PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 24 Maret 2018

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS

Mi Joo dan Si Hwan berjalan bersama, tiba-tiba di kagetkan dengan kucing yang tiba-tiba melintas. Si Hwan sempat ketakutan lalu bertanya apakah baik-baik saja. Mi Joo menganguk kalau tak masalah dan berjalan di depan asrama tempat Seol Ok belajar.
“Tempat ini menyeramkan... Kudengar belum lama ini  terjadi gempa bumi di sini.. Jangan takut... Ada aku..” Ucap Si Hwan dengan wajah ketakutan berjalan masuk. Mi Joo sudah lebih dulu berjalan masuk.
“Aku akan memastikan kali ini aku lulus.” Ucap Mi Joo. Si Hwan pun meyakinkan ucapan Mi Joo. 

Semua anggota tim asrama melakukan pemeriksaan. Seorang pria melihat para murid yang membawa banyak barang, dan memasukan  semua barang ke dalam karung. Seol Ok membawa minuman mencoba menyembunyikan dalam topinya, tapi si pria bisa mengetahuinya. Seol Ok mengaku kalau itu obat miliknya.
“Kau harus berhenti mengonsumsi ini agar bisa lulus ujian... Coba Lihat tanganmu yang gemetar... Kau juga sudah cukup tua. Pergilah ke dokter, mengerti?” ucap si pria dengan nada mengejek lalu berdiri didepan semua murid baru
“Di Institut Cheongryul, jika kalian kedapatan minum-minum, mengakses internet, ponsel, atau berpacaran, maka kalian akan dikeluarkan. Dan uang kalian tidak akan dikembalikan.” Ucap Si pria. Semua menjawab kalau sudah mengerti.
“Tinggalkan semua yang tidak kalian perlukan di sini selain tekad kalian untuk lulus ujian. Mengerti? Kata Si pria meminta agar mereka menyerahkan ponsel juga. 

Seol Ok bertanya pada Dae Woon Apa semua institut berasrama seperti ini, menurutnya Tempat asramanya sangat aneh.  Dae Woon mengetahui kalau Seol Ok pasti ingin pulang. Seol Ok menganguk
“Itu normal... Dia hebat dalam mengelola tempat ini. Kau terus memikirkan bahwa kamu harus lulus agar bisa cepat pulang, bukan?” kata Dae Woon.  Seol Ok membenarkan.
“Untuk itulah orang mendaftar di tempat seperti ini. Supaya cepat keluar.” Kata Dae Woon.

Seorang wanita memanggil Noo Ri sambil terus mencari,  mengaku kalau ia sebagai ibunya jadi ingin tahu keberadaan No Ri untuk makan. Tapi tak ada yang menyahut dari sosok No Ri.
“Noo Ri, kau sedang mengerjai ibu?” ucap Si Ibu akhirnya menemukan sosok kucing yang sedang terbaring, lalu berjalan mendekat.
Ia pun kaget karena ternyata kucing miliknya sudah mati begitu saja. 

Di lapangan Seol Ok mendengar suara jeritan dan bertanya pada Dae Woon apakah tidak mendengar sesuatu. Dae Woon sedang sibuk merekam dengan kacamatanya mengaku tak tahu.  Seol Ok mengatakan kalau mendengar sesuatu. Dae Woon seperti tak peduli memilih untuk merekam video. 

Di ruangan
Tuan Hwang heran kalau ini adalah nama keisengan yang Anne Frank lakukan dengan menyebut kalau itu namanya Keisengan Anne. Kyung Mi mendengar lelucon Tuan Hwang langsung tertawa, Semua anggota binggung karena hanya Kyung Mi yang tertawa.
“Ada pembeli yang menghabiskan sampel kami dan pemabuk yang membuat keributan dengan mengatakan butuh makanan. Ini aku, Kim Kyung Mi, yang selama ini baik kepada orang-orang begitu. Tidak peduli seburuk apa leluconmu, aku bisa menerima semuanya” gumam Kyung Mi
“Baiklah. Karena sepertinya kalian menyukai itu, akan kukatakan satu lelucon lagi. Karena mobil cuma punya empat pintu, kita tidak bisa membuka tiga untuk seseorang.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi pun terus tertawa dengan lelucon Tuan Hwang untuk mencari perhatian. 

Kyung Mi keluar dari ruangan mengeluh karena dagunya sakit terlalu banyak tertawa.  Lalu terdengar suara yang memanggil nama Kyung Mi, tapi Kyung Mi memilih untuk kabur menuruni tangga berpura-pura tak mendengarnya. Tapi Tuan Hwang tak pantang semangat, memanggilnya sampai Kyung Mi menengok.
“Apa Kau mau ke kantorku?” ucap Tuan Hwang mendekat. Kyung Mi pikir kalau kantor Tuan Hwang ada di tempatnya sekarang.
“Ruangan forensik di Polsek Joongjin.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi tak percaya karena memang sudah lama mau ke sana.
“Karena itulah aku menawarkan.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi ingin tahu  Kapan boleh datang. Tuan Hwang mengatakan Lebih cepat, lebih baik
“Aku berharap kamu bisa merahasiakan ini dari murid-murid lain.” Bisik Tuan Hwang. Kyung Mi binggung mendengarnya dan ingin tahu alasanya.
“Setiap murid berharap untuk mengunjungi kantorku. Ya, tentu saja... Mereka akan kecewa jika tahu aku hanya mengajakmu. Kita harus selalu waspada dengan iri hati. Khususnya murid cemerlang seperti kau. Mengerti?” kata Tuan Hwang, Kyung Mi menganguk mengerti.

“Kalau begitu, boleh minta nomor ponsel Anda?” kata Kyung Mi mengeluarkan ponselnya.
“Menurutku itu tidak bijak... Aku mengerti perasaanmu, tapi ini tidak berguna.” Kata Tuan Hwang seperti geer.
“Aku ingin menelepon Anda begitu tiba di Polsek Joongjin.” Ucap Kyung Mi
“Aku tidak ingin menyakitimu. Kamu bisa menghubungiku lewat telepon kantorku.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi pun hanya bisa menganggu mengerti dengan tingkah seniornya. 

Dae Woon tertidur di ruang belajar dan meminta maaf karena terbangu sambil menguap, lalu mengintip dari depan pintu melihat sosok pria berkacamata yang diam-diam mengambil sebatang rokok dari rak penyimpanan dan merekam dengan kacamatanya.
“Pegawai itu baru saja mencuri rokok seorang siswa.” Ucap Dae Woon dan akhirnya bel istirahat berbunyi.
Semua anak keluar dari ruangan, seorang anak laki-laki mengambil rokoknya dan mengeluh karena rokoknya Hilang lagi dan ingin tahu Siapa pelakunya. Dae Woon berpikir kalau harus membuat film tentang pencuri rokok.

Seol Ok keluar dari ruangan melihat Mi Joo berjalan dengan Si Hwan lalu memanggilnya tapi percaya kalau keduanya ikut juga dalam asrama.  Mi Joo juga kaget karena bertemu kembali dengan Seol Ok. Seol Ok pun bertanya pakah mereka mendapat diskon 50 persen.
“Aku mendapat diskon 60 persen.” Ucap Mi Joo. Seol Ok kaget dan merasa tertipu.
“Lalu Bagaimana denganmu?” tanya Seol Ok pada Si Hwan.  Si Hwan  mengatakan bukan datang untuk belajar tapi akan bekerja sambilan.
“Ki Bum bilang aku mendapat diskon 50 persen karena dia bicara dengan pamannya.” Kata Seol Ok masih mengingat saat Ki Bum berkata di restoran.
“Jika kau tertarik, aku akan bicara dengan pamanku. Mungkin kau bisa mendapatkan diskon 50 persen.” ucap Ki Bum
Mi Joo binggung karena Ki Bum mengaku kalau asrama itu milik bibinya. Seol Ok makin kaget merasa Ki Bum sudah kurang ajar dan dianggap sebagai penipuan. Tiba-tiba Dae Woon datang dan langsung memeluk Seol Ok. Seol Ok langsung melirik sinis menyuruh agar melepaskanya. Dae Woon pun melepaskan kalau merangkul adalah kebiasaannya.


“Berapa diskon yang kau dapatkan?” ucap Seol Ok penasaran. Dae Woon sempat binggung maksud dari diskon.
“Kudengar banyak yang masuk ke daftar tunggu, jadi, aku membayar 10 persen lebih banyak.” Kata Dae Woon. Seol Ok bisa tersenyum bahagia karena ada yang lebih banyak membayar dibanding dirinya.
“Hei.. Kalian juga di sini... Kau terkenal sebagai tersangka atas kasus pembunuhan itu.” Ucap Dae Woon merangkul Mi Joo seperti teman lama.

“Singkirkan tanganmu.” Kata Si Hwan kesal. Dae Woon berpikir keduanya itu sedang berkencan. Keduanya terlihat gugup, Mi Joo pun meminta Si Hwan agar bisa bersabar menghadapi temanya.
“Baiklah. Kau tahu aku pemimpin yang baik. Aku mantan asisten pengajar di sekolah-sekolah besar Ini bukan apa-apa.” Kata Si Hwan menyakian diri.
“Maafkan aku, kau tahu bisa dikeluarkan karena berpacaran, kan? Perlukah aku melaporkannya kepada pengawas asrama?” kata Dae Hwan mengancam.

Seol Ok melihat peraturan di dinding, “Minuman alkohol dilarang. Internet dilarang, Ponsel dilarang. Berpacaran dilarang.” Lalu bekomentar kalau  menggoda diperbolehkan. Si Hwan setuju dengan Seol Ok. Seol Ok pun melihat keduanya pasangan serasi.
“Kau terlihat lelah di Noryang-dong jadi Pasti kalian bahagia sehingga wajah kalian cerah.” Komentar Seol Ok melihat wajah Mi Joo dan Si Hwan
“Hei.... Aku sudah menyuruhmu melepaskan kacamata itu.” Kata Seol Ok. Dae Hwan mengeluh karena tidak boleh membawa kamera.
Seol Ok memanggil seorang pengawas yang tak jauh darinya,  memberitahu kalau Dae Woon yang punya kamera tersembunyi. Si pegawai kaget dan Dae Woon berusaha untuk menghalanginya  lalu mencoba mengoda kalau yang disembunyikan adalah tanda cinta.
“Kembali ke kamar kalian dan Jangan bergerombol.” Ucap Si pegawai kacamata memarahi Seol Ok dkk.
“Go Si Hwan... Kau bukan siswa di sini,kan? Kau di sini sebagai staf. Kembalilah bekerja.” Kata si pegawai dengan jasnya, Si Hwan pun pergi meninggal Seol Ok dkk.
Saat itu seorang wanita bertanya pada pria berkacamata apakah lihat Han Gi Yong. Si pria terlihat santai, Wanita itu dengan wajah panik kembali bertanya, Si pria mengaku tidak melihatnya. Si wanita binggung kemna perginya Gi Yong.
“Ada kelas khusus dari Akademi Polisi... Pasti dia di sana.” Ucap si pria kacamata.
“Tidak ada! Aku sudah memeriksa.” Kata Si wanita. Seol Ok dari kejauhan melihat keduanya yang berbicara cukup keras.

Wan Seung duduk di meja kerjanya sambil bergumam ingin tahu tujuan Sung Ha karena tidak mengawasinya. Sung Ha berkomentar kalau Detektif Ha bukan tipenya, terlepas dari pilihan seksualnya. Wan Seung binggung dengan ucapan Sung Ha.
“Kau sudah menatap marah kepadaku selama 75 menit. Kuharap kau bisa kembali bekerja.” Ucap Sung Ha
“Aku tidak menatapmu. Tapi Aku sedang mengerjakan rencana investigasiku.” Kata  Wan Seung. Sung Ha ingin tahu apakah  Ada kasus baru.
“Ada seorang wanita yang menghilang. Dia bilang akan masuk institut berasrama. Tapi aku tidak bisa mengontaknya.” Kata Wan Seung
“Apa Nyonya Yoo masuk institut berasrama?” ucap Sung Ha. Wan Seung kaget mendengarnya memuji Sung Ha hebat karena bisa menebaknya.
“Kau mudah ditebak, Letnan Ha... Aku bisa membaca pikiranmu.” Kata Sung Ha. Wan Seung bergumam kalau berpikir Sung Ha berhubungan dengan Seol Ok diam-diam.
“Ada yang mencurigakan... Kenapa Polsek Joongjin? Kenapa harus Unit Dua?” keluh Wan Seung kesal karena harus bertemu dengan Sung Ha.
“Lakukan investigasi hanya jika ada laporan. Mungkin dia menghilang untuk menghindari panggilanmu.” Kata Sung Ha
“Dia yang lebih dahulu menggangguku... Kenapa dia menghindari panggilanku? Akulah yang seharusnya menghilang.” Komentar Wan seung
“Kalau begitu, tidak ada gunanya kau mencari dia.” Kata Sung Ha. Wan Seung mengelak kalau tidak mencarinya lalu berjalan pergi.
Sung Ha bertanya apakah Wan Seung mau pergi mencari Seol Ok, Wan Seung menjawab kala mau pulang lalu bertanya-tanya apakah sudah berbuat salah kepada Seol Ok. 

Saat menuruni tangga, Wan Seung bertemu dengan Sung Woo yang memang mencarinya. Sung Woo langsung menyuruh Wan Seung mengambil hasil identifikasi sidik jari dari Tuan Hwang. Wan Seung mulai mengumpat  karena sudah tidak di Unit Satu dan menyuruh Na Ra saja yang melakukanya.  Na Ra panik mendengar nama Tuan Hwang.
Ia masih ingat perkataan sinis Tuan Hwang  “Semua orang penasaran bagaimana kamu lulus ujian polisi. Kau beruntung bisa hidup dengan begitu enak. Jadi, baik-baiklah kepada ayahmu.”
“Yahh.. Baiklah, sebaiknya jangan... Kau pasti masih terguncang. Kalau begitu, ambil sendiri hasilnya dan tidak ada teh di sana jadi Minumlah sebelum pergi.” Pesan Wan Seung santai lalu berajak pergi.
“Aku juga ingin tahu hasilnya... Kirimkan ke email padaku oke?” ucap Wan Seung akhirnya pergi dengan Na Ra.
“Sampah itu masih saja mengaturku.” Keluh Sung Ha kesal. 


Ji Seung  bertanya apakah adiknya sudah makan siang. Wan Seung heran dengan kakaknya karena seharusnya  tidak perlu mencemaskan dirinya. Ji Seung pikir  Tidak ada lagi yang bisa dibicarakan di sini. Wan Seung melihat kakaknya terlihat sehat.
“Tempat ini tidak buruk dan Kakak bisa bicara empat mata denganmu juga.” Ucap Ji Seung dengan nada mengoda. Wan Seung merasa kalau kakaknya berlebihan.
“Hei, bagi kakak.. kau masih anak kecil... Seperti anak berusia lima tahun yang melarang kakak ke sekolah agar bisa menemanimu bermain.” Ejek Ji Seung
“Hei... Aku sudah mandiri sejak usia tiga tahun.” Ucap Wan Seung. Ji Seun malah makin mengodanya kalau tak tahu kalau Bayi Wan Seung sudah mandiri sejak usia tiga tahun. Keduanya hanya bisa tertawa.
“Kakak... Apakah mengenal Sekretaris Kim?” tanya Wan Seung. Ji Seung sempat terdiam dan memperlihatkan wajah serius mengingat sesuatu. 
Flash Back
Ji Seung melihat karangan bunga dari Sekretaris Kim. Ayahnya melihat nama Tuan Kim berkata kalau saat mereka lemah makan Sek Kim yang pertama akan mengigit leher mereka.
“Tidak, kakak tidak mengenal Sekretaris Kim dan tidak pernah mendengar nama itu... Siapa Sekretaris Kim? Apa Orang itu ada berkaitan dengan ini?” ucap Ji Seung berpura-pura tak tahu.
“Lupakan saja kalau tidak tahu.” Kata Wan Seung tak ingin membahasnya.  Ji Seung pun ingin tahu keadan ayahnya.  Wan Seung pikir kakaknya tahu kalau ayah mereka adalah pria kuat.
“Kakak tahu Ayah memang salah, tapi kau juga salah. ..Kembalilah sebagai anggota keluarga. Ingatlah bahwa darah lebih kental daripada apa pun.” Nasehat Ji Seung
“Kakak terdengar seperti Ayah.” Keluh Wan Seung melihat sikap kakaknya.
“Hei, sudah sewajarnya anak-anak seperti ayah mereka.” Goda Ji Seung

Wan Seung heran melihat sikap kakaknya seperti tak memilki masalah, Padahal sekarang  adalah presdir dari Firma Hukum Ha dan Jung. Ji Seung yakin akan bebas besok jadi adiknya jangan khawatir menurutnya dengan masuk sel tahanan bisa mengetahui perasaan korban dan kesempatan bagus baginya untuk menjadi pengacara lebih baik.
“Tapi jangan terlalu sering.” Komentar Wan Seung. Ji Seung makin mengoda kalau adiknya sedang mencemaskan kakaknya.
“Jangan perlakukan aku seperti anak kecil. “ keluh Wan Seung. Ji Seung menyuruh adiknya pergi saja karena tahu pasti sibuk.  Wan Seung pun pergi dan saat itu Ji Seung seperti menyimpan sesuatu rahasia yang tak diketahui adiknya. 



Wan Seung berjalan di parkiran dan melihat sosok wanita yang dikenalanya berjalan tak jauh darinya, tapi ketika memanggil si wanita sudahh cepat menghilang. Ia pikir kalau hanya salah lihat dan akhirnya masuk ke  dalam mobil.
“Kedua bersaudara itu lebih dekat dari dugaanku.” Komentar Hee Yeon tersenyum bisa melihat Wan Seung yang baru bertemu dengan kakaknya. 

Si Hwan memeriksa "Ruang Kelas 2" dan ruanga lainya, Seol Ok dkk datang bertanya apakah sedang mencari seseorang. Si Hwan memberitahu kala Seorang murid menghilang. Seol Ok ingin tahu siapa orangnya. Si Hwan pikir kalau diberitahu pun tak akan tidak akan tahu.
“Apa Han Gi Yong?” ucap Seol Ok. Si Hwan kaget karena Seol Ok mengetahuinya.
“Tadi ada yang mencarinya juga.” Kata Seol Ok mengingat saat seorang wanita bertanya pada pria berkacamata apakah melihat Han Gi Yong.

“Bukankah Gi Yong yang mengatakan seseorang mengikutinya?” ucap Mi Joo. Si Hwan membenarkan.
“Apa Kau tahu? Hari ini sudah satu pekan.” Ucap Mi Joo. Seol Ok dan Dae Hwan bingung apa maksud Satu pekan.
“Semua orang di sini membicarakannya.” Kata Mi Joo mengingat saat menuruni tangga. 

Flash Back
Beberapa anak membahas tentang Han Gi Yong kalau hari ini adalah hari ketujuhnya. Mereka merasa seram membayangkanya. Sementara di ruang guru, Si Hwan mendengarkan pembicaran para guru kalau  Han Gi Yong dan Kang Joo Yeon berpacaran.
“Lalu dia mencampakkan Joo Yeon.” Ucap si Guru. Guru Lain tak percaya kalau Gi Yong itu selingkuh dan memang berkencan


Si Hwan menceritakan Ada orang yang menguntit Gi Yong, Mi Joo mengetahui Nama penguntit itu Kang Joo Yeon, Si Hwan membenarkan, Seol Ok terlihat serius seperti merasakan sesuatu yang aneh.

Flash Back
Joo Yen mengajak Gi Yong untuk bicara saat di malam hari, tapi Gi Yong seperti menolaknya. Gi Yong marah menurutnya Joo Yeon tak punya hak mengangu mereka.
Aku juga menyukaimu. Kenapa aku tidak boleh berkencan denganmu?” ucap Joo Yeon sengaja menjatuhkan tubuhnya pada Gi Yong tapi Gi Yong langsung mendorongnya agar menjauh.
Dan pria berkacamata sedang berpatroli melihat dengan senter.  Gi Yong pun memilih untuk kabur. Joo Yeon pun berteriak akan mengancam akan membunuh Gi Yong
“Dia bahkan mengikuti ke ruang kelas karena Gi Yong tidak mau menemuinya sama sekali... Ada orang-orang yang melihat mereka bertengkar.”
“Penguntit itu dikeluarkan... Itu hari yang sibuk.” Ucap Si Hwan sudah ada di depan lapangan.
Flash Back
Semua akan berkumpul melihat Joo Yeon dibawa masuk ke dalam mobil bersama pegawai sekolah. Joo Yeon sangat marah  berteriak pada Gi Yoon dan sosok wanita yang berdiri disebelahnya.
“Tunggu saja.. Aku akan datang membunuhmu setelah satu pekan. Aku pasti akan menjadi hantu dan membunuhmu! Dan Kau juga!” teriak Joo Yeon lalu masuk ke dalam mobil meninggalkan asrama. 



Pegawai sekolah mengantar Joo Yeon melihat keadaannya seperti menahan sakit. Joo Yeon merasa kalau perutnya sakit dan meminta agar bisa keluar sebentar. Pegawai pun menghentikan mobil dan membiarkan Joo Yeon untuk menghidur udara dan kembali menanyakan keadaanya, Joo Yeon mengaku sudah lebih baik.
Si pegawai menerima telp dari seseorang memberitahu  sedang tidak di kantor, Joo Yeon tanpa pengawasan pegawai sekolah mencoba kabur dan akhirnya melompat dari tebing. Si pegawai pun tak bisa menahan Joo Yeon yang memilih untuk bunuh diri. 

“Pada hari itu, si penguntit bunuh diri. Polisi dan para penduduk kota mencari ke semua tempat di sekitar TKP, tapi tidak menemukan jasadnya.” Cerita Si Hwan
“Hentikan. Itu membuatku takut... Berhentilah bicara.” Keluh Dae Hwon menutup telinganya.
“Aku lapar...” kata Seol Ok setelah mendengar cerita Joo Yeon. Dae Hwon binggung karena Seol Ok tak takut.
“Apa yang menakutkan dari hantu?.. Yang menakutkan itu adalah pembunuh berantai... Jadi, pukul berapa kita makan?” kata Seol Ok akan pergi ke kantin.
Mi Joo mengatakan kalau Ini sudah lewat jam makan. Seol Ok mengeluh karena harus tidur tanpa makan menurutnya Ini ketakutan yang sebenarnya dan Seharusnya makan sesuatu dalam perjalanan tadi. Dae Hwon tak habis pikir dengan Seol Ok yang memikirkan tentang makanan di saat dirinya takut setengah mati.


Sung Woo masuk ruangan dan tak melihat sosok Tuan Hwang , berpikir kalau sedang pergi.  Tiba-tiba terdengar sara dari kolong meja, Sung Woo kaget melihat Tuan Hwang ada dibawah meja lalu bertanya Apa hasil akhir identifikasi sidik jari dari kasus Noryang-dong sudah keluar.
“Tuan Gye... Di mana kau berdiri sekarang?” kata Tuan Hwang. Sung Woo binggung mencoba untuk berjalan mundur.
“Apa Kantor Unit Investigasi Sains?” kata Sung Woo. Tuan Hwang tiba-tiba menyuruh Sung Woo agar  Jangan bergerak selangkah pun dari sana.
“Aku baru menyapu dan mengepel kantor ini. Aku bahkan membebas hamakannya dengan lilin berkilap alami. Tapi Kau menginjaknya dengan sepatu kotormu.” Ucap Tuan Hwang
“Ini baru jadi, masih bersih.” Kata Sung Woo, Tuan Hwang melihat sepatu Sung Woo ingin tahu Di mana membeli sepatu itu.
“Barang ini diimpor langsung.” Kata Sung Woo. Tuan Hwang langsung mengajak Sung Woo agar minum teh. Sung Woo yang ketakuan menolaknya.
Tuan Hwang pikir kalau Sung Woo sedang bosan, lalu sengaja menghalangi pintu dengan kursi. Sung Woo binggung apa yang akan dilakukan Tuan Hwang. Tuan Hwang pikir  Setidaknya saat ini, tidak ingin diganggu orang. Sung Woo panik apa yang akan dilakukan pada dirinya sambil menutup rapat jasnya. 


Na Ra melihat pengumuman  "Rekrutmen anggota Unit Dua Tindak Pidana Berat....  Woo Sung Ha dari Unit Dua Tindak Pidana Berat" Ia tak percaya kalau Tuan Woo merekrut anggota timnya dan berpikir kala harus melamar dan tersenyum bahagia karena akan satu tim dengannya, lalu sengaja mengambil kertas pengumuman.
“Kau membuat kontribusi besar di bidang investigasi sains nasional. Aku mendekati tahap akhir dalam proses mendapatkan pangkalan data tambahan.” Ucap Tuan Hwang ternyata hanya mengambil sepatu Sung Woo untuk mendapatkan bentuk sepatunya.
“Bagaimana aku harus membalasnya?” kata Tuan Hwang. Sung Woo mengaku kalau senang melakukannya jadi tak membutuhkan balasan.
“Apa Mau kuberikan satu nasihat? Jika kau ingin melakukan kejahatan, pastikan kau memakai sepatu lain. Kau akan langsung tertangkap jika mengenakan ini.” Pesan Tuan Hwang yang sudah menemukan bentuk sol sepatu yang baru.
“Ini mahal... Teganya kau memperlakukan kesayanganku seperti ini?” keluh Sung Woo melihat sepatunya yang menghitam terkena cat.
“Tidak adakah orang yang bilang kau lamban?” ucap Tuan Hwang. Sung Woo binggung mendengarnya.
“Aku sangat sibuk sekarang... dan Haruskah kau melakukan itu di kantorku?” kata Tuan Hwang kesal melihat Sung Woo membersihkan sepatunya dan mendorng keluar dari ruangan. Sung Woo kesal sendiri karena tujuan datang  untuk Hasil identifikasi sidik jarinya tapi tak mendapatkan apapun. 



Seol Ok mengajak untuk membeli roti, tapi Mi Joo melihat pengumuman kalau cuma murid pria yang bisa memakai kantin sekarang. Seol Ok tak  percaya kalau Pria dan wanita harus membeli roti pada waktu berbeda. Mi Joo menceritakan lantai tempat tinggal dan toilet berbeda jadi Pria dan wanita tidak pernah berpapasan.
“Ini pasti neraka.” Keluh Dae Hwon. Si Hwan juga berpikiran yang sama  karena pria dan wanita hampir tidak bertemu di jam makan.
“Ada pusat kebugaran.” Kata Mi Joo. Si Hwan ingin tahu kapan Mi Joo akan berolahraga karena bisa bertemu.
“Apa pusat kebugarannya untuk pria dan wanita?” tanya Seol Ok seperti penasaran.  Mi Joo mengatakan kalau itu satu-satunya tempat bertemu pria dan wanita
“Kurasa aku harus rajin berolahraga... Aku butuh kekuatan fisik agar bisa belajar.”kata Dae Woon penuh semangat dan ingin tahu tempatnya.

Wan Seung menaiki tangga rumah bertanya-tanya Apa mungkin Seol Ok akan  marah karena masuk ke kamarnya tanpa izin. Tapi karena penasaran ia tetap masuk, merasa Seol Ok  pasti meninggalkan jejak. Ia melihat mainan yang di atas meja karena baru tahu kalau Seol Ok  menyukai barang seperti ini.
Ia lalu teringat kembali dengan kematian orang tau Seol Ok dalam "Taksi" karena melihat foto ayah dan ibu Seol Ok.
Flash Back
Wan Seung tahu kalau Orang tua Seol OK terkait dengan kasus Sillim-dong, dan Sopir taksi dan istrinya bunuh diri. Seol Ok menegaskan kalau orang tuanya tidak bunuh diri tapi Jelas mereka dibunuh.
“Aku akan menyingkapnya untukmu.” Kata Wan Seung. Seol Ok pikir  akan melakukannya sendiri.
Saat itu Wan Seung melihat note yang ada di cermin "Chunhong-gun, Wonju, Provinsi Gangwon" Jangan cari aku kecuali mendesak.” Ia pun sadar  tidak bisa menemukan Seol Ok di Noryang-dong.
“Institut macam apa yang ada di pegunungan di Provinsi Gangwon? Mungkinkah Ahjumma itu ditipu orang? Dia terlalu naif hingga mudah ditipu.” Ucap  Wan Seung heran . 

Seorang wanita masuk ke dalam ruang olahraga kaget melihat pria yang bersimba darah, lalu akhirnya memilih unuk pergi da masuk ke dalam kamarnya. Dengan wajah panik mengetahui Han Gi Yong sudah mati menurutnya Sesosok hantu muncul.
“Sesosok hantu muncul dan membunu, Noo Ri dan Han Gi Yong.” Ucap Si wanita yang mengingat perkataan Joo Yeon
“Tunggu saja. Aku akan datang membunuhmu setelah satu pekan. Aku pasti akan menjadi hantu dan membunuhmu!.. Satu pekan akan cepat berlalu... Saat itu, akan kubunuh kalian semua... Matilah!” ucap  Joo Yeon

In Ae langsung membereskan semua pakaian dan pergi dengan mobilnya,  sambil membawa No Ri yang sudah mati. Si pegawai melihat In Ae mencoba menahanya tapi seperti tak bisa melawan In Ae yang berhasil pergi dengan mobilnya.
Sementara Wan Seung mengemudikan mobil sendirian heran karena institut ini berada di tengah pegunungan, lalu berpikir Seol Ok sedang  diperbudak di gunung seperti budak-budak di ladang garam, lalu melhat ada tumpukkan batu besar yang menghalangi jalan.
“Berita melaporkan terjadi gempa bumi di tempat ini dan jalanannya ditutup. Kurasa itu benar. Lalu Bagaimana caraku lewat?” ucap Wan Seung melihat dengan senternya.
“Ahh.. Aku tidak bisa... Tapi Tetap saja, aku harus membantunya mendapatkan pekerjaan itu... Wah.. Apa aku berutang budi kepadanya di kehidupan lampau? Ini lebih berbahaya daripada menangkap penjahat. Dan Aku terlalu tua untuk melakukan ini. Apa tidak cukup aku menyelamatkan nyawanya? Haruskah aku mencarikannya pekerjaan juga?” ucap Wan Seung mencoba berjalan menaiki bebatuan dan jalan yang gelap sambil mengomel.
Sementara In Ae mengemudikan mobil dengan membawa No Ri yang sudah mati mengatakan Kang Joo Yeon kembali, Si Wanita gila itu kembali untuk membunuhnya. Lalu melihat Wan Seung didepanya, tapi karena ketakutan memilih untuk memutar balik mobillnya. Wan Seung berteriak memanggilnya.
“Omong-omong, apa institut itu di ujung sana? Bisakah kau... Dasar Pelit sekali. Kenapa dia tidak bisa memberiku tumpangan? Apa sulitnya memberiku tumpangan?” keluh Wan Seung kesal harus kembali berjalan.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar