menantang.
“Tidak, aku tidak memukul orang. Sayang uangnya untuk ganti rugi. Aku baru tahu kalau motormu memang mahal. Jadi Aku akan ganti rugi sampai tahun 2048  sambil mengangsur rumahku.” Ucap Se Hee lalu sengaja mematahkan kaca spion lalu menjatuhkan begitu saja.
Ji Ho melotot kaget karena Se Hee mau melakukan itu. Bok Nam menjerit histeris melihat motornya yang rusak. Se Hee langsung mengulurkan tangan Ji Ho dan berkata “Ayo pulang ke rumah kita”. Ji Ho menatapnya dan meraih tangan Se Hee dan mereka berjalan masuk apartement.
“Jika kita tidak mencoba dan tidak bisa saling memahami. Walau dunia seperti ini...Hal yang kita sebut cinta.. masih ada.”
Bersambung ke episode 9

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


5 komentar: