PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 11 November 2017

Sinopsis The Package Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

So So berjalan keluar dari hotel dengan pakaian dan make up yang berbeda, saat itu Ma Roo baru selesai minum bir melihat So So memilih untuk mengikutinya. Ia melihat So So menyapa seorang pria di jalan dengan memeluknya, lalu masuk ke dalam sebuah tempat.
Ma Roo sempat terdiam, sampai akhirnya masuk melihat So So yang duduk sendiri menikmati nyanyian klasik Prancis. Tuan Oh dan Nyonya Han asik bermain games di kasino, Kyung Jae dan So Ran mengumpulkan kepingan di meja kasino, sementara Yeon Sung dan Hyun sibuk dengan ponsel masing-masing. 


Doo Ri menunggu seseorang, Su Su keluar dari pintu kedatangan. Doo Ri langsung melompat ke dalam pelukan calon suaminya. Su Su mengejek akalu Doo Ri berat. Doo Ri menyuruh Su Su agar lebih rajin berolah raga.  Su Su ingin tahu Bagaimana dengan sekolah.
“Aku bermain hooky.” Ucap Doo Ri. Su Su mengeluh agar Doo Ri menjadi guru yang baik.
“Terima kasih atas pujian, lalu Bagaimana perjalanannya?” tanya Doo Ri turun dari pelukan Su Su
“Aku menemukannya, Dia membelikanku pakaian ini.” Cerita Su Su. Doo Ri heran karena Su Su yang kembali sendiri saja
“Dia membelikanku sepatu ini juga.” Kata Su Su seperti tak ingin menjawab. Doo Ri ingin tahu apakah kakak iparnya baik-baik saja
“Dan dia juga membelikanku dasi ini” jawab SuSu. Doo Ri mengerti dengan memuji Su Su sebagai calon Pengantin laki-lakinya terlihat sangat tampan.
Ia seperti mengerti Su Su tak ingin membahasnya lebih dulu, lalu bertanya apakah ada yang ingin dimakan olehnya. Su Su mengatakan ingin Makanan dengan banyak bumbu. Doo Ri dengan bangga kalau itu adalah keahilanya jadi akan membuatkannya dengan merangkuk tangan Su Su. Tapi Su Su melepaskanya memilih untuk memeluk bahu calon istrinya.
“Wow, bahumu lebih lebar sekarang.” Komentar Su Su. Doo Ri pikir Su Su akan merasa aman. Su Su mengangguk setuju.
“Apa So So masih cantik seperti biasa? Apa dia makan dengan baik? Bagaimana dengannya?” tanya Doo Ri masih penasaran.
“Noona... berubah menjadi wanita Perancis.” Ucap Su Su 


So So  keluar dari cafe, melihat Ma Roo sudah menunggunya. Ma Roo memuji So So yang cantik dan mengajaknya bicara. So So terlihat masih kesal memilih untuk pergi karena tidak mau dengar., Ma Roo pun mengejarnya  dengan minta maaf menurutnya So So seharusnya tidak marah tentang itu.
“Aku memakai baju dan sepatu yang tidak pernah kupakai. Untuk menonton pertunjukan  yang terlalu mahal. Aku ingin memperlakukan diriku dengan baik hari ini. Jadi jangan merusaknya.” Ucap So So berjalan pergi. Ma Roo bisa menghadangnya.
“Aku tidak menikmati diriku di tempat ini dan tidak hanya main-main denganmu Setelah putus dengan pacarku selama liburan ini.” Jelas Ma Roo
“Itu lucu. Bagaimana kau bisa mengatakan itu dalam situasi ini?” ucap So So sinis
“Dengarkan saja. Aku akan mengatakannya Meski aku tampak seperti pecundang. Bagiku, Kau bukan hanya seseorang yang bisa ku lewati. Aku berharap kau merasakan hal yang sama sepertiku.” Ungkap Ma Roo. So so So seperti salah mendengarnya
“Aku bilang tidak mau kalau... Kau menemui banyak pria di luar sana.” Kata So So
“Bagaimana kau bisa jadi tak tahu malu?” keluh So So, Ma Roo pikir apakah ia tak boleh mengatakan seperti itu.
“Aku sungguh menyukaimu. Tak bisakah aku mengungkapkan kemarahanku setelah melihatmu dalam pertengkaran cinta dengan pria lain?” ucap  Ma Roo. So So melongo mendengarnya. 


So So pikir harus menjelaskan lebih dulu agar Ma Roo bisa mengerti,  dan ingin tahu pertengkaran cinta dan dan laki-laki mana. Ma Roo mengatakan kalau itu Orang-orang yang So So temui di Honfleur. So So tak habis pikir kalau Ma Roo cemburu dengan Didier dan Allan.
“Teman-teman itu adalah sepasang kekasih.” Ucap So So menjelaskan.  Ma Roo tahu kalau kalau mereka kekasih dari So So.
“Tidak... Didier dan Allan  adalah sepasang kekasih.” Ucap So So. Ma Roo melongggo kaget mendengarnya.
“Tapi mereka berdua laki-laki.”pikir Ma Roo terlihat sangat shock. So So membenar kan.
“Mereka bertunangan, tapi mereka hendak membatalkannya, jadi aku mencoba...Tunggu, apa yang kau pikirkan tentangku... Apa aku tampak seperti seseorang yang akan melakukan itu dengan dua laki-laki...” ucap So So marah 

“Coba Lihatlah, San Ma Roo!  Apa itu yang kau pikirkan tentangku? Jika mereka kekasih, lalu apa yang akan mereka lakukan padamu? Apa kau tidak ingat? Bagaimana aku mengenalkannya kepadamu?” tanya So So
“Sebagai pacarmu.” Ucap Ma Roo polos. So So pikir tak pernah melakukan itu.
Selama bertemu dengan Didier dan Allan selalu mengatakan mereka teman, So So pikir kalau dengan jelas mengatakan  mereka berteman, Ia pikir kalau Ma Roo tak mengerti  artinya menjadi teman dan berpikir semua teman laki-laki itu  berarti pacar
“Lalu... apa kalian hanya berteman?” tanya Ma Roo menahan senyuman bahagia.
“Bukan hanya teman, tapi yang terbaik...Jadi Kita hentikan.” Ucap So So berjalan pergi
“Aku minta maaf.” Kata Ma Roo. So So pikir Ktidak perlu minta maaf.
“Aku sungguh minta maaf. Aku tidak tahu itu, dan mengira diriku bukan siapa-siapa untukmu.” Ucap Ma Roo merasa bersalah.
“San Ma Roo, kau memiliki sesuatu yang paling aku benci. Kau salah paham, terluka, dan berpikir semaumu. Lalu  Kau mengharapkan orang lain bisa melihatnya. Tapi Kau hanya membuat kesimpulanmu sendiri dan setelah mengetahui itu adalah kesalahpahaman. Lalu Kau masih ingin orang lain memahamimu dan menghiburmu. Dan kedua...” ucap So So kesal merasa tak bisa berkata-kata dan berjalan pergi.
“Apa Itu sebabnya kau membuang sepatu itu? Aku membeli sepasang lain dengan ukuran yang lebih besar kalau mungkin nanti tidak muat. Aku membeli dua, untuk berjaga-jaga.” Ucap Ma Roo. So So berhenti berjalan.
Flash Back
Ma Roo sengaja mengukur kaki So So lalu memutuskan akan membeli dua pasang sepatu.  Sebelumnya Ma Roo yang kesal sudah mebuang ke tempat sampah tapi akhirnya mengambilnya kembali karena tak bisa melakukanya. 

So So tak percaya kalau Ma Roo ternyata melakukan itu untuknya. Ma Roo meminta maaf karena membuat So Sp memakai sepatu yang tidak pas, padahal tahu kakinya cantik, tapi tidak tahu ukurannya. So So hanya terdiam menatap Ma Roo.
Flash Back
Didier melihat Ma Roo yang pergi menyuruh So So harus mengikutinya. So So pikir tak perlu . Didier tetap menyuruh So So ikutnya karena melihat Ma Roo sangat menyukainya. So So seperti tak yakin karena mereka baru bertemu beberapa hari.
“Percayalah kepadaku. Aku tahu apa yang dipikirkan oleh pria di mata mereka.” Kata Didier menyakinkan. 

So So langsung berjongkok menutupi wajahnya, Ma Roo panik berpikir So So menangis dan bertanya apa ada yang salah. So So mengaku kalau sangat malu. Ma Roo bertanya mengenai apa. So So mengatakan sudah salah paham, membayangkan skenario yang salah Dan membuat kesimpulan tanpa mengetahui faktanya.
“Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan jadi Bangunlah.” Ucap Ma Roo menarik So So. Tapi So So tetap malu menutup wajahnya.
“Kenapa kau seperti ini? Coba... Lihat aku....Biarkan aku melihat wajahmu.” Kata Ma Roo mencoba menarik tangan So So, tapi satu tangan So So tetap  bisa menutup wajahnya. 


Tuan Oh masuk kamar terlihat sangat marah langsung membuka kulkas mengambil minum,lalu mengungkaplan betapa mengesankannya. Nyonya Han masuk kamar dengan wajah lesu. Tuan Oh mulai mengeluh istrinya bisa kehilangan 100.000 won dalam sekejap
“Kita hampir tidak menghasilkan keuntungan setelah menjual ayam. Tapi ini 100.000 won?!!” ucap Tuan Oh kesal
“Aku bukan satu-satunya yang kalah.” Pikir Nyonya Han. Tuan Oh merasa kalau Setidaknya ia sudah dekat.
“Aku hampir menang juga.. Hanya saja hal itu tidak berhasil pada akhirnya.” Kata Nyonya Han duduk diatas tempat tidurnya.
“Jika berhasil pada akhirnya,  apa itu judi? Tidak pernah berhasil.” Ucap Tuan Oh marah. Nyonya Han meminta agar menghentikanya.
“Setidaknya kita bersenang-senang.” Pikir Nyonya Han dengan berbaring ditempat tidur.
Tuan Oh pikir apa yang menyenangkan saat kehilangan uang. Nyonya Han pikir ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya, dengan Semua yang berkilau dengan lampu berkedip-kedip di mana-mana. Ia dengan senyuman lebar merasa kalau sangat menyenangkan.
“Bagaimana aku hidup tanpa mengetahui betapa asyiknya itu?” ungkap Nyonya Han. Tuan Oh melihat Nyonya Han bahagia mengajak pergi. Nyonya Han binggung kemana lagi mereka.
“Kau bilang itu menyenangkan... Mainkan putaran lain... Ikut aku.” Ucap Tuan Oh. Nyonya Han pikir tak perlu tapi akhirnya merasa harus bermain game senilai 30.000 won, lalu berteriak melihat suaminya yang tak berganti pakaian. 


Kyung Jae dan So Ran keluar dari Kasino seperti maling yang kabur bergegas masuk kamar. So So memastikan kalau pintunya sudah terkunci dan tak ada yang mengikuti.
“Di film, orang biasanya mengejar dan membunuh orang yang memenangkan uang.” Ucap So Ran takut. Kyung Jae memastikan kalau pintu kamarnya sudah terkunci.
Setelah itu menaruh semua kepingan koin diatas kasur dan keduanya melompat bahagia karena bisa memenangkan jakcpot dari Kasino yaitu 18 juta won, Mereka pun kembali mengumpulkan koin yan berhamburan lalu bertanya apakah Kyung Jae akan melakukan trading besok. 
Kyung Jae pikir  Lebih aman di siang hari.  So Ran pun mengajak untuk hitung dan lihat berapa banyak yang mereka punya. 

Keduanya duduk di meja dengan menumpukan koin sesuatu warna,  So Ran bertanya Berapa 1,420 euro. Kyung Jae berpikir kalau hampir 19 juta won lalu menghitung dengan kalkulator dan merasa kalau ada yang aneh, lalu mulai menghitung bilangan angka.
So Ran pun ingin melihat jumlah uang didapat, seperti tak percaya kalau jumlahnya hanya 1,8 juta won, dengan mengulang menghitungnya.  Kyung Jae terlihat sedih dan So Ran pun merasa kecew memilih untuk mengambl bir dan berbagi minum dengan pacarnya.
“Hei, kita masih menang  hampir 2 juta won. Cukup bagus juga kan?” ucap Kyung Jae.
“Kau benar. Aku sangat senang.” Ungkap So Ran dengan tawa terpaksa. Kyung Jae kembali ingin memastikan jumlah di ponselnya.  So Ran menyuruh Kyung Jae agar menghentikan.
“Hei, beli tas yang kau inginkan besok, yaitu Tas 2 juta won itu.” Ucap Kyung Jae. So Ran pikir tak perlu karena tidak memenangkan ini sendiri.
“Kenapa tidak? Kau menang dengan uangmu. Jika 2 juta won di sini, bukankah lebih dari 2,5 juta won di Korea?” ucap Kyung jae.
“Mungkin lebih dari 2,67 juta won.” Kata So Ran
“Lalu itu berarti aku menghasilkan 670.000 won tanpa melakukan apapun. Ini adalah kemenangan total. Dan kita harus segera menghabiskan uang perjudian.” Ucap Kyung Jae bangga. So Ran pun berpikir akan membeli apa dengan 2 juta won dan mengajak segera menukar karena Tidak ada yang akan mencoba  membunuh mereka.

Nyonya Han kembali kamar langsung mengambil bir. Tuan Oh mengeluh Nyonya Han yang pasti punya banyak keberanian, karena apabila terlahir sebagai laki-laki, pasti sudah berakhir.
“Bisakah kau minum bir setelah kehilangan banyak uang?” keluh Tuan Oh kesal
“Kenapa kau meyakinkanku untuk pergi kesana? Jika kau memintaku untuk pergi ke sana lagi, maka Aku akan kembali ke Seoul!” ucap Nyonya Han karena kembali kalah. 

So So dan Ma Roo duduk di cafe, tatapan So So terus mengarah ke luar jendela. Ma Roo tersenyum mengaku kalau tak tahu dengan berpikir So So marah karena sepatunya kecil. Ia berpikir tentang So So "Wow, dia memiliki sifat buruk."
“Aku tidak akan berbicara denganmu lagi” ucap So So tak mau menatap Ma  Roo.
“Tapi setelah melihat perban di pergelangan kakimu, Aku merasa kasihan.” Ucap Ma Roo memanggil So So. So So meminta Ma Roo tak memanggilnya. Ma Roo tetap meminta agar So So bisa menatapnya. So So mengaku malu.
“Aku tidak siap saat kau muncul di depanku Apalagi tiba-tiba. Aku pasti sudah mencoba melarikan diri  begitu menemukan sesuatu yang salah. Dengan begitu, aku tidak akan terluka. Aku sangat senang saat kau memberiku sepatu itu. Kau tidak tahu ukuranku, jadi pasti sudah merenungkannya. Tentang ukuran mana yang sesuai.” Ucap So So
So So bisa membayangkan Ma Roo yang memilih sepatu dengan mencoba ukuran sepatunya yang lebih keci.
“Aku bersyukur dan mengagumi waktu yang kau habiskan untukku. Tapi aku tahu ada dua pasang sepatu yang sama. Aku berpikir "Itu pasti untuk pacarnya."” Ucap So So
“Kami saling meninggalkan... Teman itu meninggalkanku, dan aku meninggalkannya. Aku akan menemuinya saat kembali bekerja. Tapi tidak akan ada waktu untuk sedih atau terluka dalam perpisahan kita. Karena dia harus menggangguku  atas nama perusahaan.” Cerita Ma Roo menganggap Nona Oh sebagai temanya.
“Apa dia atasanmu di tempat kerja?” tanya So So kaget. Ma Roo mengangguk. 



Semua berkumpul diruangan Ketua Departemen, Nona Oh dan Byung Jae hanya bisa tertunduk dengan semua karyawan. Ketau sangat menyangkan hal ini terjadi di departemen mereka dan menyuruh Tuan Yoon unntuk bisa mengurus sisanya. Tuan Yoon mengerti.
“Seperti yang kalian semua tahu, San Ma Roo sedang dalam keadaan standby. Dengan Absen tanpa cuti, pelanggaran peraturan, dan pengabaian tugas, Dan tentang hal-hal yang melibatkan Ma Roo.. Deputi Oh... Kau Periksa baik-baik Dan bersihkan meja dan komputernya.” Ucap Ketua Yoon. Nona Oh mengerti.
“Pada saat seperti ini, bekerja samalah. Dan lakukan pekerjaan dengan baik sehingga CEO bisa merasa nyaman Jadi Kembali bekerja.” Ucap Ketua Yoon. Semua pun bergegas keluar. 

Tuan Yoon berbicara denga atasan, Ketua memperingatkan Tuan Yoon Jangan biarkan anak buahnya turun tangan karena menemukan berkasnya, karena Yang penting perhatikan detailnya. Tuan Yoon pikir tak perlu khawatir karena akan mengurusnya.
“Apa kau mengurus formulir pengiriman ke Afrika?” tanya Ketua
“CEO mereka sedang cuti saat ini,  jadi kita harus menunggu.” Ucap Tuan Yoon
“Hei, bertindaklah seperti atasan. Bisakah kau benar-benar memanggilnya CEO  jika dia berasal dari perusahaan mungil? Katakan pada mereka kalau aku ingin  berbicara dengan atasan mereka.” Kata Si ketua. Tuan Yoon pun tak berani melawan. 

Byung Jae seperti berat hati karena melihat barang-barang di Meja Ma Roo dibereskan. Nona Oh seperti tak peduli membereskan semuanya, sampai akhirnya melihat tanaman kaktus diatas meja, teringat saat membeli dengan Ma Roo kalau itu Kaktus pasangan dan Letakkan di depan komputernya.
“Kau seharusnya tidak membuangnya, Ma Roo sangat menghargainya.” Kata Byung Jae mendekat.
“Bisakah kau membersihkannya untukku?” ucap Nona Oh bergegas kembali ke tempat duduknya dan masih terlihat tanaman kaktus yang sama. 

So So mengaku merasa sedih saat mendengar  cerita seperti itu, karena Hubungan kusut selalu penuh dengan luka yang menyakitkan. Ma Roo pikir manusia tetap ingin  hidup bersama karena  tahu kesepian adalah yang paling menakutkan.
“Bukankah pantai ini indah?” ucap  So So melihat ke arah depan mereka yang gelap.
“Memang indah, meski  aku tidak bisa melihatnya.”kata Ma Roo
“Film "Seorang Pria dan Wanita" dibuat di pantai ini. Seorang wanita kehilangan suaminya  karena kecelakaan. Dan seorang pria kehilangan istrinya  karena bunuh diri. Pria yang terluka dan wanita  yang terluka itu bertemu. Mencintai, putus, lalu mencintai lagi.” Cerita So So dengan gambar file sebuah mobil dan sepasang yang berpelukan.
“Ini happy ending kan.” Kata Ma Roo. So So menganguk, lalu bertanya apakah menurut Ma Roo ada namanya happy ending dalam cinta
“Ada. Jika kau benar-benar saling mencintai, saat itu pasti ada. Tidak peduli apa yang terjadi.” Kata So So
“ Bukankah sudah normal jika masa-masa itu pasti ada?” pikir SoSo
“Jika saat-saat itu tidak pasti, itu adalah rasa sakit yang nyata.” Kata Ma Roo. So So pun mengajak pergi jalan-jalan. Ma Roo pun mengikuti untuk berjalan-jalan di pantai. 


Yeon Sung dan Hyun berjalan bersama, Hyun ingin tahu kenapa tidak menjawabnya karena mengajukan pertanyaan  saat permainn berlangsung, alasan ingin mau datang dengan ayahnya. Yeon Sung pikir itu karena Hyun sangat mencintainya.
“Kau sangat murahan.” Keluh Hyun. Yeon Sung pikir mereka saling mencintai
“Jika punya sesuatu untuk dikatakan, katakan sekarang. Jika bukan tentang sekolah, aku akan mendengarkan. Kau juga tidak bisa membicarakan wanita itu.” Ucap Hyun berjalan mundur.
“Lalu aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan.” Kata Yeon Sung lalu menarik pasmina Hyun karena udara makin dingin sambil mencubit pipinya. Hyun mengeluh ayahnya kalau tak ingin melakukanya.
Flash back
“Aku punya banyak hal yang ingin dikatakan... Tapi aku harus berhenti sekarang. Aku akan menikah, dan dia akan menjadi Ibu yang baik. Aku akan membuat lingkungan keluarga yang baik  sehingga Na Hyun akan tumbuh dengan baik.” Ucap Yeon Sung sudah menghabiskan minum dalam gelas.
“Itu... tidak ada hubungannya dengan kejadian ini.” Kata si wanita tua dengan ketus.
“Aku tidak bisa berbicara kepadanya tentang topik ini karena aku adalah Ayahnya. Tapi Hal-hal bisa berubah jika seorang Ibu bisa mengurusnya.” Kata Yeon Jung
“Masalah tetaplah masalah, bahkan jika mereka punya ibu.” Kata si wanita
“Aku akan lebih memperhatikan Na Hyun. Jadi dia bisa melakukannya  dengan baik di sekolah...” kata Yeon Sung langsung disela oleh si wanita itu
“Ayah Na Hyun..Bukannya kau bilang melihat  apa yang Na Hyun lakukan? Apa menurutmu itu sesuatu... Yang harus dilakukan seorang siswa perempuan?” ucap si pria.
Yeon Sung akhirnya meminta maaf, Si wanita bertanya menurut pikiran Yeon Sung  Apa ini sesuatu yang harus dilakukan atau tidak. Saat itu Hyun berdiri depan ruangan dengan seragamnya, dengan selembar kertas tertempel di di depan pintu [Rapat Komite Disiplin]
“Seharusnya... Tidak dia lakukan.” Jawab Yeon Sung.
“Apa ini sesuatu yang harus terjadi atau tidak?” tanya si wanita. Yeon Sung menjawab Seharusnya tidak... terjadi.
“Apa kau meminta maaf setelah mengetahui itu?” kata si wanita sinis.
“Na Hyun masih anak kecil Dan kita orang dewasa. emaafkan bisa menjadi pelajaran.” Kata Yeon Sung
“Sebagai...Presiden asosiasi orang tua. Aku tidak berpikir anak-anak kita harus belajar di sekolah yang sama.Seseorang yang merekam film  seperti rekaman kotor Aku merasa sangat tersinggung tentang ini. “ kata si wanita. Yeon Sung terlihat kebinggungan. Hyun pun akhirnya berjongkok didepan pintu dengan wajah sedih.
“Na Hyun membuat film berdurasi tiga menit. Aku tahu itu salah sehingga mempengaruhi lingkungan sekolah. Putriku dan aku merenungkan kesalahan kami. Aku mohon padamu. Tolong jangan keluarkan putriku. Aku memohon padamu.” Kata Yeon Sung akhirnya berlutut didepan semua  guru dan juga komite sekolah.

“Aku bisa menjadi lebih pengecut dari ini. Meski, kau mungkin tidak tahu.” Gumam Yeon Sung.
Hyun melihat ayahnya keluar ingin tahu apa yang dikatakan oleh gurunya. Yeon Sung hanya mengulurkan tangan pada anaknya, untuk pulang. Sementara di dalam ruangan, Kepsek pikir mereka sudah mendengar perspektif wali murid jadi bisa memulai rapat untuk bisa memilih.
“Ini adalah pilihan terbuka. Kenapa kita tidak hanya  memberikan suara, Kepala Sekolah?” ucap Ketua Komite. Kepsek pun setuju
“Lalu, siapa yang berpikir kita harus mengusir Jung Na Hyun?” tanya Kepsek
Hyun berjalan dengan ayahnya merasa tidak melakukan kesalahan dan Yeon Sung juga pasti tahu. Yeon Sung tak ingin membahasnya mengajak makan sundae sebelum pulang. Hyun mengeluh kalau tak suka. Yeon Sung pun mengusulkan tonkatsu saja. Hyun langsung menyetujuinya. 

Yeon Sung mengenganggam tangan anaknya mengaku Senang bisa bercakap-cakap dengan anak perempuannya dan mengajak besok bicara banyak besok juga. Hyun pikir mereka tidak pernah berhenti bicara.
“Aku sangat senang bisa memegang tangan putriku.” Ungkap Yeon Sung mengoyangkan tanganya seperti baru memiliki kekasih baru.

“Saat aku memegang tangan  seseorang yang kucintai. Aku ingin terus berjalan sampai akhir zaman.” 

“Bahkan jika tanahnya berakhir, dan lautan dimulai. Aku tidak ingin melepaskannya. Itulah sebabnya orang yang berpegangan tangan di pantai. Karena mereka saling mencintai.”
Ma Roo dan So So sudah berpegangan di pantai dengan menatap lurus. Ma Roo bertanya judul film apa itu, So So menjawab "Seorang Pria dan Wanita." Dengan Judul aslinya adalah  "Un Homme et Une Femme." So So ingin tahu artinya. So So menjawab artinya Seorang pria dan wanita.
“Seorang pria dan wanita... Sekarang ada di sini.” Ucap Ma Roo melihat mereka berdua yang ada di pantai dengan saling bergandengan tangan.
Bersambung ke episode 10
FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar