PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 09 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 25

PS : All images credit and content copyright : SBS
Di tepi pantai, Hong Joo dan Jae Chan masih duduk dengan memandang laut lepas. Hong Joo menatap Jae Chan sambil bergumam.
“Kejadian itu terasa bagaikan hadiah. Aku berterima kasih atas semua pilihan yang kubuat karena pilihan-pilihan itu membawa kejadian ini kepadaku. Pilihan yang tampaknya bodoh pada waktu-waktu tertentu sebenarnya adalah keputusan yang bijaksana.”
Hong Joo mengingat saat mencoba memberikan pertolongan pada Jae Chan yang tenggelam dan juga Ahjussi akhirnya bisa mengerakan tanganya, tanpa sudah sadar
“Bahkan semua pilihan yang kusesali pada akhirnya terbukti benar. Segalanya membuat jantungku berdebar dan terlihat begitu manis. Aku bersyukur...atas segalanya. Tapi ada satu hal.”

Hong Joo bertanya apakah dia baik-baik saja. Jae Chan binggung siapa yang dimaksud oleh pacarnya.  Hong Joo menjelaskan Pria yang mereka temui di danau itu, seorang Polisi yang  berniat bunuh diri, karena Terkadang, memikirkannya dan juga mencemaskannya.
“Tenang saja. Dia baik-baik saja.” Ucap Jae Chan. Hong Joo tak percaya dan ingin tahu darimana Jae Chan mengetahuinya.
“Lalu Dia tinggal dimana?” tanya Hong Joo. Jae Chan terdiam karena sebelumnya Seung Won memberitahu kalau “Pria itu mengirimikan uang lagi.”
“Entah dimana tempat tinggalnya ataupun siapa namanya, tapi aku tahu dia masih hidup. Jadi, kau tidak perlu khawatir.” Ucap Jae Chan yakin karena selalu mendapatkan kiriman uang.
“Aku lega. Hanya itu yang perlu kuketahui. Selama dia masih hidup.” Kata Hong Joo. 


Flash Back
Paman membuka matanya dengan mendengar suara seseorang yang sedang  membaca buku "Meski hidup menipumu, jangan sedih atau marah. Hatimu hidup di masa depan. Saat ini selalu sedih. Semua hanya sementara dan akan berlalu. Dan yang berlalu akan menjadi berharga di masa depan."
“Wah... Kata-kata yang bijak.” Ungkap Si polisi dan dikagetkan dengan temanya yang sudah terbangun.
“Hei, aku lapar dan mau makan sesuatu.” Ucap Ahjussi. Si Polisi pun bergegas akan mengambilkanya.
“Hei, kau tidak berpikir untuk melakukan hal gila, 'kan?” kata Si Polisi memastikan lebih dulu
“Aku takkan pergi kemana-mana dan juga takkan melakukan hal gila. Hidupku... tidak boleh berakhir sekarang. Ada seseorang. yang harus kutemui nanti” ucap Ahjussi. 

Jae Chan dan Hong Joo jalan bersama, Hong Joo pun bertanya apakah mereka  saling mengenal jika bertemu lagi, karena mereka juga tidak saling mengenal waktu itu, jadi apa sama halnya dengannya. Jae Chan pikir seperti itu.
“Kami mungkin saja bertemu kembali, tapi tidak saling mengenal. Kenapa bertanya? Apa Kau ingin bertemu dengannya?” tanya Jae Chan. Hong Joo membenarkan lalu bertanya balik pada Jae Chan. Jae Chan mengaku ingin menemuinya juga.
“Tapi apa menurutmu dia juga ingin bertemu kita?” tanya Hong Joo. Jae Chan pikir tak tahu. 

Saat dikantor polisi, Ahjussi menuliskan suratnya.
“Saat kita bertemu dengannya lagi, dia bilang, makin memikirkan dan merindukan kita dan dia makin ingin bertemu dengan kita lagi.”
Seorang pria berjalan di tempat makan dan perlahan mengambil ponsel yang ada diatas meja, seperti pekerjaanya mengambil ponsel dengan berpura-pura ikut makan.
“Saat dia datang menemui kita setelah melalui misteri kehidupan, kita tak bisa mengenalinya untuk waktu yang cukup lama.”
Dae Goo memeluk guci abu milik ayahnya dan langsung berlutut di depan rumah duka, seperti lututnya lemas. Saat itu Seung Won pun datang melihat temanya.

“Dan bagaikan ombak kecil, insiden kecil yang bertebaran mulai berdatangan satu demi satu dan menghampiri kita. Menyatu menjadi ombak besar, mereka mulai memandu kita untuk menemuinya.” 


[BAGIAN 13: KAMI DALAM PERJALANAN UNTUK MENEMUIMU SEKARANG]

Seung Won binggung karena Dae Goo yang tak membuat acara pemakaman. Dae Goo pikir Lagipula, takkan ada yang datang, lalu berkomentar kalau Seung Won terlihat mengerikan dengan jas itu yang kebesaran. Seung Won mengaku kalau tidak punya pakaian hitam, jadi, memakai setelan kakaknya
“Wahh.. Lengannya sungguh panjang.” Ucap Seung Won sambil melipat jas kakaknya.
“Ya, benar-benar panjang.” Komentar Dae Goo. Seung Won kaget bertanya apakah Dae Goo pernah bertemu dengan kakaknya.
“Aku pernah datang ke salah satu persidangannya. Dia membandingkan keadilan dengan sungai dan benar-benar mengalahkan pengacara lawan. Ini Sangat menarik. Aku juga merasa berterima kasih.” Cerita Dae Goo
“Kau bilang Berterima kasih? Atas apa?” tanya Seung Won binggung
“Pengacara itu adalah orang yang melakukan ini kepada ayahku.” Kata Dae Goo. Seung Won ingin tahu siapa yang dimaksud.
“Jaksa Lee Yoo Beom.. Ahh... Bukan... Kini dia seorang pengacara.” Kata Dae Goo.



 Saat itu Tuan Choi dan juga Hyang Mi berdiri di depan mesin Atm untuk mengetahui jumlah uang dalam rekening.  Tapi keduanya menghela nafas dan langsung mencoba memasukan buku tabungan seperti berharap jumlahnya bisa bertambah. Yoo Bum pun melihat keduanya langsung mendekat.
“Sepertinya uang kalian takkan bertambah jika memasukkannya lagi.” Ejek Yoo Bum. Keduanya kaget dan menyapa Yoo Bum.
“Kenapa rekening tabunganku seperti ini padahal sudah gajian?” ucap Hyang Mi heran.
“Itu karena rasanya lama sekali menunggu hari gajian berikutnya tapi uangmu sudah lenyap dalam sekejap.” Kata Tuan Choi. Hyang Mi pikir memang seperti itu.
“Kalian berdua sebaiknya bekerja di firmaku. Akan kupastikan kalian takkan merasa menunggu begitu lama. Katakan berapa gaji yang diharapkan, lalu kita bisa bernegosiasi. Jabatan kalian akan terjamin sampai pensiun, dan kalian boleh pulang tepat waktu setiap hari.” Ucap Yoo Bum memberikan penawaran.
Hyang Mi langsung bersemangat kalau akan berkerja di kantor Yoo Bum. Yoo Bum lalu bertanya dengan Tuan Choi atas tawaranya. Tuan Choi mengulang kalau sudah pernah menjawab tidak tertarik. Hyang Mi dengan penuh semangat mengatakan sangat tertarik.
“kalau Untukmu, ada syaratnya. Yaitu Kau harus membujuk Penyidik Choi untuk ikut denganmu dan Aku akan menunggumu, Penyidik Choi.” Ucap Yoo Bum. 

Hyang Mi berjalan masuk mengeluh dengan syarat yang diajukan oleh Yoo Bum berpikir kalau ia hanya dijadikan tambahan, Barang gratis atau  beli satu gratis satu.Tuan Choi tiba-tiba berbicara seriusn meminta agar jangan memberitahu Jae Chan tentang tawaran Yoo Bum.
“Kau... Jangan bilang siapa-siapa juga.” Ucap Tuan Choi dengan wajah khawatir.
“Aku sungguh kecewa kepadamu. Memangnya aku terlihat seperti orang yang gemar bergosip? Tidakkah kau mengenalku?”keluh Hyang Mi 

Tapi beberapa saat kemudian, Hyang Mi sudah ada diruangan lain memberitahu Yoo Bum berniat merekrut Penyidik Choi dan akan memenuhi gaji yang diharapkan Penyidik Choi, bahkan berusaha keras untuk memancingnya.
“Penyidik Choi memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Penawaran itu tidak mungkin...” kata Jae Chan yakin
“Mungkin. Ada satu hal yang disebut jawaban yang benar. Jabatannya akan terjamin sampai pensiun, dan dia akan dapat ruangan pribadi yang menghadap selatan, bahkan kartu kredit perusahaan. Siapapun yang masih waras akan segera mengajukan surat pengunduran diri.” Kata Hyang Mi
“Aku tahu dia jauh lebih senang bekerja denganku daripada dengan...” kata Jae Chan yakin dan langsung disela oleh Hyang Mi
“Tidak. Kau membuat kami frustrasi karena kau begitu lamban. Kau cuma bisa menggali seperti marmot tanah. Kau membuatnya bergadang dan membawanya ke banyak lokasi. Aku hampir menangis karena sangat kasihan kepadanya.” Ucap Hyang Mi
“Lalu aku harus bagaimana? Lagipula, kenapa kau memberitahuku hal ini?” kata Jae Chan heran .
“Bersikap baiklah kepadanya sebelum kau kehilangan dia. Seringlah memuji dia dan cobalah untuk memikatnya. Serta, beri dia hadiah.” Saran Hyang Mi
Jae Chan seperti tak perlu karena apabila ia harus memaksa tetap disini, maka ia tidak mau Tuan Choi bekerja disini, lalu pamit pergi. Hyang Mi menghela nafas karena ternyata rencananya tak berhasil. 


Tuan Choi yang pendek tak bisa menjangkau bagian atas lemari untuk mengambil berkas. Saat itu Jae Chan datang dengan mudah mengambilnya. Tuan Choi pun mengucapkan terimakasih. Jae Chan langsung blak-blakan mengatakan  Asisten Moon sudah memberitahuku tentang semuanya.
“Kudengar, Yoo Beom menawarimu sebuah jabatan.” Ucap Jae Chan. Tuan Choi marah karena Hyang Mi memberitahu Jae Chan.
“Teganya kau langsung memberitahunya.” Kata Hwang Mi dengan mulut  melonggo.
“Sebaiknya, kau bekerja di firmanya jika penawarannya lebih baik.” Ucap Jae Chan. Tuan Choi hanya menganguk mengerti.
Jae Chan tiba-tiba berlutut melihat tali sepatu Tuan Choi lepas dan berusaha untuk mengikatnya. Tuan Choi panik berpikir kalau bisa melakukannya sendiri dan akhirnya jatuh. Jae Chan menyuruh Tuan Choi untuk diam saja.
“Aku tidak mau memaksamu untuk bekerja disini, dan tak bisa menjanjikanmu bahwa aku akan lebih baik kepadamu hanya untuk mempermanis keadaan. Bagaimanapun, itu keputusanmu. Aku takkan membencimu meski kau memutuskan untuk pergi.” Kata Jae Chan. Tuan Choi dibuat binggung.
Jae Chan mengambil ponselnya lalu mengajak Tuan Choi selfie dengan berbagai gaya cute. Setelah itu meminta Tuan Choi agar jangan mencemaskannya dan jangan terpaksa bekerja disini serta Pikirkan keputusannya baik-baik. Tuan Choi menganguk mengerti.
Hyang Mi heran melihat sikap Jae Chan lalu melihat di bagian account chat, Jae Chan menganti pic profile dengan status "Bersama mentorku"


Kepala Tim memberitahu mereka sungguh harus memulai cerita "Pengalaman Tiga Hari" seperti Hal semacam memancing di laut lepas atau bekerja di kebun anggur bukanlah hal baru dan mengajak untuk mencoba sesuatu yang lebih orisinil.
“Bagaimana dengan mengalami kehamilan dalam tiga hari? Bentuk yang kukenakan sekarang benar-benar sama dengan bentuk tubuh wanita yang sedang mengandung 8 bulan. Kita bisa memakai ini selama 3 hari dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti naik kereta untuk merasakan bagaimana rasanya mengandung. Kita mempelajari apa yang masyarakat bisa lakukan untuk wanita hamil.” Jelas Hong Joo dengan baju hamil.
“Baiklah, simpan ide itu. Apa Ada ide lain?” tanya ketua Tim. Doo Hyun pikir berada tiga hari di kejaksaan.
“Kita jarang mendapatkan kesempatan untuk melihat aktivitas rutin jaksa.” Ucap Doo Hyun
“Itu ide bagus, tapi mustahil untuk dilakukan. Mereka takkan mengizinkan kita melakukan itu. Untuk alasan konfidensial dan melindungi hak tersangka, mereka takkan mengizinkan kita. Mereka akan memberi berbagai alasan.” Pikir Ketua Tim
“Ini Justru sebaliknya. Jaksa wilayah kantor Hangang ramah kepada media. Aku pernah bertemu dengannya saat dia minum teh bersama reporter. Aku menjelaskan tujuannya, dan dia tampaknya menyetujuinya.” Kata Doo Hyun
“Kau seharusnya mengatakan itu dari tadi. Kalau begitu, simpan ide itu juga.” Kata Ketua Tim penuh semangat
“Pak, bukankah akan lebih bermakna bagi pria. jika merasakan seperti apa rasanya mengandung?” saran Hong Joo
“Ya. Pria tidak tahu bagaimana rasanya, jadi, itu akan lebih bermakna. “ kata Doo Hyun
“Baiklah. Hong Joo, kau harus menghabiskan 3 hari di kejaksaan dan Doo Hyun, kau harus merasakan kehamilan.” Kata Ketua Tim
Doo Hyun tanpa sadar menyetujuinya, lalu berteriak kenapa ia yang harus melakukanya dan bertanya Bagaimana dengan semua bawahan yang ada disini. Ketua Tim pikir Doo Hyun sendiri yang bilang. akan lebih bermakna jika pria merasakannya Jadi Yang paling paham harus melakukannya dan itu adlah Doo Hyun. Doo Hyun berteriak kesal. 
“Bos, Anda terlihat sangat keren.” Puji salah satu pegawai melihat Doo Hyun yang sudah mengunakan pakaian hamil.
“Ahh.. Sayang sekali. Kau akan dijuluki Reporter Terbaik Tahun Ini lagi... Wahh.. Celakalah aku. Menghabiskan 3 hari di kejaksaan akan sangat sulit.”keluh Hong Joo dengan nada mengejek.
“Hei! Kejaksaan... Jauh lebih sulit menjadi wanita hamil!” teriak Doo Hyun marah
“Oh, lihatlah dirimu... Kau sungguh memahami kesulitan yang wanita hamil hadapi daripada siapapun. Aku akan sangat menantikan ceritamu. Jadi Beri dia tepuk tangan meriah!” kata Ketua Tim dan semua pun memberikan tepuk tangan yang meriah. 



Jae Chan mencoba mengirimkan pesan “Penyidik Choi, bisakah kau tidak menerima penawaran Yoo Beom?” lalu berpikir kalau itu terdengar aneh. Akhirnya ia menuliskan “Jangan pergi.” Tapi berpikir kalau akan terdengar kurang ajar
“Aku tulis "Kumohon jangan pergi." Apa itu lebih baik?” kata Jae Chan tapi mencoba  menulis kalimat yang lain.
Seung Won keluar dari kamar memanggil kakaknya. Jae Chan langsung menengok. Tiba-tiba Jae Chan menatap ponselnya karena pesan yang ditulis terkirim dengan tulisan “Jangan pergi ke Yoo Beom.” Ia langsung panik karena bisa Celaka.
“Aku tidak sengaja menyentuh tombol kirim gara-gara dirimu!” ucap Jae Chan kesal. Seung Won binggung apa kesalahanya.
“Pesan yang kukirim ke Penyidik Choi terlalu lancang. Bagaimana ini?” kata Jae Chan panik. Tapi saat itu juga sebuah pesan masuk. Jae Chan membacanya “Aku takkan pergi.” Balas Tuan Choi.
Jae Chan langsung menari dengan gembira karena Tuan Choi mengatakan tak akan pergi, sampai akhirnya tersadar sedari tadi adiknya hanya melonggo menatapnya, lalu bertanya ada apa dengan adiknya. Seung Won pun memberikan lembaran kertas 
“Kenapa Dae Goo bisa mempercayakan ini kepadamu?” keluh Seung Won melihat sikap kakaknya itu yang sangat konyol didalam rumah.
“Aku punya teman namanya Myung Dae Goo. Dia memintamu untuk melihatnya.” Kata Seung Won.
“Kau bilang, Myung Dae Goo? Tapi Ini seperti permintaan terakhir seseorang.” Kata Jae Chan melihat lembaran kertas.
“Ya. Kau tahu pembunuh berantai yang bunuh diri di penjara, 'kan? Itu keinginannya.” Jelas Seung Won. Jae Chan heran kenapa surat itu ada pada adiknya.
“Dia ayahnya Dae Goo dan mau kau membacanya.” Jelas Seung Won. Hong Joo binggung kenapa harus ia
“Menurutnya, kematian ayahnya sungguh tidak adil. Dia berharap kau bisa membersihkan namanya.” Kata Seung Won.
“Hei, siapa yang berpikir masuk penjara itu adil? Semua orang merasa itu tidak adil.” Kala Jae Chan
“Pokoknya, kau harus membacanya. Aku sudah membacanya, dan sepertinya itu tidak adil. Dan Ada juga hal lain yang memberiku firasat buruk. Yoo Beom adalah jaksa yang mengurus kasus itu.” Kata Seung Won. 



“Kasus ini bahkan membuatnya mendapat anugerah dari Jaksa Penuntut Umum.” Kata Seung Won
Jae Chan terdiam lalu membaca surat yang ditulisakan dari mendiang Tuan Myung, teringat kembali saat pertama kali bertemu dengan Yoo Bum di ruanga, Tuan Choi seperti memberikan perlakuan khusus.  Jae Chan membaca tulisan tangan Tuan Myung
"Tugasku menolong orang-orang, tapi aku menjadi pembunuh mereka Mustahil bagiku untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah 16 Juni 2016, Salam, Myung Yi Suk"
Jae Chan mengingat saat Yoo Bum dengan bangga mengatakan “Karena mengerjakan skandal korupsi dan kasus pembunuhan berantai itu, aku mendapatkan penghargaan dari Jaksa Penuntut Umum. Aku hanya meletakkan sendok di atas meja yang telah dirapikan Penyidik Choi,tapi aku malah mendapat penghargaan” 

Si Paman berjalan pulang dan masuk ke dalam rumah, Dua detektif sudah melihat berpikir untuk menangkapnya. Ketua tim pikir nanti saja karena mereka akan  gerebek dengan penadahnya sekaligus saat mereka bertemu.
Akhirnya di dalam rumahnya, Ia mengeluarkan semua ponsel yang hasil di curi lalu mengeluarkan sebuah kotak tempatnya menyimpan ponsel curian, beberapa ponsel akan dimatikan. Tapi salah satu Ponsel menerima pesan masuk.
“"Tolong kembalikan ponselku. Aku akan membayarmu... Aku akan memberimu 5.000 dolar. Aku takkan lapor polisi"
"Aku akan memberimu 10.000 dolar. Besok pukul 1 di Underpass Chungil"
Si paman seperti tak percaya akan mendapatkan sebuah uang dari ponsel yang dicurinya dan bertanya-tanya ada apa dengan 

Saat itu si paman seperti bermimpi melihat Hong Joo dan bertemu dengan Jae Chan dalam satu ruangan. Tiba-tiba pintu di tutup dan terjadi kebakaran. Jae Chan berusaha melindungi Hong Joo dan saat itu seseorang terbangun dari tidurnya dalam kamar yang gelap.
“Menurutmu petugas kepolisian itu juga bermimpi tentang kita?” tanya Hong Joo
“Ya. Aku dan Woo Tak membicarakan soal bagaimana permulaan mimpi kita. Berdasarkan peraturan itu, dia pasti juga bermimpi tentang kita.” Jelas Jae Chan. Nyonya Yoon ingin tahu peraturan apa itu.
Orang yang menolong kita dalam situasi hidup atau mati. Kurasa kita akan bermimpi tentang orang itu. Aku sering bermimpi tentang Jae Chan, sementara dia biasanya melihat Hong Joo di mimpinya.” Jelas Woo Tak. Hong Joo seperti tak yakin.
“Saat pertama mendengar teorinya, menurutku itu juga tidak masuk akal, .karena aku tak tahu bahwa kau Kastanye. Tapi kini itu masuk akal karena kau Kastanye. Kau menyelamatkanku 13 tahun lalu di danau, dan aku menyelamatkan Woo Tak dengan mencegah kecelakaan mobil.” Jelas Jae Chan.
Nyonya Yoon bisa mengerti dan itu menurutnya  sungguh masuk akal. Hong Joo masih binggung dengan alasan mereka mengalami mimpi-mimpi itu. Woo Tak pikir bisa merasakan saat selamat dari maut, yaitu berpikir, "Aku bisa saja mati. Aku ingin bisa membalas budi kepadanya."
“Pikiran itu pasti yang memulai mimpi-mimpi itu. Lalu Mimpi-mimpi yang menunjukkan masa depan orang yang menolong kita.” Jelas Woo Tak
“Bagaimana menurutmu? Teorinya masuk akal, 'kan?”tanya Jae Chan yang mengupas kulit apel dengan membentuknya. Hong Joo menganguk mengerti. 


Saat itu seseorang menulis dalam buku catata "Mayat di atas matras, Nam Hong Joo mati!". Hong Joo tahu kalau ia menyelamatkan polisi itu di danau,jadi, berdasarkan peraturan itu,. Maka polisi itu pasti bisa melihat masa depan mereka di mimpinya. Jae Chan membenarkan.
“Berarti, dia pasti tahu bagaimana paras kalian. Aku yakin dia juga tahu dimana tempat tinggal kalian” pikir Woo Tak. Jae Chan hanya menjawab kalau itu mungkin.
“Tidak mungkin.. Kurasa itu sungguh tidak masuk akal. Andai hipotesismu benar, maka dia pasti sudah menemui kita.” Ucap Jae Chan.
“Apa Kau pikir dia mau menemuimu? Dia takkan menemui kalian dengan cara yang baik. Bertemu kembali hanya akan membangkitkan kenangan pilu.” Ungkap Nyonya Yoon.
Hong Joo seperti mulai berpikir, mata Jae Chan terus mengamati apel mana yang akan dipilih Hong Joo dengan garpunya. Hong Joo langsung memilih apel yang dikupas oleh Jae Chan. Jae Chan langsung  terlihat bahagia. Hong Joo bingung melihat tingkah Jae Chan. Jae Chan hanya mengatakan Bukan apa-apa dan meminta agar Jangan hiraukannya.
“Aku ke Divisi Tiga Tindak Pidana mulai hari ini untuk artikel. Selama tiga hari ke depan.” Ucap Hong Joo.
“Kenapa? Maksudmu, kantor kami? Selama tiga hari?” ucap Jae Chan panik
“Pasti itu untuk "Pengalaman Tiga Hari". Itu segmen yang menarik. Berarti kau bisa melihat Jaksa Jung di tempat kerjanya?” kata Woo Tak bahagia.
Jae Chan terdiam teringat dengan terikan Tuan Park yang memarahinya, lalu berlatih diruangan interogasi tanpa sadar semua temanya menatapnya, lalu Hyang Mi yang berkomentar dirinya seperti marmot tanah yang suka mengali.
“Aku mungkin akan terus membuntutimu selama tiga hari ke depan.  Jaksa wilayah memilih jaksa paling kompeten dan tampan di divisi untuk dijadikan orang yang diwawancarai.” Ucap Hong Joo.
“Jaksa yang paling kompeten dan tampan, Sepertinya dirimu.” Komentar Woo Tak. Jae Chan hanya bisa tertawa. 

Di ruangan Jaksa Park
Hee Mi menyapa Hong Joo lebih dulu  dan merasa sudah pernah bertemu.  Nam Hong Joo pun mengenalkan nama sebagai reporter dari SBC. Jaksa Park meminta Hee Mi agar bias membantu Reporter Nam agar bisa memberi tahu pemirsa segalanya tentang kejaksaan. Hee Mi pun meminta Hong Joo agar ikut denganya. 

Jaksa Lee mengeluh karena Jae Chan itu sudah dekat dengan Hong Joo, bukan memilihnya malah memilih Jaksa Shin. Jaksa Son setuju mengejek Jaksa Park itutidak sungguh-sungguh saat bilang menyukai Jaksa Jung dan itu pasti menyakiti perasaan juniornya.
“Tidak, aku baik-baik saja.” Kata Jae Chan berpura-pura tak peduli.
“Kalian sungguh tidak mengerti. Aku tidak memilih dia karena menyayanginya Mereka saling mengagumi saat ini. Jika dia mengamati Jaksa Jung selama tiga hari, maka dia akan kecewa dan fantasinya akan rusak..” Kata Jaksa Park
“ Kenapa fantasinya akan rusak? Memangnya Jaksa Jung kenapa?” kata Jaksa Lee heran
“Siapa yang punya kasus tidak selesai terbanyak di divisi kita?” tanya Jaksa Park. Jaksa Lee menjawab kalau itu Jaksa Jung.
“Lalu Laporan kasus siapa yang paling sering salah ketik?” tanya Jaksa Park. Jaksa Lee kembali menjawabJaksa Jung.
“Siapa yang menghabiskan satu bulan dalam kasus pencurian sepele, saat para jaksa lain bisa menyelesaikannya dalam sepekan?” tanya Jaksa Park. Jaksa Lee pun menjawab Jaksa Jung juga.
“Kalau begitu, akankah fantasinya tentang dia akan hancur?” tanya Jaksa Park. Jaksa Lee mengaku kalau itu akan hancur.
“Lalu Kau senang dengan tindakanku atau tidak?” tanya Jaksa Park. Jae Chan pun hanya bisa mengucapkan Terima kasih. Jaksa Son pun mengajak juniornya itu agar bisa bekerja lebih giat lagi,


Hee Mi duduk di meja kerjanya mengangkat telp dengan gayanysa seperti model dan sangat mengoda. Hong Joo terus mengambil gambar, Sek pun ikut bergaya didepan camera, saat sedang membawa berkas Hee Mi terlihat seperti model yang sedang catwalk. 

Akhirnya Hee Mi berada di ruang interogasi dengan seorang pria,  membahas tentamenjual bubuk akar bunga balon kepada pasien kanker dan mengatakan bahwa itu obat ajaib. Si pria seperti bukan orang korea mengaku tidak begitu paham bahasa Korea dengan bertanya apakah ada yang bisa mengunakan bahasa inggris saja.
“Aku orang yang sangat baik.” Ucap si pria. Hee Mi terlihat sangat serius langsung mengeluarkan kemampuanya berbahasa inggris.
“Beraninya kau menganggap dirimu orang baik? Padahal kau mengambil keuntungan dari orang lain. Aku tahu bahasa Koreamu lebih baik daripada bahasa Inggris, jadi, berhentilah mencoba dan bicaralah dalam bahasa Korea.” Ucap Hee Mi. Si pria pun terlihat ketakutan.
“Begini, Jaksa... Dengar, aku sungguh menjualnya dengan niat baik, hanya dengan niat baik. Itu tak bisa membenarkan pelanggaran hukum. Sejujurnya, aku tak tahu itu dianggap tindakan kriminal. Andai aku tahu,. Maka aku akan menerima hukumannya dengan senang hati.” Kata si pria
“Tak ada yang menerima hukuman dengan senang hati. Ini bukan semacam permen. Hukuman itu pahit, jadi, terima saja.” Tegas Hee Mi. Hong Joo terus merekam Hee Mi terlihat sangat kagum. 


Di ruang kontrol
Jaksa Lee melihat Hee Mi itu keren sekali, menurutnya sangat beruntung saja Jaksa Shin wanita karena Hong Joo pasti akan mengaguminya andai seroang pria.Jae Chan pikir seperti itu juga. Jaksa Lee pun memberikan semangat pada juniornya.
“Aku akan meminjamkan si Merah kapanpun kau membutuhkannya.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan seperti tak percaya mendengarnya.
“Terima kasih banyak, Jaksa Lee. Kau memang yang terbaik.” Kata Jae Chan sambil berpelukan.
“Kalau begitu, bisa gantikan tugas malamku sebagai rasa terima kasih?” kata Jaksa Lee. Jae Chan pun setuju bertanya apakah ada rencana lain.
Jaksa Lee membenarkan, Jae Chan ingin tahu siapa yang dimaksud. Jaksa Lee pikir Jae Chan pasti tahu lalu pamit pergi, saat sudah keluar ruangan ia mengirimkan pesan dari ponselnya “Aku bisa mengajakmu berkencan hari ini!” lalu berjalan melompat kegirangan. 


Jae Chan masuk ruangan melihat Tuan Choi dan Hyang Mi sedang makan siang, lalu mengaku ingin berterima kasih kepada keduanya. Hyang Mi bertarnya mengenai apa.  Jae Chan mengatakan kalau ini Karena tetap di sisinya meski banyak kekurangan. Tuan Choi heran tiba-tiba Jae Chan mengatakan hal itu.  Jae Chan ingin bicara tapi Tuan Choi lebih dulu menyela. Penyidik Choi.
“Aku takkan pergi... Aku takkan kemana-mana... Aku akan selalu berada di sisimu. Aku akan disini sampai pensiun, jadi, jangan dibahas lagi. Aku hanya bisa tertawa setiap kali kau seperti ini.” Kata Tuan Choi
“Tidak, bukan soal itu. Apa Kau tahu soal pria bernama Myung Yi Suk?” ucap Jae Chan. Hyang Mi mengaku juga tahu tentangnya.
“Dia pembunuh berantai terkenal yang membunuh orang lewat infus dan Baru-baru ini, dia bunuh diri.” Kata Hyang Mi
“Kudengar, Yoo Beom yang menangani kasus itu di kantor Yeonju. Kau mengerjakan kasus itu dengannya, Penyidik Choi?” ucap Jae Chan. Tuan Choi membenarkan dan bertanya kenapa menanyakan hal itu.
“Aku sudah membaca surat wasiat dan surat permintaan bandingnya. Ada beberapa hal yang kukhawatirkan.”kata Jae Chan
“Semua soal kasus itu sangat jelas. Penjahat selalu membuat kisah yang masuk akal dan sejumlah alasan. Kau mengasihani mereka dan merasa mereka diperlakukan buruk, tapi kau akan celaka jika tertipu.” Jelas Tuan Choi. Jae Chan menganguk mengerti tapi wajahnya terlihat ragu. 



Saat itu si paman menunggu disebuah terowongan sambil mengeluh,  kalau Ketepatan waktu sangat penting dalam transaksi semacam ini dan berpikir kalau Orang itu membodohinya. Lalu Seorang datang menghampirinya bertanya apakah sudah membawa ponselnya. Si paman bertanya uangnya.
Pria itu memperlihatkan uang dalam dompetnya yang cukup banyak. Paman pun ingin tahu apa yang ada didalam ponsel sampai ingin membayar  10.000 dolar demi ponsel. Saat itu tiba-tiba dua orang polisi mengejar mereka. Si paman kaget ternyata pria itu sedang diintai, akhirnya keduanya pun lari dari kejaran polisi. 

Petugas Oh membahas restoran yang baru masuk TV dan mengajak Woo Tak untuk makan siang disana.  Woo Tak teringat saat Petugas Oh memberitahu kalau Lampunya sudah hijau jadi Baterainya sudah penuh dan ingin bicara, tapi saat itu dua Detektif Ko sedang mengejar seseorang
Mereka pun akhirnya ikut berlari mengejar detektif Ko, yang terlihat kelelahan. Detektif Ko membeirtahu Pria berkaos abu-abu itu, penadah ponsel curian jadi harus menangkapnya. Woo Tak binggung karena dimatanya hanya ada hitam putih tanpa bisa membedakan warna.
“Hei, Woo Tak. Dia memakai celana kotak-kotak.” Teriak Petugas Oh. Woo Tak bisa melihat dengan jelas langsung berlari mendahului petugas Oh.
“Aku Letnan Han Woo Tak dari Polsek Sangku. Tolong berhenti.” Ucap Woo Tak sudah ada ada didepan pria.
Pria itu kebingungan karena dibelakang sudah ada Petugas Oh, akhirnya ia melempar ponsel ke sungai lalu terjatuh dan petugas Oh pun memborgol tanganya. Si pria berteriak mengaku sebagai korban.
“Lalu kenapa kau lari?” ucap Petugas Oh. Si pria mengatakan kalau itu Karena polisi yang  mendatanginya.
“Kita bisa bicara di kantor polisi.” Kata Petugas Oh. Woo Tak hanya bisa terdiam karena dengan matanya yang kabur bisa menangkap pelaku atas bantuan Petugas Oh.
Bersambung ke episode 26

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar