PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 05 November 2017

Sinopsis The Package Episode 7 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Su Su menceritakan kalau mereka memesan aula pernikahan Dan pergi ke konser musik bersama kedua orang tua masing-masing. Tapi saat itu Su Su melihat sang kakak ipar menyanyi diatas panggung, langsung menghajar habis-habisan dan bertanya dimana meninggalkan kakaknya. Akhirnya Su Su pun ditangkap dan masuk penjara. 

Flash Back
Bae Hyung Goo bertemu dengan Su Su dipenjara bertanya apakah  merenungkan tindakannya. Su Su pikir itu tak penting, Hyun Goo rasa akalu Su Su berpikir ia yang meninggalkan kakaknya tapi  menurutnya itu hanya bagian  dari hubungan mereka.
“Katakanlah seekor anak anjing menyukai keranjang ini. Lalu Kau bisa meletakkan anak anjing itu di keranjang, tapi kau tidak bisa... Meletakkan keranjang di anak anjing. Esensi seseorang dalam suatu hubungan tidak berubah.” Ucap Hyung Goo seperti meremekan Su Su 

“Hei.. Apa yang dikatakan brengsek itu?” teriak So So marah.  Hyung Goo pikir Su Su pasti tidak mengerti.
“Aku akan mempermudah kalimatnya. Pernikahan adalah seperti sup nasi, apa kau akan memasukkan nasi ke sup atau sebaliknya. Tapi fakta bahwa nasi, sup, dan  yang lainnya tidak berubah.” Ucap Hyung Goo. Su Su tak tahan ingin melempar bangkunya.
“Yoon Su Su. Bukannya kau  ingin menemukan Noona-mu?” ucap Hyung Goo yang membuat Su Su akhirnya tak marah. 

Su Su memberitahu kalau Hyun Goo menyuruhnya diam dan untuk tidak menyebarkan rumor tentang dirinya, setelah it akan memberitahu Alamat dan melakukan kesepakatan. So So terdiam. Su Su memberitahu kalauia sekarang menjadi mantan narapidana sebelum pernikahannya bahkan dipecat, dan jadi pengangguran.
“Aku minta maaf... Semua karena aku... Lalu Bagaimana dengan pernikahanmu?” ucap So So merasa bersalah.
“Orang tua Doo Ri datang pada hari pembebasanku.” Ucap Su Su 

Flash Back
Su Su berteriak marah pada Hyung Goo setelah menerima alamat kakaknya di paris. Saat itu Do Ri memanggilnya, kedua orang tua pun ikut datang menjemputnya. Nyonya Yoon melihat anaknya yang kehilangan banyak berat badan.
“Hei, menantu laki-laki, sekarang tidak apa-apa...Setidaknya kau bukan pecandu narkoba.” Ucap Tuan Han dan meminta istrinya agar memberikan sesuatu pada Su Su.
“Menantu laki-laki, aku tidak membawa tahu, tapi aku punya susu kedelai.” Ucap Ibu Do Ri seperti masih sangat sayang pada Su Su. 

“Mereka mengatakan kepadaku, agar membawamu kembali untuk pernikahan kami musim semi nanti. Bahkan Ibu mertua membiayai  perjalananku ke sini.” Ucap Su Su merasa tak enak hati lalu memberitahu sesuatu yang kakaknya tak tahu.
“Kau Harus tahu, Tidak ada yang membencimu, Kecuali satu orang, Yaitu Kau sendiri.” Ucap Su Su. Ma Roo  melihat So So dari kejauhan terlihat mengusap air matanya.
“Kau tidak bisa berpakaian  seperti itu untuk pernikahanmu, Sekarang Ikut aku.”kata So So menarik adiknya untuk pergi, Ma Roo pun beranjak pergi. 

So Ran sibuk memilih topi dari luar Kyung Jae melihatnya. So Ran dengan bahasa inggrisnya yang pas-pasan bertanya lebih baik warna mereha atau cream. Si penjual seperti tak mengerti, tapi setelah diulang menunjuk topi merah. So Ran pun keluar dari toko dengan topi merah.
Saat itu juga, Di depan toko Kyung Jae sudah menunggu dengan senyuman. So Ran seperti masih marah dan melihat ada banyak belanjaan ditangan Kyung Jae. Kyung Jae mengajak So Ran agar minum kopi karena membutuh kafein.

Keduanya duduk di cafe, Kyung Jae melihat So Ran masih cemberut  mengajak untuk berbaikan. So Ran pikir kalau ini bukan sesuatu yang bisa mereka atasi. Kyung Jae mengaku kalau ia yang salah. Dan tidak akan melakukannya lagi.
“Lalu Kau tidak akan melakukan apa lagi?” tanya So Ran. Kyung Jae menjawab kalau Semua yang dibenci.
“Apa yang aku benci?” tanya So Ran. Kyung Jae menjawab kalau Berbicara tentang pekerjaan, menggunakan pekerjaan sebagai alasan, dan terus bekerja. So Ran seperti kesal tak ingin membahasnya lagi karena Kyung Jae belum mengerti juga.
“Dan juga...” ucap Kyung Jae. So Ran tak ingin membahasnya karena membuat Kepalanya jadi sakit.
“Dan aku tidak akan  selalu berbicara "nanti". Aku tidak akan menunda semuanya sampai "nanti". “ ungkap Kyung Jae. So Ran sempat melonggo karena Kyung Jae ternyata mengerti yang ada dalam pikiranya.
“Aku benar-benar tidak mampu sekarang. Jadi tidak banyak yang bisa aku lakukan. Aku berbicara seperti itu karena merasa bisa melakukannya di masa depan.” Jelas Kyung Jae
“Akan ada banyak hal yang tidak bisa kita lakukan di masa depan. Lalu kau akan menyingkirkannya sampai nanti. Cinta seharusnya terjadi di masa sekarang. Jadi Jangan menyebut dirimu tidak mampu. Dan kenapa kau membeli itu semua? Kau itu tidak punya uang.” Ucap So Ran

Kyung Jae pikir tidak banyak dengan memperlihatkan plastik yang pertama adalah kue gula yang sangat disukai So Ran, lalu sweater, Syal, loafer yang  disukai So Ran, lalu yang terakhir mengatakan kalau Ia adalah orang yang disukai So Ran juga untuk merayu
“Hei.. Apa kau mulai tidak waras? Kau bilang kerja itu sulit dan tidak punya investasi.” Ucap So  Ran marah.
“Haruskah ku kembalikan saja?” kata Kyung Jae. So Ran pikir tak perlu langsung mengambil semua barang dan mengucapkan Terima kasih.
“Lalu Kapan kau akan menerima ini?” kata Kyung Jae yang sedari tadi mengulurkan tanganya. So Ran menjawab kalau itu nanti.
“Nanti kapan?” tanya Kyung Jae. So Ran menjawab kalau itu tak tahu lalu mengajak pergi kalau mereka harus kembali dan menarik tangan Kyung Jae. Kyung Jae tersenyum karena So Ran mengenggam tanganya. 


So So membelikan sebuah setelah jas untuk adiknya, memuji kalau terlihat bagus. Su Su merasa kalau pakaian itu terasa tidak nyaman. So So meminta adiknya agar mau mendengarkanya dan memilihkan sebuah dasi, Su Su merasa Dasi membuatnya merasa tidak bebas.
“Kau.... Diam saja!” ucap So So memilihkan sebuah dasi untuk adiknya. Dari luar Ma Roo melihat adik dan kakak yang terlihat akur.
“Aku benci mengikat leherku.” Keluh Su Su. So So menyuruh adiknya menunduk agar bisa memasangkan dasi.
“Wow, adik kecilku sudah dewasa. Aku ingin membelikanmu setelan jas saat kau lulus dari perguruan tinggi. Bahkan Aku ingin membeli satu untukmu saat kau keluar dari militer. Dan aku ingin membeli satu lagi untukmu di hari pertama kau bekerja. Tapi Aku terlambat, kan?” ucap So So melihat adiknya yang tampan terlihat dicermin.
Su Su hanya terdiam. So So pikir setelah jasnya itu cocok dipakai untuk pernikahannya. Ma Roo bisa melihat So So yang tersenyum, sambil bertanya-tanya apakah So S memang selalu tersenyum dan begitu cantik. 


Tuan Oh duduk ditaman mengeluh kalau menghabiskan 2 hari terakhir di kastil menurutnya Kenapa tidak ke tempat lain. Nyonya Han memberitah kalau Ini bukan kastil, tapi gereja. Tuan Oh pikir  Ini semua sama saja dan perlu berbicara dengan atasannya.
“Apa kau sudah menelpon anak-anak?” tanya Nyonya Han. Tuan Oh pikir kenapa harus dirinya karena Panggilan internasional itu mahal.
“Astaga... aku ingin tahu, Apa mereka makan sudah makan. Aku bahkan tidak mengajari putri satu-satuku cara membuat kimchi.” Ucap Nyonya Han khawatir.
“Restoran sudah penuh dengan kimchi. Dia bisa memakannya.” Kata Tuan Oh
“Lalu mau Sampai kapan? Aku tidak bisa selamanya membuat kimchi untuknya.” Kata Nyonya Han.
“Aku yakin mereka akan melakukannya sendiri saat kau jadi nenek tua renta” kata Tuan Oh
“Siapa bilang aku akan hidup sampai jadi nenek tua?” kata Nyonya Han yang memiliki kanker.
“Kau seharusnya tidak mengatakan itu... Ayoo.. Bangunlah, kita bisa harus cari makanan.” Kata Tuan Oh yang ketus tak ingin istrinya meninggal lebih dulu.
“Sayang, Aku minta tolong padamu.” Ucap Nyonya Han menahan istrinya. Tuan Oh pikir istrinya membutuhkan uang.
“Tidak bisakah kau memikirkan apa yang orang lain pikirkan?” kata Nyonya Han sambil tersenyum. Tuan Oh pikir lebih baik Pikirkan urusannya sendiri.
“Berhenti menjadi begitu keras kepala,  dan kurangi teriakanmu itu sedikit.” Pinta Nyonya Han.
“Kapan aku berteriak begitu?” teriak Tuan Oh yang membuat Nyonya Han kaget.
“Baiklah, ayo kita berhenti... Maksudku, jika mereka melakukan pekerjaan dengan baik, aku akan mengurus masalahku sendiri. Jika mereka melakukan pekerjaan dengan baik, aku tidak akan begitu keras kepala. Itu semua salah mereka!” ucap Tuan Oh
“Aku mengerti. ... Aku yang salah karena bertanya.” Ungkap Nyonya Han sudah tak mau berkata-kata lagi dan mengajak mereka segera pergi saja. Tuan Oh yang kesal seperti tak ingin dirangkul oleh istrinya. 


Mereka pun makan siang bersama, Hyun sadar kalau ada orang yang hilang saat mereka makan. Yeon Jung sibuk  menelp sambil bermesraan dengan istrinya
“Tentu saja, aku merindukanmu. Sudah 5 hari tapi rasanya sudah 5 tahun.” Ungkap Yeon Jung mengoda. Istrinya pikir kalau  Yeon Jung pikir menganggap seperti 50 tahun..
“Yah..Rasanya sudah 500 tahun.” Kata Yeon Jung. Istrinya pun mengaku kalau sangat merindukannya.
“Haruskah kita melakukan video call?” ucap Yeon Jung melihat sekeliling yang tak terlalu ramai.
“Aku tidak bisa sekarang. Aku sedang rapat.”ucap Sang istri sedang mengunakan jubah mandi. Yeon Jung pikir istrinay belum pulang.
“Aku bekerja akhir-akhir ini. Jadi Aku ingin pulang ke rumah  dan mandi lalu istirahat.” Ucap istrinya dan seorang pria bertelanjang dada keluar dari kamar mandi, lalu memberikan kode agar tak bersuara.
“Oke, apa yang harus aku beli? Katakan semua yang kau inginkan” ucap Yeon Jung. Istrinya mengaku kalau harus rapat dan menyudahi telpnya dengan saling memberikan kecupan.
Si pria muda melihat Istri Yeon Jung berkomentar kalau belum berubah. Istri Yeon Jung pikir mereka akan memulainya. Si Pria merasa kalau sekarang sudah siap. 


Yeon Jung kembali duduk dengan wajah sumringah mulai makan siang, Hyun melihat Yeon Jung penuh semangat lalu dengan sinis menyuruh agar Kenakan kacamata hitamnya. Yeon Jung binggung kenapa harus mengunakan kacamata hitam.
“Aku tidak menyukai hati di matamu.” Ucap Hyun sinis. Yeon Jung pikir kalau hati ini untuk Hyun dengan mengodanya.
“Aku sudah tahu kau ngobrol di telepon dengan wanita itu.” Kata Hyun. Yeon Jung tak mau membahasnya memilih memakai kacamata hitam dan mulai makan.
“Tapi, bagaimana kau tahu  Aku berbicara dengannya?”tanya Yeon Jung
“Karena kau tidak pernah  melihatku seperti itu.” Kata Hyun kesal. 

So So kembali melakukan tour kalau sebelumnya memberitahu Saint-Malo adalah kota bajak laut, Katedral St. Vincent dibangun sebagai fasilitas sukarela di tahun 1200an. Tuan Oh berkomentar kalau itu Seperti Benteng Namhansanseong. Nyonya Han meminta suaminya agar jangan banyak komentar.
“Kau tidak pernah membiarkanku mengatakan apapun.” Ucap Tuan Oh . So Ran kembali mengejek Tuan Oh yang banyak mengomel.
“Benteng Namhansanseong adalah benteng terbaik negara kita dan Benteng ini juga sama.  Selama perang di tahun 1200an, serangan tersebut menghalangi serangan orang-orang Jerman. Jadi 70 sampai 80 persennya hancur. Tapi melalui upaya restorasi setelah perang, Mereka membangun kembali  desainnya tahun 1700-an.” Ucap So So mengajak berjalan melalui benteng. 

“Apa kau tahu "The Last Concert"?” tanya So So. Yeon Jung menjawab apakah itu maksudnya lagu Lee Sung Chul.
“Bukan lagu, tapi ini filmnya. Apa Kau pernah mendengar  tentang Stella, kan?” kata So So. Tuan Oh pikir itu merek mobil. So So kembali mengulang kalau ini adalah film.
“Dalam film Perancis, "The Last Concert," Stella adalah pemimpin wanita. Cinta dalam hidupnya berhasil sebagai pianis dan memiliki sebuah konser. Stella meninggal di antara penonton. Kau mungkin pernah mendengarnya sebelumnya. Adegan terakhir dari film tersebut berlangsung di pantai Saint-Malo.” Jelas So So dengan membayangkan Stella yang menangis.
“Hari ini, kelompok kita sudah genap. Silakan berpegangan tangan dengan orang di sampingmu. Aku selalu berbicara tentang "The Last Concert" saat datang kesini. "Cintai dengan penuh semangat, seolah-olah takut akan perpisahan." Aku pikir itu adalah pesan yang diberikan Saint-Malo kepada kita. Jangan lepaskan tangan masing-masing sampai kita bertemu di pintu masuk jam 6 sore. Dan Hari ini adalah hari berpegangan tangan.” Ucap So So
Tuan Oh dan Nyonya Han, mulai berpegangan tangan. Hyun dan Yeon Jung, So Ran dan Kyung Jae sudah terlihat makin mesra. Ma Roo yang duduk disamping Su Su ingin memegang tangan calon adik iparnya, tapi Su Su sudah memperlihatkan mata sinisnya. Akhirnya keduanya sama-sama saling memalingkan badan. 


Seorang pemain musik dengan mengunakan alat pemutar musik mulai menyanyi,  bentuknya seperti kertas morse yang diputur akhirnya memberikan suara yang indah. Hyun dan Yeon Jung terlihat bergandengan tangan, So Ran berada dalam dekapan Kyung Jae. Nyonya Han ingin mengenggam tangan suaminya, tapi Tuan Oh seperti masih kesal memilih untuk pergi. 

Su Su membagikan kartu pos pada semua anggota tim, Su Su menjelaskan kalau itu adalah kartu pos Saint-Malo, jadi menulis surat kepada kekasih mereka maka akan mengirimkannyahari ini dan Butuh waktu sekitar 3 sampai 4 minggu untuk sampai ke Korea.
“Jadi kau akan mendapatkannya, ketika kau sudah lupa tentang hari ini.” Ucap So So. Tuan Oh pikir mereka harus menulisnya sekarang. So So pun mempersilahkanya.
“Kau mau tulis untuk siapa?” tanya Tuan Oh. Nyonya Han memilih untuk pindah tempat duduk agar bisa menulis sendiri.  Tuan Oh terlihat kesal dengan sikap istrinya. Kyung Jae pun memilih untuk duduk berpisah dengan So Ran. Ma Roo terdiam seperti memikirkan siapa yan harus di kirimkan surat. 

Nona Oh sudah diberikan surat [Pengesahan Kelakukan Buruk] . Tuan Yoon mengetahui dari Nona Oh kalau Ma Roo menggunakan  kartu identitas atasannya Untuk mendapatkan informasi rahasia dari perusahaan jadi meminta agar menanda tangani itu.
“Ma Roo mendapatkannya karena kepala seksi Memintamu untuk melakukan sesuatu, seperti yang kau sampaikan kepada Ma Roo,  Bagian itu dihapus.” Ucap Nona Oh.
“Lakukan permainan dengan benar. Perusahaan tersebut akan mengajukan tuntutan hukum sebesar 1,4 miliar won.” Ucap Tuan Yoon. Nona Oh kaget mendengar angka 1,4 miliar won.
“Ini adalah dokumen tambahan untuk tuntutan hukum tersebut. Jika kita terluka oleh ini,  Apa kau pikir akan baik-baik saja? Haruskah kita bergabung di partai 1,4 miliar won?” ucap Tuan Yoon memberikan pilihan.
“Ma Roo tidak punya 1,4 miliar won.” Kata Nona Oh khawatir. Tuan Yoon bertanya apakah Nona Oh memilikinya. Nona Oh mengeleng dan Tuan Oh juga mengaku kalau tak punya uan sebanyak itu.
“Orang yang tidak punya uang perlu diam, jadi Tanda tangani itu.” Kata Tuan Yoon. Nona Oh terlihat gugup ingin memberikan tanda tangan. Ma Roo masih duduk di bus seperti memikirkan siapa yang akn dikirimkan surat 


Ma Roo masih memainkan pulpenya, seperti masih berpikir siapa yang harus dikirimkan kartu pos.  Su Su turun dari bus memberitahu pada So So kalau sudah mengumpulkannya. Su Su mengatakan aklau ingin membawa adiknya berkeliling sebagai asisten dalm turu
“Apa kau melihat gerbang itu? Jika berbelok ke kanan dan berjalan 60 meter, ada restoran. Lalu Ada sebuah taman di seberang jalan. Dan Ada kotak surat di sisi kiri di bagian akhir. Jadi Letakkan itu di sana.” Ucap So So.
Su Su binggung apakah ia yang harus melakukanya. So So pikir kalau adiknya memang tak mau maka ia yang harus melakukanya, karena pasti lelah jadi lebih baik istirahat saja. Su Su tak ingin kakaknya kelelahan menyuruh untuk istirahat dan akan pergi memasukan ke kotak surat. Tapi setelah adiknya pergi So So kembali naik bus dan meninggalkanya. 

“Apa kalian punya dompet, paspor,  dan telepon seluler? Kita akan menuju Honfleur sekarang. Kalian akan makan malam dan  bisa berpisah setelah tiba disana. Lalu Kita akan bertemu pukul  8 pagi besok pagi.” Ucap So So
Nyonya Han merasakan kalau mereka  melupakan seseorang. So So memberitahu kalau itu adalah adiknya yang akan langsung menuju bandara, dan meminta mereka beristrihat lalu akan memandunya setelah sampai di tujuan. Su Su sudah kembali setelah mengantar surat dan mengumpat kesal karena bis kakaknya ternyata meninggalkanya.
Lalu pesan masuk dari So So “Aku meninggalkan barang bawaanmu di meja informasi.” So So seperti terlihat berat membiarkan adiknya pergi. 

Su Su pergi ke tempat kakaknya menitipkan tasnya, lalu melihat sebuah surat didepan tasnya.
“Su Su... aku akan ke Honfleur sekarang. Ini adalah kota pelabuhan kecil dan indah. Setelah semalam di sana, aku akan berhenti di Jerman dan kembali ke Perancis. Jika kau ingin menyeretku pulang ke rumah, maka temui aku di sana.” Su Su akan pergi tapi kembali membaca surat dari kakaknya.
“Tapi jika kau merindukanku, bisakah kau pulang ke rumah dan menungguku di sana? Bahkan jika tidak ada yang membenciku, tapi Aku terlalu membenci diriku sendiri. Setelah aku menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri, maka aku akan kembali dengan diriku sendiri.”
“Beritahu Ibu, Ayah, dan Doo Ri bahwa aku mencintai mereka. Dan jangan duduk di manapun  dengan jasmu. Ini adalah perjalanan panjang ke bandara. Ingatlah untuk makan. Kau kehilangan terlalu  banyak berat badan. Aku menaruh beberapa uang  belanja di tasmu.”
Su Su melihat ada sebuah amplop dan isinya berapa lembar uang kecil, ia tahu kalau kakaknya itu tidak punya uang. So So sebelumnya sengaja memasukan uang yang ada didompetnya untuk sang adik. Su Su hanya bisa menangis karena harus menunggu kakaknya dirumah. 

Tuan Oh memanggil So So bertanya Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk ke tempat Honfleur itu. So So menjawab dengan senyuman kalau butuh waktu antara 2 setengah sampai 3 jam. Tuan Oh mengeluh karena butuh waktu begitu lama. So So menjawab kalau itu Karena jauh.
“Kenapa kita melangkah sejauh ini dan melelahkan?” ucap Tuan Oh kembali mengeluh. Istrinya kembali meminta agar suaminya bisa berhenti saja.
“Kau selalu menyuruhku berhenti! Sudah kau saja yang Tidur!” ucap Tuan Oh kesal
“Itu bukan senyuman. Aku bisa mendeteksi senyum palsu setelah melihat yang asli. Mereka mengatakan  cinta sejati dimulai. Segera setelah kau  menemukan wajah asli mereka.” Gumam Ma Roo bisa melihat kalau So So berusaha tersenyum di depan semua tamu. 

Nona Oh masih saja bimbang dengan keputusan untuk memberikan tanda tangan bahwa semua kesalahan San Ma Roo. Teringat kembali saat Ma Roo bertanya apakah akan tetap tinggal  di sisinya sampai akhir. Nona Oh mengatakan “Aku akan selalu berada di pihakmu, sampai akhir.”
Ia mengingat itu tapi tanpa ragu memberikan tanda tangan dan juga namanya  [Oh Ye Bi] setelah itu keluar dari ruangan, masih ada slogan [Jika kau tidak ingin  melakukannya, berhentilah].

Nyonya Han melihat pemandangan dari jendela kamarnya, senyuman terlihat karena pemandangan yang sangat cantik. Tuan Oh mengeluh kalau Hal-hal yang cantik tidak akan memberikan makan, jadi lebih baik makan. Nyonya Han pikir masih baik-baik saja lalu mendengar bunyi alarm dan bergegas mengambil obatnya.
“Kau perlu makan dengan baik. Apa obat akan membantumu jika perutmu kosong?” keluh Tuan Oh mengeluarkan kotak makan yang mereka bawa. Nyonya Oh binggung apa yang akan dilakukan suaminya.
“Kau hanya akan makan jika kita punya sup.” Ucap Tuan Oh. Nyonya oH pikir tak mungkin bisa membuatnya karena tak ada panci
“Tunggu saja... Aku akan melakukan segalanya.” Kata Tuan Oh yakin. 
So So dan Ma Roo duduk di tepi pelabuhan sambil meminum wine, Keduanya seperti menikmati waktu berdua. So So mengaku kalau ini adalah tempat favoritnya di seluruh dunia, dengan menceritakan Pelukis lolos dari studio dan keluar di bawah sinar matahari di tempat ini, seperti Monet yang melakukan itu, begitu juga dengan Turner, Corot, dan Dufy.
“Aku merasa bisa melukis sesuatu yang baru setiap kali datang ke sini. Itulah sebabnya inilah tempat favoritku.” Ungkap So So dengan wajah bahagia.
“Bukannya kau bilang Auvers-Sur-Oise adalah favoritmu?”kata Ma Roo.
“Aku suka tempat itu karena  bisa mengumpulkan kembali pemikiranku. Dan aku menyukai tempat ini karena pikiranku bisa terungkap. Dari sinilah pelukis impresionis berasal, tapi lukisan awal Monet Menunjukkan sesuatu yang sangat kasar.” Kata So So
“Apa adikmu kembali dengan selamat?” tanya Ma Roo mengubah topik. Su Su terdiam seperti khawatir dengan adiknya.
“Jangan khawatir. Aku yakin dia melakukannya”kata Ma Roo. So So pikir juga adiknya akan pergi dengan selamat.
“Yah... Meskipun kau tidak mengirimnya dengan baik.” Sindiri Ma Roo.
“Adikku akan menikah musim semi berikutnya.” Cerita So So. Ma Roo pikir kalau So So harus segera pergi.
“Orang akan berbicara tentangku Dan orang tuaku akan merasa malu karena memiliki anak perempuan sepertiku.” Ungkap So So
“Jangan dengarkan kata orang lain yang tidak memiliki hak atas hidupmu.” Saran Ma Roo.  
So So bertanya-tanya apakah  Orang lain tidak memiliki  hak atas hidupnya, lalu melihat jam tanganya kalau Tidak ada penerbangan hari ini. Jadi berharap adiknya tidak melecehkan atasannya lagi di kantor. Ma Roo pun yakin kalau Su Su itu bukan orang  yang tak tahu malu.

Su Su sudah berbaring di sofa, Direktur mengeluh kalau harus pulang dan Su Su juga akan pergi.  Su Su menyuruh Direktur pulang saja karen aia  akan makan dan tidur di kantor sendirian. Direktur kesal karena sebagai orang Korea  tak mungkin bisa pulang dan meninggalkannya sendiria.
“Kau ternyata manusia juga.” Ejek Su Su. Direktur membenarkan.
“Aku juga masih manusia disepanjang kehidupanku. Aku manusia dengan derajat tertinggi.” Ucap Direktur menyindir.
“Lalu haruskah kita bersukacita  karena itu dengan minum Soju? Cobalah memasak beberapa  makanan ringan juga.” Kata Su Su mengodanya.
“Kau kunyuk kecil yang tidak masuk akal, tapi kau juga tak tahu malu.” Keluh Direktur. Su Su pikir kalau Direktur juga punya tuna. 

So So berjalan bersama Ma Roo menceritakan Selama Perang Seratus Tahun, Honfleur adalah basis tempur dan menunjuk sebuah benteng besar. Lalu Setelah itu, itu menjadi lokasi keberangkatan para penjelajah. Ma Roo meminta So So agar Jangan menjadi pemandunya. So So binggung.
“Kita sedang berkencan.” Kata Ma Roo. So So  pikir mereka itu sedang tur malam.
“Apa kau suka 30 euro?” ejek Ma Roo. So So menjawab tidak. Ma Roo pikir kalau ini adalah kencan.
“Aku melakukan ini karena kau membayarku  30 euro untuk tur sunrise yang pernah tidak ada.” Ucap So So. Ma Roo meminta agar So So duduk lebih dulu. So So bingung tiba-tiba Ma Roo menyuruhnya duduk. 

Ma Roo mengeluarkan sepasang sepatu untuk So So sebagai hadiah dan meminta agar mencobanya. So So binggung Kenapa Ma Roo tiba-tiba  memberikanya sepatu. Ma Roo pikir akan membantu memakaikanya. So So menolak karena bisa memakainya sendiri.
“Bagaimana kau tahu ukuranku?” ucap So So karena tak kesempitan.
“Aku hanya memperkirakan  dengan mataku.” Kata Ma Roo yang teringat saat duduk di ditangga gereja melihat kaki  So So dan mengukurnya saat di toko sepatu.
“Aku pikir ini akan sesuai denganmu.” Ucap Ma Roo memilihkan sebuah sepatu untuk So So
“Mereka bilang wanita akan lari jika membelikannya sepatu.” Kata So So

“Mereka juga mengatakan sepatu yang baik membawa wanita ke tempat yang baik Dan Katanya hari ini adalah  hari pegangan tangan.” Balas Ma Roo mengulurkan tanganya.  So So pun meraih tanganya. Keduanya tiba-tiba berdiri sangat dekat dan saling menatap.
.”Pada saat seperti ini,  Aku berharap aku adalah tuhan. Aku ingin menggunakan kata-kata yang paling indah untuk memintanya supaya bermalam bersama.” Gumam Ma Roo
“Tidurlah denganku malam ini.” Ucap Ma Roo. So So pikir Ma Roo Jangan berlebihan.
“Aku ingin tahu kata-kata apa yang bisa aku gunakan yang lebih indah.” Gumam Ma Roo, lalu memberikan keyakinan dengan mencium So So lebih dulu.

Kyung Jae mengenggam tangan So Ran merasa bangga kalau selalu bisa mempercayai seleranya, dan melihat sweater yang dipakai pacarnya itu cantik. So Ran pun menyetujuinya.
“Tapi bukankah kau memiliki  topi yang sama di rumah?” pikir Kyung Jae.
“Hal serupa, tapi sangat berbeda.” Kata So Ran. Kyung Jae heran  Bagaimana hal bisa serupa tapi sangat berbeda
“Ini punya getaran yang berbeda.” Kata So Ran mengoda. Kyung Jae pikir So Ran pasti membeli banyak barang untuk seseorang yang tidak berbahasa Prancis.
“Sudah aku bilang, Aku bisa  bahasa Inggris sehari-hari.” Kata So Ran, keduanya berjalan tanpa sadar kalau dibelakang mereka Ma Roo dan So So sedang berciuman. 

Ma Roo menatap So So mengatakan selalu penasaran dengan hal ini saat menonton film dan drama. So So bertanya tentang apa itu maksudnya. Ma Roo seperti mengkhayal dalam drama, keduanya sedang ada di atap gedung sambil minum kopi.
Lalu Ma Roo mencium So So lebih dulu dan akhirnya mereka pindah ke tempat tidur dan Ma Roo seperti ingin menghabiskan malam dengan So So dengan menciumnya.
“Kau tahu bagaimana pasangan biasanya berciuman saat berkencan? Dan kemudian langsung beralih ke tempat tidur. Menurutmu apa yang terjadi, Dalam perjalanan mereka ke sana?” ucap So So
“Aku tidak tahu” ucap So So. Ma Roo pun mengaak So So untuk pergi. Keduanya berjalan dan sesekali Ma Roo memberikan kecupanya di bibir So So seperti ia tak ingin menahan perasaanya lagi.
“Aku bertanya-tanya  kapan cinta ini dimulai. Aku bertanya-tanya berapa lama cinta ini akan terus berlanjut.”
Bersambung ke episode 8

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


2 komentar: