PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 10 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 27

PS : All images credit and content copyright : SBS
Mobil polisi dan satu ambulance, serta pemadam kebakaran di depan ruang kontainter. Tuan Choi setelah berbicara pada polisi menanyakan keadaan Jae Chan dan juga Hong Joo. Keduanya mengatakan baik-baik saja. Tuan Choi memberitahu kalau Ambulans akan segera tiba.
“Apa Kau baik-baik saja? Tanganmu tampaknya terluka.” Ucap Jae Cahn melihat tangan kanan Tuan Choi
“Apakah ini penting sekarang?!! Kenapa kau ke tempat seperti ini sendirian? Kenapa tidak meneleponku?” ucap Tuan Choi memarahi Jae Chan.
“Aku sungkan meneleponmu di luar jam kerjamu.” Kata Jae Chan.
“Kau seharusnya meneleponku meskipun sungkan. Bagaimana jika kau sendirian dan terluka. karena mengabaikan prosedur dan aturan? Apa yang kukatakan saat kau menjalankan surat perintah? Apa yang terpenting dalam hal seperti ini?” kata Tuan Choi marah
“Keselamatanku.” Jawab Jae Chan. Tuan Choi berteriak kalau itu jawaban yang benar sampai Hong Joo terlonjak kaget.
“Tapi kenapa kau kemari sendirian? Seandainya aku tidak datang hari ini, maka kau sudah mati.” Ucap Tuan Choi.
Hong Joo membela kalau Jae Chan tidak menduga tempat ini berbahaya. Tuan Choi menyuruh Hong Joo agar Jangan ikut campur karena Percuma saja membelanya. Hong Joo pun hanya bisa meminta maaf. Tuan Choi akhirnya ikut memarahi Hong Joo.
“Kenapa kau kemari di malam hari padahal tidak tahu ada siapa?” ucap Tuan Choi
“Dia benar. Kau sama sekali tidak takut.” Keluh Jae Chan ikut memarahi Hong Joo. Tuan Choi melihat Ambulans datang.
“Siapa yang harus kuikuti dalam situasi seperti ini? Tubuhku hanya satu.” Kata Tuan Choi
Hong Joo menyuruh Jae Chan untuk pergi dengan Tuan Choi, karena menghirup banyak gas saat mencoba menyelamatkannya. Jae Chan menolak kalau Tuan Choi yang harus bersama Hong Joo karena Tangannya sangat gemetaran.
“Tanganku tidak gemetar, Sekarang sudah membaik. Luka dalamnya pasti lebih parah daripada aku.” Ucap Hong Joo menyuruh Jae Chan pergi.
“Hei, kau tidak baik-baik saja.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengaku  baik-baik saja. Keduanya saling adu mulut siapa yang harus ditemani oleh Tuan Choi.
“Astaga, dua orang kasmaran ini.” Keluh Tuan Cho melihat keduanya akhirnya saling meraba wajah masing-masing. 



Akhirnya Jae Chan yang ditemani oleh Tuan Choi dalam ambulance dengan alat bantu oksisgen. Tuan Choi menasehati Saat Jae Cahn mengabaikan perintah asisten kepala jaksa. dan pergi ke lokasi tanpa inspekturnya, maka Jae Chan bisa menjadi korban.
“Kau menghancurkan kenetralan dari seluruh penyelidikan. Apa Kau mengerti?” ucap  Tuan Choi. Jae Chan menganguk.
“Pak, omong-omong, bagaimana kau tahu aku disana?” tanya Jae Chan melepskan masker. Tuan Choi pikir Itu tidak penting sekarang.
“Diamlah dan pakai saja masker oksigen itu.Bukan hanya menyediakan oksigen, ini juga mencegahmu bicara.” Ucap Tuan Choi, Jae Chan  mengingat saat Tuan Choi memeluknya bersyukur karena masih hidup.
“Aku ucapkan Terima kasih, Pak.” Kata Jae Chan mengenggam tangan Tuan Choi
“Sekarang tolong dengarkan aku jika kau berterima kasih. Jangan membuatku mencemaskanmu lagi.” Kata Tuan Choi menarik selimut Jae Chan agar lebih rapat. 


Hong Joo datang ke rumah Jae Chan, Seung Won yang membuka pintu heran karena mereka akan segera ke rumahnya untuk sarapan. Hong Joo mengaku sudah tahu tapi hanya ingin meminta bantuan. Seung Won bertanya bantuan apa, saat itu terdengar suara dari kamar mandi.
“Aku menghirup banyak asap tadi malam. Aku terus berdengus, tapi abu yang terus keluar. Bahkan ingusku bisa dipakai untuk menulis...” ucap Jae Chan kelua dari kamar mandi dengan jubahnya, lalu kaget karena Hong Joo ada didalam rumahnya.
“Hyung... Hong Joo kemari untuk meminta bantuan.” Kata Seung Won. Jae Chan berpura-pura tak terjadi apa-apa lalu meminta Hong Joo menunggu dan segera masuk ke dalam kamar.
Seung Won dan Hong Joo hanya bisa saling berpandangan, Jae Chan duduk di dalam kamar mengingat perkataan “Menulis dengan ingusku.” Lalu berpikir apakah bisa menarik ucapanya tadi dan akhirnya hanya bisa mengeluh kalau itu menjijikkan.


Jae Chan keluar dari kamar dengan gaya sexy, Seung Won membuatkan minum untuk Hong Joo memberitahu kalau kakaknya terus  mendengus seperti trompet, bahkan tidak perlu alarm dan ia bangun karena dengusannya setiap pagi.
“Semoga kau tidak terkejut. Katamu, kau selalu melihat sisi menjijikkan dirinya di mimpimu.” Ucap Seung Won.
“Ya, tidak apa-apa. Hidungku juga mengeluarkan abu. Kakakmu jauh lebih seksi saat dia lembap setelah mandi. Apapun yang dia lakukan membuat hatiku berdebar.” Ungkap Hong Joo bangga. Jae Chan yang mendengarnya hanya bisa tersenyum
“Kau mengalami cinta buta sampai ke level serius.” Keluh Seung Won, Jae Chan lewat dengan sengaja mengingjak kaki adiknya.
“Ya ampun, Seung Won... Kau harus Mandi, karena akan terlambat.” Ucap Jae Chan. Seung Won pun sambil menahan sakit berjalan ke kamar mandi. 

Jae Chan pun langsung bertanya bantuan apa yang diminta Hong Joo padanya. Hong Joo menceritakan kalau menjelaskan secara kasar soal kecelakaan semalam kepada ibunya dan tidak mau ibunya itu terlalu khawatir. Jae Chan bertanya apa yang bilang Hong Joo kepadanya.
“Kubilang aku menelepon Pemadam Kebakaran saat lewat dan melihat api. Jadi, jangan katakan apapun saat sarapan.” Kata Hong Joo. Jae Chan menganguk mengerti.
“Apa Kita pergi sekarang?” kata Hong Joo. Jae Chan menahan Hong Joo peri dengan memegang pundaknya.
“Jangan lakukan itu kepadaku.” Ucap Jae Chan. Hong Joo binggung apa maksudnya.
“Jangan bilang dirimu baik-baik saja, padahal tidak Hal buruk, mimpi buruk. Kau harus memberitahuku semuanya. Jangan membohongiku.” Pesan Jae Chan. Hong Joo menganguk mengerti.
“Apa Kau masih bermimpi tentang yang kau ceritakan kepadaku? Mimpi tentang hujan dan payung hijau.” Kata Jae Chan.
“Tidak. Aku tidak memimpikan itu belakangan ini.” Ucap Hong Joo. Jae Chan menatap mata Hong Joo seperti masih tak yakin kalau Hong Jootidak berbohong
“Jika aku memimpikannya lagi, kau yang pertama kuberi tahu.” Kata Hong Joo. Jae Chan pun mempercayainya. 



Yoo Bum turun dari mobil di TEMPAT PARKIR KENDARAAN KHUSUS lalu berjalan masuk. Tiba-tiba seorang dengan pakain hitam dan hampir ditutupi semua wajahnya mendekati mobil Yoo Bum.
Di ruang rapat redaksi
Ketua Tim kaget kalau  di dalam ponsel itu ada foto-foto korban kasus pembunuhan berantai cairan infus. Hong Joo membenarkan.  Doo Hyun pikir orang itu  berkaitan dengan Myung Yi Suk, seperti kaki tangan. Hong Joo pikir Mungkin.
“Akan kucari tahu lagi saat meliputnya dengan teliti dan Mungkin saja dia pelaku sebenarnya.” Kata Hong Joo curiga
“Kau bilang Pelaku sebenarnya? Apa dasarmu mengatakan itu?” tanya Doo Hyun
“Selain 11 foto korban, ada foto delapan orang lagi di ponselnya.” Kata Hong Joo. Doo Hyun binggung bertanya dengan delapan orang itu

Di Ruang Tuan Park
Jae Chan mengatakan Mereka semua mati. Semua terlhat kaget.  Tuan Park  ingin tahu Kenapa kedelapan korban tidak terdaftar dalam kasus itu. Jae Chan menjelaskan Mereka bukan dari kamar rumah sakit yang sama dengan kasus ini.
“Mereka tidak dihitung karena mati setelah penangkapan Myung Yi Suk.” Jelas Jae Chan.
“Kau bilang Mereka mati setelah dia ditangkap?” kata Hee Mi. Semua terdiam memikirkan. 

Di Ruang Redaksi
“Maka dia mungkin pelaku sebenarnya atau kaki tangan. Artinya, pembunuh berantai itu masih hidup.” Kata Ketua Tim menyimpulakna.
“Dia bisa melakukan kejahatan lagi.” Ucap Hong Joo.
“Apa Kau yakin pria yang mati dalam kebakaran bukan pembunuh berantainya?” tanya Ketua Tim
Di Ruangan Tuan Park 
“Orang yang mati dalam kebakaran bukan pemilik ponsel itu. Dia hanya menerima ponsel dari orang lain.” Jelas Jae Chaen
“Saat polisi mendekati orang yang mencari ponselnya, Apa ada yang membunuhnya dengan kebakaran?” kata Jaksa Lee.
“Kemungkinan besar ponsel itu milik pelaku pembakaran.” Ucap Hee Mi. Jaksa Son pikir kalau  Kemungkinan besar dialah pembunuh berantainya.
Jaksa Park meminta semua tenang karena mereka tidak boleh berasumsi karena Ini penyelidikan ulang, jadi meminta agar bisa berhati-hati. Semua pun mencoba untuk tenang, Jaksa Park bertanya apakah Jae Chan  mendapat data pribadi pemilik ponsel itu.  Jae Chan mengatakan Tidak mudah menemukan pemiliknya karena itu ponsel prabayar.


Ruang Redaksi
Ketua Tim tahu kalau Hong Joo yang bertanggung jawab atas kasus ini tahun lalu. Hong Joo membenarkan. Ketua Tim ingin Doo Hyun dan Hong Joo hanya fokus terhadap kasus ini dengan membagi tugas, Doo Hyun yang pergilah ke rumah sakit untuk cari tahu soal kedelapan pasien.
“Hong Joo, teruslah bersama polisi dan jaksa untuk mencari tahu tentang pemilik ponsel itu. Cari tahu apakah ada masalah dengan penyelidikan lama.” Kata Ketua Tim. Hong Joo mengerti. 

Ruang Jaksa Park
Jaksa Park bertanya apakah Jae Chan sudah memberikan data cadangan ponsel itu ke tim forensik Jae Chan mengatakan kalau sudah melakukannya. Jaksa Park ingin tahu bagimana Jae Chan bisa mengetahui kasus ini, karena ini bukan kasusnya.
“Aku yang pertama menyadari ini sebagai kasus.” Ucap Jae Chan.
“Kau adalah korban kasus pembakaran. Bagaimana bisa korban menyelidiki? Kau akan dikecualikan seandainya aku hakimnya.” Ucap Jaksa Park. Jae Chan bisa mengerti
“Jangan berurusan dengan kasus ini. Jaksa Son dan jaksa Shin harus mengurus kasus ini.” Perintah Jaksa Park. Kedua jaksa wanita pun mengerti.
“Kau dan Jaksa Lee sebaiknya menyelidiki ulang kasus pembunuhan berantai cairan infus ini. Jika kau tidak mematuhi perintah dan pergi ke lokasi kejahatan lagi, maka aku akan menghapusmu dari tim.” Tegas jaksa Park. Jae Chan menganguk mengerti.
“Kau punya dua kasus, tapi hanya ada satu tersangka. Kita akan bekerja dengan dua jalur. Kedua tim harus rapat setiap hari dan bekerja sama.” Ucap Jaksa Park. Jaksa Lee menatap Jae Chan yang duduk didepanya seperti menyimpan sesuatu.


Jae Chan berjalan dilorong dengan Jaksa Park memberitahu  akan menghubungi kantor Yeonju untuk mendapatkan catatan kasus dan mengajukan penyelidikan terhadap barang sitaan itu. Jaska Lee menganguk mengerti, lalu tiba-tiba menatap Jae Chan dengan wajah serius.
“Jaksa Jung... Apa Kau akan baik-baik saja?” tanya Jaksa Jung. Jae Chan binggung kenapa seniornya menanyakan hal itu.
“Menyelidiki ulang kasus lama, berarti ada sesuatu yang salah dalam penyelidikan sebelumnya.” Jelas Jaksa Jung. Jae Chan mengatakan kalau menyadarinya.
“Kau harus memeriksa Pengacara Lee yang merupakan jaksa kasus ini dan juga harus memeriksa Penyidik Choi, yang merupakan inspektur. Aku yakin tidak ada masalah, tapi jika kita menemukan masalah dalam penyelidikan sebelumnya,. Maka Penyidik Choi bisa menghadapi tindakan disipliner. Setidaknya, kelalaian tugas. Yang lebih Parahnya, dia mungkin harus diadili.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan hanya bisa terdiam memikirkanya. 

Hyang Mi mengantikan perban Tuan Choi dengan perlahan. Tuan Choi merasa tak bisa melakukannya sendiri dengan tangan kanan yang terluka. Hyang Mi menegaskan kalau dirinya itu memang wanita yang baik jadi berharap bisa bertemu dengan pria seperti Letnan Han.
“Letnan Han juga hidup sebagai orang baik.” Ejek Tuan Choi. Hyang Mi yang kesal sengaja menarik perban. Tuan Choi hanya bisa tertawa menahan rasa sakit dengan meminta maaf. 

Jae Chan berdiri didepan ruangan melihat Tuan Choi yang tertawa mengingat ucapan Jaksa Lee “Penyidik Choi mungkin dalam masalah. Apa Kau yakin bisa menyelidiki ulang kasus ini?”  Seperti Jae Chan mulai terlihat ragu karena bisa saja terjadi sesuatu pada Tuan Choi.

[BAGIAN 14: TANGKAP AKU JIKA BISA]

Jae Chan memasukan beberapa tumpukan berkas sambil mengeluh kalau  banyak sekali catatan untuk kasus ini dan harus bergadang beberapa kali untuk memeriksa semuanya. Jaksa Lee mengatakan kalau  adan Sebelas orang mati jadi Tentu saja banyak catatannya.
“Hei, tutuplah dengan perlahan! Kenapa kau menutupnya sangat keras, padahal kau bisa menekan tombolnya?”! teriak Jaksa Lee melihat anak buahnya yang menutup bagasi dengan kasar.
“Jaksa Jung, aku telah mengawasimu. Jangan meninggalkan goresan di jok kulitnya saat menaruhnya. Dan Warnanya... Ah... Aku seharusnya meminta mobil lain.” Keluh Jaksa Lee melihat Jae Chan yang masukan semua di jok belakang.
“Pak, masuklah... Kita akan terlambat.” Ucap Jae Chan masuk ke belakang kemudi. Anak buah Jaksa Lee bingung mobil siapa sebenarnya.
"Tampaknya ini mobilku, tapi tampaknya bukan.. Tampaknya ini mobilku" kata Jaksa Lee sambil bersenandung akhirnya masuk ke dalam mobil. 

Di dalalm mobil
Jaksa Lee sibuk mengirimkan pesan “Seandainya aku satu tim denganmu dalam kasus pembakaran itu. Aku merindukanmu.”  Dengan helaan nafas. Jae Cahn mengusulkan untuk mebawa semua barang sitaan dan catatan pengadilan ke ruanganm Jaksa Lee
“Aku akan terus menyelidiki catatan di ruanganku.” Kata Jae Chan. Jaksa Lee mengatakan Jae Chan tak bisa bisa melakukan itu.
“Penyidik Choi bekerja di ruanganmu jadi Bawa semua itu ke ruanganku.” Ucap Jaksa Lee
“Apa Kau tidak melibatkan Penyidik Choi dalam penyelidikan ini?” kata Jae Chan heran
“Tentu saja. Kirim dia ke tim kasus pembakaran. Mari kita minta penyelidikan lain.” Kata Jaksa Lee
“Aku akan menyelidiki ulang kasus ini bersama Penyidik Choi dan Penyidik Choi tidak ada hubungannya dengan orang-orang yang terlibat. Dia seharusnya tidak dikecualikan hanya karena asumsi kita.” Tegas Jae Chan. 


Jaksa Lee dan Jae Chan saling menarik berkas didepan ruangan. Jakas Lee kesa kalau sudah mengatakan untuk menaruh semua catatan di ruangannya.  Jae Chan memohon agar Jaksa Lee tetap menaruh diruanganya.
“Penyidik Choi menyelidiki kasus ini bersama Lee Yoo Beom. Jika catatan palsu ditemukan, maka dia bisa menjadi penjahat.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan melihat Tuan Choi ada didekatnya jadi mengajak Jaksa Lee untuk bicarakan ini nanti.
“Apa maksudmu nanti? Bagaimana jika dia mau penghormatan... dan merekayasa kasusnya?” ucap Jaksa Lee dengan nada tinggi. Jae Chan akhirnya berteriak marah karena tak ingin Tuan Choi bisa mendengarnya.
“Kenapa? Apa ucapanku salah? Aku tidak mau mencurigai Penyidik Choi melakukan kesalahan. Tapi aku bisa apa? Tugasku sebagai jaksa adalah mencurigai apapun. Tugas kita mencurigai siapapun bahkan yang tidak mau kita curigai.” Ucap Jaksa Lee 

Tuan Choi akhirnya mendekat dengan berkata kalau ucapan Jaksa Lee itu benar. Jaksa Lee kaget melihat Tuan Choi ternyata sudah ada dibelakangnya, lalu menjelaska klalu tidak bermaksud membuat kesalahan saat penyelidikan. Tuan Choi mengaku kalau bisa  mengerti.
“Aku seharusnya tidak terlibat dalam kasus ini. Catatan ini seharusnya ditaruh di ruangan Jaksa Lee.” Ucap Tuan Choi
“Apa? Dia juga bilang aku benar.” Kata Jaksa Lee membawa berkas ke ruanganya. Jae Chan hanya bisa diam saja.

Saat sarapan pagi
Jae Chan menceritakan kalau Jaksa Lee berlebihan, Nyonya Yoon juga tak percaya kalau Jakse Lee tega melakukan itu kepada rekannya. Jae Chan juga merasa kalau Jaksa Lee itu  kejam. Hong Joo pikir itu memang bisa melukai perasaan Tuan Choi, tapi ini penyelidikan.
“Apa Kini kau memihak Jaksa Lee?” keluh Jae Chan melihat sikap Hong Joo.
“Dia tidak memihak. Dia hanya mengatakan itu mungkin. Ada kemungkinan penjahatnya bisa ditemukan di suatu tempat. Artinya, ada yang salah dengan penyelidikan lama dan Penyidik Choi...” ucap Seung Won dan Jae Chan langsung menyumpal mulut adiknya dengan sayuran.
“Aku yang paling mengenal Penyidik Choi. Dia tidak akan pernah...” kata Ja Chan yang disela oleh Woo Tak.
“Dia takkan pernah melakukan hal itu. Bagaimana kau bisa yakin? Kau berkata hal yang sama kepadaku tentang kasus Do Hak Young.”ucap Woo Tak
“Apa Kau pikir ini kasus yang sama?” tanya Jae Chan.
“Ini tidak ada bedanya. Menurutku ucapanmu kepadaku waktu itu jawaban yang benar. Aku tahu Penyidik Choi orang yang baik. Memang benar ada banyak kecurigaan tentang kasus ini juga.” Ucap Woo Tak dengan wajah serius.
“Mari bicarakan ini nanti saat kita keluar. Aku tidak mau mendengarnya disini karena akan membuat seleraku hilang.” Kata Jae Chan mulai makan. Semua pun hanya bisa terdiam. 


Jae Chan dan Woo Tak sudah ada diluar, Woo Tak bertanya apakah  Penyidik Choi menjelaskan bagaimana mengetahui pembakaran itu dan datang, Jae Chan menjawab tidak  tapi ada banyak cara untuk mengetahui kasus itu karena mungkin bisa saja mengikutinya.
“Jika mengikutimu, dia akan mencegahmu sebelum kebakaran itu.” Kata Woo Tak
“Dia bisa saja kebetulan lewat.” Pikir Jae Chan
“Tempat itu jauh dari jalur yang biasa dia lalui.” Kata Woo Tak
“Dia mungkin melihat api dari jarak itu dan mendatangiku.”ucap Jae Chan. 

“Dia datang sebelum api menyala. Apa Kau ingat ucapan Penyidik Choi kepadaku tadi malam?” ucap Hong Joo mengingat ucapan Tuan Choi “Kau juga, Hong Joo. Kenapa kau kemari di malam hari padahal tidak tahu ada siapa?”
“Dia tahu kita datang terpisah dan datang kesana sebelum kebakaran.” Kat Hong Joo curiga.
“Kenapa dia menunggu api sebelum menyelamatkanmu? Bukankah itu aneh?” pikir Woo Tak
“Jadi, apa Maksudmu, Penyidik Choi adalah kaki tangan pembakar itu?” kata Jae Chan terlihat kesal
Hong Joo menegaskan bukan seperti itu jadi meminta Jae Chan untuk Jangan curiga dan bertanya langsung pada Tuan Choi. Jae Chan pikir  Penyidik Choi mengorbankan nyawa demi menyelamatkan mereka, jadi tak alasan untuk  menanyainya, "Bagaimana kau tahu aku disini?" serta tak pantas jika tanya, "Kenapa kau selamatkan kami setelah kebakaran?"
“Tapi kau tetap harus menanyainya. Kau tak bisa berasumsi karena tak mau lancang dan bertanya. Itu bahkan lebih buruk.” Tegas Woo Tak. Jae Chan pun hanya diam saja. 


Keduanya menunggu bus, Jae Chan hanya diam saja. Hong Jo bertanya apakah Jae Chan marah. Jae Chan hanya diam dengan wajah cemberut. Hong Joo ingin menjelaskan kalau dikatakan Woo Tak, Jae Chan mengaku kalau sudah tahu.
“Aku tahu dia benar dan aku salah jadi Kuubah kata-kataku. Aku sadar tidak menjadi jaksa yang baik Aku juga tahu kenapa kau dan Woo Tak meragukan Penyidik Choi. Pikiranku mengetahuinya, tapi hatiku tak bisa memercayainya.” Jelas Jae Chan.
“Kini aku sangat membenci diriku. Aku sungguh memalukan. Aku malu karena kau harus melihat sifatku yang seperti ini.” Ungkap Jae Chan keasl
“Apa Kita baru saja bertengkar? Apa Kau mau sendirian?” tanya Hong Joo. Jae Chan hanya diam saja.
Bus pun datang, Hong Joo pikir sebaiknya pergi sendirian hari ini dan pergi untuk naik bus lebih dulu. 


Hong Joo baru saja duduk dan tiba-tiba Jae Chan sudah duduk disampingnya. Ia pikir kalau Jae Chan mau berangkat sendiri. Jae Chan mengaku kalau ini seperti itu jadi pergi sendirian bersama dan hanya duduk diam disamping Hong Joo, seperti tak saling mengenal.  Hong Joo mengeluh kalau itu Tidak masuk akal dengan memandang keluar jendela. 

Jaksa Lee kesal bertanya Dimana hukuman terhadap Myung Yi Suk. Jae Chan dengan membalikan badan memberikan berkas ditanganya. Jaksa Lee melihat Jae Chan bertanya Dimana Penyidik Choi. Jaks Lee menjawa kalau Tuan Choi ada di tim pembakaran dengan menetap Sek. Jaksa Lee.
“Akan kuperiksa penyitaannya.” Ucap Jae Chan. Sek Jaksa Lee binggung kenapa Jae Chan memberitahu padanya.
“Dia mencari gara-gara kepadaku... Abaikan saja dia.” Keluh Jaksa Lee melihat Jae Chan yang tak menatapnya.
“Aku tidak yakin Penyidik Choi akan merekayasa sebuah kasus hanya demi naik jabatan.” Kata Jae Chan tetap menatap Sek Jaksa Lee.
“Jaksa Lee, Jaksa Son ingin kau ke ruang penyelidikan video.” Kata Sek Jaksa Park.
Jaksa Lee binggung kenapa harus dirinya. Sek Jaksa Park mengatakan Jaksa Lee sedang mengumpulkan tersangka pembakaran dan butuh asisten. Jaksa Lee heran karena di panggil oleh seniornya. 


Jaksa Lee memakai wig dan juga berkumpul dengan beberapa yang diduga pelaku.  Jaksa Park masuk ke dalam ruangan melihat semua pria berdiri, Jaksa Son menejelaskan Seseorang melihat seorang priakabur dengan sepeda dari TKP.
“Aku memanggil semua yang bicara dengan Jo Yoon Pyo tempo hari. dan memiliki ukuran kaki yang sama dan jejak kaki dari TKP.” Ucap Jaksa Son
“Dia orangnya. Pria di pojok kanan yang giginya tonggos. Aku yakin. Aku melihat gigi itu tadi malam... Gigi itu bersinar dalam gelap.” Ucap si pria yangs duah ua.
“Anda bilang, tersangkanya memakai penutup wajah. Jadi Anda tak bisa melihat giginya!” kata Jaksa Son. Si Pria seperti lupa kalau mengatakan itu.
“Ahh.. Benar juga. Pria kedua dari kiri... Tidak. Mungkin yang ketiga... “kata Si pria seperti sudah pikun. Jaksa Son seperti tak bisa berbuat apa-apa lagi. 


Hee Mi bertemu dengan pemilik pom bensin dengan anak buahnya, Si pemilik mengatakan kalau Bertentangan dengan dugaan, maka cukup sulit membeli bensin menurutnya Jika pembeli membelinya dengan derigen maka mereka harus mencatat data pribadinya.
“Apa Ada orang lain yang membelinya pada tanggal 22 atau sebelumnya?” tanya Hee Mi. Si pemilik melihat cacatan kalau tak ada yang membeli
“Berapa banyak pom bensin dalam jarak lima kilometer?” tanya HEe Mi. Sei petugas menjawab itu Lebih dari 40. Hee Mi hanya bisa melonggo.

Yoo Bum masuk ke dalam lobby gedungnya, sambil meminum kopi lalu pesan masuk ke dalam ponselnya “Halo, Pengacara Lee. Tampaknya kau juga menikmati kopi panas selama musim panas.” Yoo Bum binggung mencari keseliling Lobby, tapi tak ada orang mencurigakan.
“Masuk akal. Penyejuk ruangan disini kencang, jadi, kau mau cokelat panas.” Yoo Bum mengumpat kesal karena tak tahu siapa yang mengirimkan pesan padanya karena ada yang menguntitnya. 

Hong Joo datang ke minimarket bertemu dengan Dae Goo bertanya apakah ada plester pereda sakit. Dae Goo terlihat kaget menunjuk tempat barang yang dicari Hong Joo, ada di samping sikat gigi dan pasta gigi. Hong Joo mengucapkan Terima kasih berjalan ke bagian rak. Dae Goo mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
Tuan Myung baru saja keluar dan akan masuk mobil polisi, Hong Joo sebagai reporter terus mengajukan pertanyaan “Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa Kau punya komentar untuk keluarga kesebelas korban? Apa Kau punya komentar untuk putramu? Tolong katakan sesuatu. Ada pesan untuk putramu?” Saat itu Dae Goo hanya bisa menangsi melihat ayahnya dianggap sebagai tersangka.
Hong Joo membawa plester di meja kasir bertanya totalnya. Dae Goo memastikan kalau wanita didepanya reporter Nam Hong Joo dari SBC, Hong Jo terlihat bangga karena ada yang mengenalnya dan mungki pernah melihatnya di TV.
“Tidak, aku melihatmu secara langsung. Kau bertanya "Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa Kau punya komentar untuk keluarga kesebelas korban? Apa Ada pesan untuk putramu?"” kata Dae Goo dengan mata penuh dendam.
“Aku putra Myung Yi Suk, si pembunuh berantai. Hanya kau yang kulihat di antara banyak reporter. Kau sangat gigih. Apa Kau tahu ayahku sudah meninggal?” ucap Dae Goo terlihat sangat marah. Hong Joo ketakutan melihat di dekat meja kasir sudah ada payung warna hijau. 


“Dia tahu. Dia juga tahu ayahmu merasa telah salah dituduh. Kau Myung Dae Goo, 'kan? Temannya Seung Won.” Ucap Jae Chan masuk dengan memperlihatkan ID Cardnya"Jaksa Jung Jae Chan"
“Aku sedang menyelidiki ulang kasus ayahmu.” Kata Jae Chan. Dae Goo tak percaya kalau Menyelidiki ulang
“Kami memeriksa apakah ada yang salah dalam penyelidikan sebelumnya. Aku juga akan memeriksa semua buktinya. Jika ketidakadilan terjadi dalam penyelidikan sebelumnya, atau kau punya bukti bahwa ayahmu tidak bersalah, hubungi aku di nomor ini. Aku akan mendengarkan apapun.” Ucap Jae Chan menuliskan nomornya pada buku pelajar Dae Goo.
Dae Goo pun mengucapkan Terima kasih dengan wajah bahagia dan bisa menangis haru. 

Keduanya berjalan pulang, Jae Chan bertanya Kenapa Hong Joo membeli plester pereda sakit, berpikir sedang terluka. Hong Joo memberitahu  Otot bahu ibunya nyeri dengan menarik Jae Chan agar berjalan tak jauh darinya.
“Apa Kau masih marah? Apa Kau tidak keberatan soal betapa malunya dirimu?” ucap Hong Joo. Jae Chan pikir itu mungkin.
“Kapan kau akan berhenti marah kepadaku?” tanya Hong Joo saat sudah didepan rumah. Jae Chan menjawab kalau akan segera membaik dan menyuruh Hong Joo masuk. Tapi Hong Joo menarik Jae Chan dan memeluknya.
“Terima kasih.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir untuk apa.
“Aku takut dengan pria di toko tadi.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir kenapa harus takut karena Dae Goo hanya anak SMA.
“Entahlah... Aku sangat takut, tapi menjadi lebih baik karena seseorang.” Ungkap Jae Chan. 

Dae Goo terlihat sangat bahagia karena akhirnya ada orang yang mempercayainya. Hong joo memuji Jae Chan kalau sangat keren dan meminta agar Jae Chan melupkan dan tidak perlu malu lagi, karena Rasanya tidak nyaman, pelukanya pun makin erat. Jae Chan mengerti dengan menepuk punggung Jae Chan.
“Aku akan melupakannya dan Aku baik-baik saja.” Ucap Jae Chan.
“Maafkan aku karena meragukan Penyidik Choi. Aku juga tidak mau meragukannya. Itu sebabnya kubilang tanyai dia. Asumsi menjadi tidak terkendali jika kita tidak menanyainya. Jika mendengar alasannya, maka kau tidak perlu ragu lagi Aku begitu karena sangat ingin mempercayai Penyidik Choi..” Kata Hong Joo menatap Jae Chan. Jae Chan mengaku kalau tahu.

Yoo Bum turun dari mobil, Pesan kembali masuk “Apa Kau punya sopir? Kau tampak seusiaku. Aku iri kepadamu yang memiliki sopir. Bukankah kau bisa seperti ini berkat diriku?” Yoo Bum menatap kesekeliling ingin tahu siapa pria gila yang mengirimkan pesan padanya.
“Kau memanipulasi barang sitaan dari kasus Myung Yi Suk, 'kan? Kau melakukan itu, 'kan?” Wajah Yoo Bum terlihat panik membaca pesan.
Saat akan masuk ruangan, Sek memberitahu kalau Ada tamu untuknya. Yoo Bum kaget ingin tahu siapa tapi saat membuka pintu, bisa bernafas lega karena tenyata Hong Joo. Ia pun berkomentar kalau Hong Joo  membuatnya takut saja dan ingin tahu alasan datang ke kantornya. 

“Aku ingin berkonsultasi denganmu sebentar.” Kata Hong Joo. Yoo Bum pikir harus menghitung waktunya karean Biaya konsultasinya cukup mahal.
“Tiga menit juga cukup.” Ucap Hong Joo. Yoo Bum pun mempersilahkan Hong Joo untuk bicara.
Saat itu Dae Goo datang ke Yoo Bum melihat dari depan ruangan kalau Hong Joo sedang bertemu dengan Yoo Bum.  Yoo Bum ingin tahu apa yang ingin ditanyakan Hong Joo padanya. Hong Joo mengatakan kalau tahu seorang tersangka yang sedang diselidiki jaksa.
“Jaksa terus memberikan informasi hasilnya kepada media.”ucap Hong Joo. Yoo Bum pikir Mereka tidak boleh melakukan itu dan ingin tahu Jaksa mana yang melakukannya
“Hasil penyelidikan sangat rahasia. Bahkan tersangka memiliki haknya. dan hak penuh atas perlindungan. Apa tersangka tidak punya pengacara yang bisa membelanya?” kata Yoo Bum
“Kenapa jaksa membocorkan informasi tentang kasus?” tanya Hong Joo. Yoo Bum pikir itu Sudah jelas.
“Entah mereka tidak punya cukup bukti atau mereka tidak yakin. Jika mereka menuntut tersangka, maka dia bisa dibebaskan. Jadi, mereka meminta bantuan media.” Kata Yoo Bum. 


Hong Joo menjetikan jarinya kalau Seperti gelembung cola. Yoo Bum membenarkan. Hong Joo pikir Yoo Bum pasti membocorkan informasi saat kasus Myung Yi Suk untuk alasan yang sama dan memberikannya karena menyukainya. Yoo Bum terdiam mendengarnya.
“Tapi kau sudah memperhitungkannya di kepalamu. Kau pasti kekurangan bukti atau merasa tidak yakin.” Ucap Hong Joo dengan nada menuduh.
“Kenapa kau tiba-tiba membicarakan kasus yang sudah lama ditutup?” tanya Yoo Bum.
“Aku mendapat informasi pelaku sesungguhnya bukan Myung Yi Suk. Divisi pelaporan kami membentuk tim baru untuk meliputnya... Wahh.. Tiga menit sudah habis. Aku akan mendengarkan pengacara dan jaksa untuk kasus Myung Yi Suk dan merilis artikelnya dengan adil. Hubungi aku jika ada informasi lain. Aku akan datang kapanpun. Kau tahu nomorku, 'kan?” ucap Hong Joo.
Yoo Bum menganguk, Hong Joo pun pamit pergi. Dae Goo sengaja membalikan badanya agar tak  terlihat. Saat itu Sek Yoo Bum melihat Hong Joo yang keluar mengucapakan Terima kasih untuk tehnya, setelah itu melihat Dae Goo yang berdiri di depan pintu.
“Pelajar... Apa Kau mencari seseorang?” tanya Sek Yoo Bum. Dae Goo mengatakan ingin memberikan payung kepada Pengacara Lee, karean tertinggal waktu itu. Wajah Dae Goo bisa tersenyum bahagia, karena Hong Joo ternyata bisa membela ayahnya, sementara diruangan Yoo Bum terlihat panik.
Bersambung ke episode 28

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar