PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 11 November 2017

Sinopsis The Package Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Flash Back
Yeon Sung tak tahu harus mulai dari mana dan harus berkata apa, merasa gugup memilih untuk meminum air diatas meja. Lalu ia berpikir kalau akan memberitahunya dengan singkat saja.
“Aku bertemu istriku 20 tahun yang lalu. Setelah aku dipecat dari militer, seorang seniorku menjebakku dengan seorang wanita. Aku berumur 25 tahun saat itu. Kami menikah setelah setahun berkencan. Dan kami punya bayi, dua bulan setelah menikah.” Ungkap Yeon Sung
“Anak itu adalah seorang malaikat. Aku merasa dia akan terbang dengan sayapnya jika aku melepaskan mataku darinya. Aku paling bahagia saat itu.”
Yeon Sung menatap anaknya mulai dari bayi sampai berumur beberapa bulan dan nama anaknya adalah Na Hyun, yang dianggap sebagai bulan purnamanya seperti tak percaya dan selalu berkata "Bagaimana aku memiliki bayi yang cantik?"
“Tapi selama beberapa hari,  aku tidak bisa melihat wajahnya. Istriku... Mengalami kecelakaan mobil.” Cerita Yeon Sung ada di ruangan duka dengan Hyun yang tertidur didekatnya.
Yeon Sung ingin minum segelas air lagi, karena terlalu gugup dengan suara hujan yang turun dengan deras.  Ia bercerita Na Hyun tidak tidur jika tidak menemaninya.
“Ayah. Jangan pergi kemana-mana sampai aku tertidur, oke?” ucap Hyun kecil pada sang ayah. Yeon Sung pun menatap anaknya dengan penuh kasih sayang.


Yeon Sung ditanya tentang Pernikahan kedua, menurutnya Tidak ada, karena Yang dibutuhkan hanyalah Na Hyun dan tidak punya niat untuk mencintai orang lain.
Hyun tertidur pulas di kursi, saat membuka mata dikagetkan dengan ayahnya yang sudah menatap didepanya. Ia yang sudah dewasa memarahinya ayahnya karena terus menatapnya seperti hantu. Yeon Sung meminta maaf. Hyun yang kesal memilih untuk pergi dan tak mau bicara lagi dengan ayahnya.
“Na Hyun, ada sesuatu yang mau Ayah katakan.” Ucap Yeon Sung. Hyun menjawab kalau bisa mengatakan besok
“Aku berkencan dengan seseorang. Apa pendapatmu tentang memiliki  seorang ibu?” Yeon Sung. Hyun terdiam mendengar ayahnya yang ingin menikah. 

Yeon Sung mengaku kalau tidak bertanya pada anaknya bukan penasaran  karena sudah tahu jawabannya. Akhirnya mereka pun bertemu dengan seorang wanita yang akan menikah dengan ayah Hyun. Hyun terlihat tak peduli hanya sibuk dengan ponselnya.
“Kau pasti Na Hyun, kan? Senang bertemu denganmu.” Ucap si wanita dengan mengulurkan tangan, tapi Hyun tak menanggapinya. Yeon Sung pun tak bisa berkata apa-apa melihat sikap anaknya. 

[Episode 9 - Pria dan wanita]
Ma Roo mengikuti So So sampai ke dalam bus dengan berjalan tanpa alas kaki. So So langsung melepaskan kaos kaki dan menganti sandal. Ma Roo hanya menatapnya, lalu So So berpura-pura baru bertemu lalu menyuruhnya duduk. Ma Roo pun tak bisa berkata apa-apa karena semua sudah berkumpul didalam bus. Kau disini? Silakan duduk.

“Apa kalian menikmati Honfleur nya?” tanya So So menyapa semua turisnya. Semua menjawab “ya” dengan penuh semangat hanya Ma Roo memilih untuk mengacuhkan dengan menatap keluar jendela.
“Berkat bonus dari kalian, aku makan makanan lezat dan melakukan perjalanan santai. Terima kasih banyak.” Ucap So So sambil membungkuk.
“Kalau gitu nyanyikan sebuah lagu.” Kata Tuan Oh. Nyonya Han mengeluh suaminya agar jangan memintanya melakukan itu.
“Haruskah? Haruskah aku bernyanyi?” kata So So. Tuan Oh dengan penuh semangat mengajak semua untuk Tepuk tangan!
“Tapi, aku tuli nada, jadi suaraku akan merusak liburanmu. Aku akan bernyanyi untukmu lain kali” ucap So So. Tuan Oh ingin tahu kapan. So SO memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
“Baik, Deauville berjarak  30 menit dari sini. Deauville adalah kota tepi  pantai yang indah. Tapi itu adalah pantai yang berbeda. Jika Honfleur adalah pantai yang mengilhami kontemplasi (penghayatan dengan sepenuh hati) Deauville adalah pantai yang akan membuatmu jatuh cinta... Cinta itu bagus.” Jelas So So 

Ma Roo yang mendengarnya terlihat kesal karena hatinya terasa masih marah. Tuan Oh bertanya apakah So So punya pacar. So So pun menjawab meminta Tuan Oh menebaknya. So Ran dan Kyung Jae menahan senyum melirik ke arah Ma Roo yang tak menatap So So.
“Jika kau tidak punya, Aku akan mengenalkanmu kepada seseorang.” Ucap Tuan Oh. So So pun dengan senang hati menerimanya.
“Apa pendapatmu tentang tuan elit kita? Dia datang dalam perjalanan ini sendirian.” Kata Tuan Oh menujuk ke arah Ma Roo.  So So memilih untuk tak mengubrisnya dengan kembali membahas tempat di Prancis.
“Deauville dulunya adalah desa pantai kecil. Tapi pada tahun 1861, Morny, saudara tirinya dari Napoleon III, mengembangkan desa tersebut. Dia punya satu tujuan, yaitu bertujuan untuk membangun tempat liburan teratas bagi kaum borjuis di Perancis.” Ucap So So
“Kenapa kau tidak menjawabku?” kata Tuan Oh ingin tahu jawabanya. Nyonya Oh meinta suaminya agar tak membahasnya lagi.
“Dia tidak menjawabku” kata Tuan Oh. Nyonya Oh pikir suaminya  tidak harus melakukannya.
“Dia harus menjawab pertanyaan  seorang tertua disini”kata TUan Oh. Nyonya Oh pikir suaminya tak harus menanyakan pertanyaan itu padanya.
“Dia bilang tidak punya pacar.” Kata Tuan Oh. Nyonya Oh membenarkan kalau So So mengatakan untuk menyuruh menebak.
“Jadi aku menduga dia tidak punya pacar. Setiap orang punya pasangan, tapi tuan elit kita sendiri. Apa kesalahan yang ku perbuat? Semua orang juga dengar!” ucap Tuan Oh adu mulut dengan istirinya
“Mereka memiliki preferensi masing-masing  Kau seharusnya tidak melakukannya di depan semua orang...” ucap Nyonya Oh langsung disela oleh Tuan Oh.
Tuan Oh menyuruh istrinya berhenti dengan memalingkan wajahnya, Nyonya Oh pikir suaminya yang lebih dulu memulainya lalu akhirnya meminta maaf pada semuanya karena adu mulut.  So So pun hanya tersenyum kembali menjelaskan pada semua klienya.
“Deauville adalah tempat liburan  kelas atas. Yang menawarkan menunggang kuda, polo,  kasino, kapal pesiar, dan sebagainya. Kau bisa menikmati tempat istirahat sekaligus hiburan. Itulah sebabnya kenapa banyak orang Eropa senang datang ke sini. Tradisi mereka masih hidup, dengan begitu banyak klub yang telah dibangun.” Kata So So. Yeon Sung terus tersenyum melihat So So mengingat kenangan masa lalunya. 


Flash Back
“Aku minta maaf dan bersyukur padanya, karena dia masih tersenyum. Itu bukan situasi di mana kau bisa tersenyum.” Gumam Yeon Sung melihat calon istrinya masih tersenyum sambil mengulurkan tangannya, tapi Hyun tak mengubrisnya dan menarik tanganya kembali.
Tiba-tiba wanita itu berbisik di telinga Hyun, lalu Hyun berteriak tak percaya. Si wanita mengatakan kalau Orang sering tidak tahu ukuran pakaian dalam yang dipakai sendiri jadi harus mengukurnya dengan tepat. Jika tidak, itu nanti membuatnya tidak nyaman.
“Jika kau tidak nyaman memberi tahu Ayahmu. Kau boleh saja berbicara denganku, oke?” ucap si wanita berusaha untuk dekat dengan Hyun.
“Tapi aku lebih tidak nyaman denganmu.” Ucap Hyun lalu melihat hadiah pemberian si wanita sebuah pakaian dalam berwarna hitam
“Kau seharusnya memberiku uang belanja saja.” Keluh Hyun sinis.  Si wanita mengatakan kalau juga meletakkan uang di dalamnya. Hyun pun mengucapkan berterima kasih.
“Mungkin aku jatuh cinta padanya saat itu. “ gumam Hyun melihat calon istrinya. 

“Tidak ada yang memperkenalkan kita. Kami bertemu karena pekerjaan. Aku bekerja di perusahaan forwarding. Dan dia bekerja di bidang impor dan ekspor pakaian. Aku membuat banyak kesalahan sejak pertama kali kami bertemu.” Cerita Yeon Sung.
Yeon Sung duduk di bus berbicara ditelp kalau sebelumnya di minta untuk  turun  di dekat stasiun Seodaejeon dan itu berada di dekat Stasiun Seodaejeon Negeori. Sepertinya Yeon Sung salah turun karena berpikir tempat yang sama.
“Aku minta maaf, karena memiliki pemahaman tempat yang sulit. Tadi kau bilang Terminal Bus Seodaejeon Negeori? Tapi itu bukan persimpangan. Apa Terminal Bus Seodaejeon Negeori bukan tempat Seodaejeon Negeori?” ucap Yeon Sung sibuk berbicara ditelp.
Akhirnya Yeon Sung turun di halte [Seodaejeon Negeori] dan berbicara di telp kalau baru saja turun sambil mencari-cari seseorang, Seorang meminta agar berbelok Ke kanan dan ada dibelakangnya. Yeon Sung seperti tak bisa mengetahui arah sampai akhirnya seorang wanita memanggilnya “Kepala Jung” Yeon Sung pun menghampirinya.
“Halo... Maaf aku tersesat... Mobilku mogok di jalan, jadi aku harus memarkirnya. Tapi aku lupa dompetku di sana sehingga tidak bisa naik taksi. Aku hanya bisa naik bus karena uang di kantongku. Jika kau meminjamkan uang untuk perjalananku  kembali,  maka Aku akan membayarmu nanti.” Ucap Yeon Sung terus berbicara.
Si wanita hanya menjawab “Ya” dengan menahan senyum. Yeon Sung pun mengucapkan Terima kasih.


“Aku pinjam 30.000 won. Itu dinegosiasikan, jadi kami  tidak membuat kesepakatan. Tapi aku kembali ke sana  untuk membayarnya kembali. Bukan di Stasiun Seodaejeon Negeori. Tapi di persimpangan Stasiun Seodaejeon. Aku bisa saja memberinya uang... Tapi aku ingin membelikannya makanan sebagai ucapan terima kasihku. Ahh.. Tidak, aku kembali kesana seminggu setelah itu.” Cerita Yeon Sung
Flash Back
Yeon Sung kembali datang menemui si wanita di tempat yang berbeda. Si wanita ingin tahu kenapa Yeon Sung datang lagi. Yeon Sung mengatakan alasan uang yang di pinjam sebelumnya. Si wanita pikir Yeon Sung sudah mengembalikanya. Yeon Sung mengatakan kalau belum membayar bunganya.
“Aku membayar bunga beberapa kali, tapi tidak peduli berapa kali aku membayarnya. Aku merasa seperti masih berhutang.”

Keduanya makan bersama
Si wanita merasa seperti rentenir, karena Yeon Son yang berutang tanpa henti. Yeon Sung seperti tak menyadarinya sambila bergumam dalam hati "Aku harus berhenti. Aku harus berhenti menemuinya sebelum aku terlalu menyukainya." Tapi sangat sulit dilakukan.
“Awal dan akhir hubungan kita... Tidak ada hubungannya  dengan kehendak kita.”
So So dan Ma Roo terlihat sangat berbeda dengan sehari sebelumnya yang penuh cinta kali ini mereka terlihat sangat membenci satu sama lain. 




So So menjelaskan tentang kaum aristokrat Eropa berkumpul dan Pada awal perkembangannya. Ma Roo berjalan dibelakang dengan wajah cemberut. So Ran melihat langsung berbisik pada Kyung Jae kalau Ada sesuatu di antara mereka.
“Aku tahu, kau bilang mereka berkencan.” Ucap Kyung Jae polos. So Ran mengatakan bukan seperti itu maksudnya.
“Coba Lihat.. Dia tidak akan melakukan  kontak mata dengannya. Mereka berbisik satu sama lain belum lama ini.” Ucap So Ran
“Bagaimana kau memperhatikan semua itu?” ucap Kyung Jae tak percaya melihat keduanya terlihat sangat acuh. 

So So menjelaskan ada banyak tanaman pot dan itu adalah pantai "bordir dengan bunga." Lalu berjalan seperti didepan area pertokoan. Ia mennceritakan apabil mereka ingin belajar karya desainer tidak bisa ditinggalkan saat di tempat liburan mewah dan Villa kayu yang diceritakan tadi Telah diubah menjadi toko desainer.
“Sebuah film berjudul "Coco Before Chanel" keluar pada tahun 2009. Film itu juga direkam di sini. Itu memberitahu kalian bahwa tempat ini merupakan simbol barang-barang mewah. Ayo pergi ke tujuan kita selanjutnya.” Ucap So So. So Ran pikir mereka akan melihat-lihat
“Kau akan memiliki waktu luang hari ini dan besok, jadi kau bisa leluasa melihatnya.” Ucap So So lalu berjalan pergi. 

Yeon Sung melihat sebuah sepatu warna hitam lalu tak melihat ada banyak orang mencoba untuk melakukan video call, tapi wanita itu tak mengangkatnya. Akhirnya ia menelp pacarnya ingin tahu alasan tak mengangkat telpnya.
“Ya, aku masih bekerja dan belum pulang.” Ucap si wanita dengan pakaian dalam warna hitam. Yeon Sung pikir pacarnya itu  terlalu  banyak bekerja
“Aku harus menyelesaikan semuanya sekarang agar kita bisa saling bertemu saat kembali.” Kata si wanita. Yeon Sung meminta agar menungg tiga hari karena akan segera kembali.
“Tapi aku agak sibuk sekarang.” Kata Si wanita melihat pria bertelanjang dada sudah datang dengan wina ingin menyudahi telpnya.
“Aku minta maaf. Aku hanya punya 1 pertanyaan. Apa kau suka hitam atau coklat?” tanya Yeon Sung
“Jangan berpikir untuk membeli sesuatu, lebih baik tutup teleponnya. Aku suka yang merah.” Ucap si wanita lalu menutup telpnya.
Yeon Sung binggung karena pacarnya ingin warna Merah. Si pria muda pun bertanya kapan Yeon Sung akan kembali. Si wanita mengataakn kalau itu 3 hari lagi. Si pria terlihat sedih karena Cepat berlalu. Si wanita pikir  itu akan terasa  seperti seumur hidup. Yeon Sung melihat ke dalam toko seperti ingin mencarikan hadiah.
“Aku masih belum memberinya  hadiah yang pantas. Semua pria... ingin membeli  hadiah karya desainer. Untuk wanita mereka.” 
Yeon Sung duduk di sebuah ruangan merasa kalau  terlalu banyak  menghabiskan waktu, beberapa orang duduk didepanya. Seorang wanita muda merasa tak seperti itu meminta Yeon Sung agar meneruskan saja. Sementara ada wanita sedikit tua, menyindir Yeon Sung yang baru menyadarinya.
“Sepertinya kita berkumpul, hanya untuk mendengar kisah cintamu.” Sindir si wanita tua.
“Sebagai guru wali kelas Na Hyun, penting untuk mengetahui kehidupan keluarganya. Sebelum mengambil tindakan disipliner.” Kata Si guru meminta Kepala Sekolah bicara.
“Apa kau sering berbicara dengan Na Hyun?” tanya kepsek
“Aku mencoba yang terbaik, tapi  dia tidak mau berbicara denganku.” Cerita Yeon Sung saat ada dirumah.
Yeon Sung pulang ke rumah dengan Hyun sedang mengunakan masker lalu bergega masuk kamar mandi untuk buang air kecil. Hyun kesal karena ayahnya tak pernah menutup pintu kamar mandi lalu masuk ke dalam kamar.
“Apa calon istrimu sudah mencoba berkomunikasi dengan Na Hyun?” tanya kepala Sekolah.
“Aku pikir dia lebih baik dariku.” Pikir Yeon Sung. 

Yeon Sung mengendarai mobil dengan calon istrinya. Si wanita pikir walaupun Hyun itu anakanya dia tetap seorang gadis, jadi tak ada alasan mendengar ayahnya buang air kecil. Yeon Sung mengaku kalau melakukan kebiasaan ini saat Na Hyun masih bayi.
“Aku khawatir kalau tidak akan bisa mendengarnya menangis jika menutup pintu. Itulah sebabnya aku selalu membiarkan pintu terbuka saat pergi ke kamar mandi.” Cerita Yeon Jung
“Sulit untuk memperbaiki kebiasaan lama.” Kata Si wanita. Yeon Jung mengatakan kalau ia takut Hyun akan menangis lagi.
“Apa kau memberitahu Na Hyun?” tanya si wanita. Yeon Sung pikir tak ada gunanya karena Na Hyun hanya akan mengerti saat menjadi ibu.
“Aku akan berbicara dengannya untukmu.” Ucap si wanita. Yeon Sung pikir tidak perlu mencobanya.
“Aku akan segera menjadi Ibu dari Na Hyun. Ibu dan anak perempuan adalah teman terdekat di seluruh dunia. Ceritakan semuanya tentang Na Hyun  yang belum aku ketahui.” Ucap Si wanita. 


“Aku mencoba memberitahunya... Tapi aku tidak tahu banyak. Dia putriku, tapi akubenar-benar tidak tahu apapun. Kami belum pernah menonton film sejak dia lulus sekolah dasar.” Ucap Yeon Sung seperti merasa menyesal
So So bertanya apakah mereka pernah menonton "Casino Royale", kalau ditempat itu mereka merekam film dan juga mungkin memikirkan Cannes saat memikirkan festival film Perancis.
“Tapi Deauville bisa menjadi kota yang lebih dekat kaitannya dengan film Perancis. Festival film Amerika telah diadakan di sini selama 40 tahun terakhir Dan mereka telah menyelenggarakan Deauville Asian Film Festival sejak tahun 1999. Ini adalah satu-satunya festival yang menampilkan film-film Asia di seluruh Eropa.” Jelas So So
Tuan Oh mengangkat tangan ingin tahu apakah diperbolehkan pergi ke kasino. So So mengatakan kalau itu pasti bisa tahu harus membuat penjanjian, hanya bisa menghabiskan 100.000 untuk bersenang-senang dan tidak boleh menghabiskan lebih dari itu. Semua menganguk mengerti.
“Kau harus berjanji, Bawa uang yang ingin kalian belanjakan Dan tinggalkan kartu kredit di kamar kalian. Mengerti?” ucap So So. Semuan menjawab mengerti.
“Dan untuk Tuan Oh.. Kau tidak bisa memakai peralatan hiking ke kasino, mengerti?”kata So So. Tuan Oh seperti tak mau melepaskan karena harganya  mahal.
“Aku hanya ingin kau berpakaian seperti pria tampan saat di kasino.” Ucap So So. Tuan Oh pikir terlihat seperti gentleman saat berdandan.  So So pun mengajak mereka untuk pergi ke tujuan selanjutnya.


So So akhirnya mengantar mereka naik kereta wisata dengan melambaikan tangan bahagia. Sementara Ma Roo tak peduli hanya duduk di bangku paling depat. Setelah semua pergi, So So memijat kakinya yang terasa sakit.
Ma Roo duduk diatas kereta mengingat saat memberikan sepatu seperti menyesal karena akhirnya malah membuat So So pergi. Sementara So So menempelkan plester di kakinya yang lecet. 

Semua sampai di hotel, So So memberitahu kalau mereka akan bertemu di lagi  jam 8 pagi, Setelah sarapan, lalu akan kembali ke Paris di malam hari, jadi bisa membawa barang bawaan mereka.
“Aku ingin mengatakan dua hal terakhir. Pertama, hati-hati dengan kasino. Jangan melakukan apapun yang  akan kalian sesali. Dan kedua, jangan memakai  peralatan hiking, mengerti?” So So pada semua tim dan khususnya Tuan Oh.
“Aku tahu. Aku akan berpakaian  seperti seorang gentleman.” Kata Tuan Oh. So So pun mengucapkan Terima kasih atas kerjasamanya hari ini dan bisa menghubungi jika terjadi sesuatu.
“Aku berada di hotel yang sama, sehingga kalian bisa menggunakan interphone dan Liftnya di sebelah situ.” Kata So So
Mereka pun mengikuti So So yang berjalan ke arah lift, Ma Roo menarik kopernya melihat So So yang membantu mengangkat koper Tuan Oh dan Nyonya Han, lalu tersadar kalau kaki So So yang memakai plester karena lecet. 

Ma Roo berada dikamar seperti merasa bersalah, lalu melihat sepatu yang dibawanya. Akhirnya Ia menelp So So dari kamarnya,  So So seperti seorang pemandu bertanya apakah ada masalah. Ma Roo mengajak unuk bicara.
“Tentang apa?” tanya So So. Ma Roo pun bertanya apakah So So ingin minum bir
“Aku minta maaf, karena Aku punya rencana lain. Istirahatlah sekarang,  aku akan menemuimu besok.” Ucap So So lalu menutup telpnya.
Ma Roo yang kesal memilih untuk membuang sepatu So So ke tempat  sampah. Sementara So So mengeluarkan sesuatu dari kantung bajunya. 


So Ran mengeluh karena Kyung Jae yang ingin pergi  ke kasino, karena lebih baik pergi belanja. Kyung Jae pikir mereka lebih baik pergi ke kasino dulu. So Ran pikir kalau Kasino buka sepanjang malam, tapi Toko-toko desainer tutupnya jam 9.
“Kau bisa berbelanja besok.” Ucap Kyung Jae. So Ran mengatakan akan berbelanja besok juga.
“Apa Kau sanggup membeli barang-barang desainer?” tanya Kyung Jae. So Ran mengatakan sudah mengincar sesuatu.
“Sebuah dompet yang harganya 1,2 juta won di Seoul, tapi di sini hanya 700.000 won “ ucap So Ran
“Kau bilang Sebuah dompet? Kupikir kau menginginkan tas bahu.” Ucap Kyung Jae.
“Bagaimana aku bisa membelinya? Itu menghabiskan biaya lebih dari dua juta won.” Kata So Ran.
Kyung Jae pikir So Ran bisa melihat kalauUang itu masalahnya dan meminta agar memikirknya. So Ran berjalan didepan toko sepert melihat isi dompetnya dan seperti tak cukup
“Barang yang ingin kau beli itu terlalu mahal. Tapi itu tidak cukup memuaskan dengan hanya membeli apa yang kau mampu. Jika kau hanya browsing, hatimu sakit.” Cerita Kyung Jae.
“Bagaimana itu tidak berarti? Tapi bayangkan jika kita pergi ke kasino Dan menekan jackpot Orang-orang memukul jackpot setidaknya sekali dalam hidup mereka. Lalu, apa yang menurutmu  yang akan terjadi?.” Ucap Kyung Jae.
So Ran pun membayangkan dengan bisa berbelanja dengan banyak kantung belanja di tanganya, dan memutuksan untuk pergi ke kasino dulu dan menyuruh Kyung Jae untuk membawa uang. Kyung Jae mengakusudah memiliki dalam saku jaketnya. 


Nyonya Han seperti lelah menolak pergi. Tuan Oh pikir kalau Nyonya Han harus mengunjungi kasino jika berada di Perancis. Nyonya Han pikir kalau suaminnya tidak pernah ingin pergi ke mana pun sebelumnya. Tuan Oh pikir merkea hanya akan pergi sekali dalam hidup jadi mengajak untuk segera pergi.
“Ketika pelanggan datang dan bermain Go-stop. Orang-orang di sebelah melaporkannya, jadi  kita kehilangan izin usaha. Apa kau lupa? Aku merinding saat memikirkan Go-stop!” cerita Nyonya Han yang memiliki pengalaman buruk.
“Orang tidak bermain Go-stop di kasino Perancis. Jadi cepat Bangun dan Keluar.” Ucap Tuan Oh tak peduli. Nyonya Han  heran melihta suaminya yang tak berganti pakaian akhirnya bergegas mengkutinya. 

Sementara Yeon Sung dan anaknya makan malam direstoran. Hyun mengeluh melihat ayahnya yang menghabiskan langsung satu gelas penuh.  Yeon Sung melihat anaknya yang tak minum. Hyun mengatakan tidak suka bir. Yeon Sung seperti  baru mengetahuinya.
“Ayah yang mengajariku caranya minum.” Ucap Hyun merasa ayahnya sudah lupa.
“Kau bisa minum bir bersama Ayah, tapi jangan minum di tempat lain. Kau masih dibawah umur.” Kata Yeon Sung. Hyun menjawab mengerti layaknya seperti pada pimpinan perusahaan.
“Lalu Dengan siapa kau menonton film itu?” tanya Yeon Sung. Hyun bertanya film apa yang dimaksud.
So So menceritakan Ada sebuah film yang menjadi hit di Korea yaitu "Mad Max" Hyun mengatakan kalau sudah pernah menontonya. Yeon Sung ingin tahu dengan siapa anaknya menonton, Hyun menyuruh ayahnya agar memikirkan urusannya sendiri.
“Bagaimana aku bisa memikirkan  urusanku sendiri? Film itu dinilai R.” Ucap Yeon Sung . Hyun memberitahu kalau itu adalah PG-15.
“Ya benar. Bagaimana film yang kasar seperti itu bisa PG-15?” kata Yeon Sung. Hyun pun mengajak mereka taruhan 10.000 won saja.
Yeon Sung menaikan taruhan  “100 euro, yaitu  140.000 won. Hyun pun dengan senang hati menyetujuinya.  Yeon Sung pikir Internet sangat berkembang jadi tidak bisa berbohong lagi. PG-15, lalu terdiam ketika melihat dari ponselnya.
Hyun bisa tersenyum melihat ayahnya mengeluarkan uang dan memberikanya, dengan bahagia mengungkapkan kalau sangat mencintai ayahnya.
“Tapi dengan siapa Ayah menonton? Kau Nonton dengan wanita itu, kan? Kau berkencan dengan baik tanpa aku tahu itu.” Sindir Hyun. Yeon Sung pun hanya bisa terdiam. 



Flash Back
“Kami selalu menonton film bersama saat Na Hyun masih kecil. Aku melihat rating begitu film keluar. Aku akan melihat "Ini PG-12, jadi Aku bisa menonton bersamanya." Saat dia dewasa, kami bisa menonton lebih banyak film bersama Tapi dia tidak mau lagi Tahukah kalian? Orang tidak menonton film bersama saat mereka tidak bisa berkomunikasi.” cerita Yeon Sung
“Kau bisa berhenti membicarakannya.” Keluh si wanita tua. Yeon Sung pikir ini penting.
“Impian Na Hyun adalah menjadi sutradara film. Itulah sebabnya dia ingin membuat film yang akan beresonansi dengan anak seusianya.” Cerita Yeon Sung
“Kau bilang "Film."??? Sebuah film? Apa kau bahkan melihat yang dibuat olehnya? Itu bahkan Terlalu kotor untuk dibicarakan.” Kata si wanita.
Yeon Sung p yakin Na Hyun ingin mengatakan sesuatu yang lain. Si wanita Pikir Film erotis kurang kotor dibanding yang dibuat, oleh Na Hyun. Yeon Sung akhirnya hanya bisa  minta maaf atas nama anaknya.
“Itu bisa dimaafkan.Tapi aku tidak bisa menerimanya  dari sudut pandangku.” Ucap si wanita tua sinis.
“Aku... Semua kesalahan putriku... dan Juga salahku. Karena Na Hyun tumbuh  dengan pengawasanku.” Ucap  Yeon Sung. 



Yeon Sung terus menatap anaknya. Hyun bertanya pada ayahnya apa yang dilihat. Yeon Sung mengajak mereka  memainkan game kejujuran. Hyun menolak karena membosankan. Yeon Sung ingin tahu pendapat anaknya kalau akan menikah. Hyun menjawab kalau tidak peduli.
“Apa kau membencinya?” tanya Yeon Sung. Hyun menjawab tidak peduli.
“Bagaimana kau tidak peduli dengan keluargamu?” keluh Yeon Sung
“Jika aku membencinya, akankah kau membatalkan pernikahannya?” kata Hyun. Yeon Sung pikir itu mungkin saa.
“Itulah yang aku benci. Aku ingin menjadi diriku sendiri, dan Ayah menjadi diri Ayah sendiri Alih-alih mencoba untuk tidak melakukan apa yang orang lain benci. Aku lebih suka jika kita berdua melakukan apa yang kita inginkan.” jelas Hyun
“Bagaimana dengan sekolah? Kau tahu kan...” ucap Yeon Sung langsun disela oleh Hyun
“Jangan jadi pengecut karena aku. Aku juga tidak ingin dikekang karena itu.” Ucap Hyun
“Aku bukan pengecut.” Tegas Yeon Sung. Hyun melihat ayahnya pengecut.
“Aku orang yang berani, Kau tahu aku berada di pasukan khusus, kan? Aku berada di DMZ untuk misi rahasia.” Kata Yeon Sung bangg. Hyun mengeluh ayahnya agar Jangan bicara tentang militer karena muak dengan itu.
“Hei.. Dengarkan aku... DMZ berada di atas MDL. Pada malam hari, ada getaran yang menakutkan. Dan tiba-tiba, sesuatu muncul di hadapanku. Jadi aku megarahkan pistol kepadanya. Tapi tetap saja... Sesuatu merayap ke arahku. Aku melihatnya... Dan itu adalah harimau.” Cerita Yeon Sung penuh semangat.
“Astaga, Kau pembohong.” Keluh Hyun terpaksa mendengar cerita ayahnya
“Itu cerita sebenarnya,  Harimau itu sama besarnya dengan... Meja ini. Tapi kunyuk itu malah meringkuk. Dan kemudian terbang ke udara dan melompatiku.” Cerita Yeon Sung.
Hyun terlihat mulai percaya dengan cerita ayahnya, lalu ebrtanya Bagaimana dengan pistol milik ayahnya. Yeon Sung mengatakan tidak punya waktu untuk menembak karena sudah melompat ke arahnya. Hyun ingin tahu kelanjutanya.
“Jadi, aku meraih leher harimau itu sekuat tenaga dan meneriakinya... "Dasar Kau bangsat." Lalu... Dia bilang, "Aku bukan seekor anjing."... Ini adalah cerita lama.” Kata Yeon Sung seperti ingin melucu.
Hyun kesal pada ayahnya karena sudah serius mendengarnya. Yeon Sung mengajak anaknya bersulang, Hyun menolak karena  tidak suka bir. Yeon Sung memanggil pelayan seperti ingin memesan minuman untuk anaknya.
Bersambung ke part 2

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar